gamerwk.com
  • Home
  • Berita
  • Mobile Games
    • iOS
    • Android
  • Konsol
    • PlayStation 4
    • PlayStation 5
    • Nintendo Switch
    • Xbox One
    • Xbox Series S
    • Xbox Series X
  • PC
  • Opini
  • Rilis
  • Panduan
  • Wawancara
  • Situs Saudara
    • Wanuxi
    • GamerBraves
    • Gamer Santai
    • Gamer555
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Mobile Games
    • iOS
    • Android
  • Konsol
    • PlayStation 4
    • PlayStation 5
    • Nintendo Switch
    • Xbox One
    • Xbox Series S
    • Xbox Series X
  • PC
  • Opini
  • Rilis
  • Panduan
  • Wawancara
  • Situs Saudara
    • Wanuxi
    • GamerBraves
    • Gamer Santai
    • Gamer555
No Result
View All Result
gamerwk.com
No Result
View All Result

Review Troublemaker – K*nt*lnya Harap Dikondisikan!

Fadhil by Fadhil
April 5, 2023 - Updated on April 6, 2023
in PC, Review
0
Simak review kami untuk game salah satu indie terbaru besutan dev. Indonesia yang paling diantisipasi - Troublemaker

Simak review kami untuk game salah satu indie terbaru besutan dev. Indonesia yang paling diantisipasi - Troublemaker

Share ke FacebookShare ke TwitterShare ke Telegram

Penantian selama dua tahun lamanya untuk rilis game Troublemaker kini sudah sampai tujuan, dan sejauh ini gamenya ternyata cukup mengundang respon positif dari komunitas. Kami sendiri sudah mengikuti perkembangan game ini sejak masih pertama kali diumumkan dengan judul Parakacuk hingga menjajal dua versi demonya, jadi memang ada semacam ikatan emosional hingga ekspektasi kalau rilis finalnya bisa menyuguhkan kualitas yang memadai.

Meski kami bisa mengakui kalau gamenya sudah lebih baik dibanding dua versi demo terdahulu, Troublemaker sayangnya sangat jauh dari kata sempurna, dan sebagian besar permasalahan yang sempat kami rasakan pada akhirnya masih saja terbawa. Lalu apa yang sebenarnya kami permasalahkan dari Troublemaker? dan apakah gamenya masih wajib untuk dilirik terlepas dari semua kritik yang ada? Berikut pembahasannya..

Mengenai Gamenya

Tapi pertama ada baiknya untuk memberi sedikit rangkuman mengenai latar belakang gamenya. Jadi Troublemaker adalah game beat ’em up bertema kehidupan sekolah menengah besutan developer Indonesia yaitu Gamecom Team. Gamenya sempat diumumkan dengan judul Parakacuk dengan target rilis lebih cepat, tapi karena resepsi yang sangat kurang setelah merilis versi demo pertamanya, pihak developer langsung melakukan perombakan total hingga terpaksa harus mengundur jadwal rilisnya ke 2022 dan kemudian sedikit ditunda lebih lama ke 2023 karena faktor lain.

Ekstra waktu pengembangan ini membuahkan hasil yang tidak main-main, karena gamenya terlihat sangat berbeda jauh di banyak aspek dan mendapat respon lebih positif di versi demo barunya, meski ada sebagian termasuk dari kami yang masih merasa sangat kurang. Perubahan judul ke Troublemaker juga termasuk keputusan yang tepat, karena nama Parakacuk sendiri memang terkesan lebih kasar dan kurang begitu menjual jika memang ingin menarik perhatian gamer luar negeri. Selama proses pengembangannya tersebut, Gamecom Team juga berhasil menjalin kerjasama dengan Freedom Games yang berperan sebagai publishernya.

Cerita dan Pembawaan Karakter yang Cringe

Masuk ke pembahasan utama yaitu ceritanya, Troublemaker berfokus pada kisah seorang remaja sekolah menengah bernama Budi yang cenderung selalu terlibat dalam tawuran. Karena aksinya yang sudah terlewat batas saat bertarung dengan kelompok penggangguran di jalan hingga melibatkan pihak kepolisian, sang ibu berusaha ingin menjauhkan anaknya dari masalah dan memindahkan Budi ke sekolah barunya di SMK Cipta Wiyata. Usaha Budi untuk hidup sebagai murid biasa sayangnya langsung kandas di hari pertama, di mana dia lagi-lagi terlibat dalam pertarungan demi melindungi seorang teman sebelum akhirnya berujung ke keterlibatannya dalam turnamen Raise Your Gang.

Inti dari turnamen Raise Your Gang sendiri adalah untuk mencari calon tim OSIS baru serta mengamankan bantuan dana BOS untuk kelas perwakilannya. Tapi daripada harus beradu kepintaran dan skill lain, turnamen Raise Your Gang menempatkan para perwakilan kelas untuk saling bertarung secara fisik. Budaya pertarungan ini begitu mengakar di SMK Cipta Wiyata, sehingga kepindahan Budi memang seperti melemparnya ke sebuah perangkap baru. Inti cerita dari Troublemaker memang mengikuti arus nasib Budi karena sejak awal dia tidak memiliki ambisi yang terlalu tinggi, tapi di saat bersamaan dia adalah sosok yang tidak pernah lari dari tantangan dan memiliki harga diri kuat.

Sayangnya keseluruhan cerita yang dibawa Troublemaker penuh dengan celah dan cukup merusak impresi kami di banyak momen. Pertama adalah pacingnya sendiri, di mana Troublemaker bergerak terlalu cepat dan selalu mencari cara untuk menempatkanmu dalam skenario pertarungan yang rasanya tidak perlu terjadi. Kami memang paham kalau ini adalah game beat ’em up yang berusaha menyelipkan sebanyak mungkin sesi combat, tapi penting juga untuk mempertimbangkan faktor lain seperti konsekuensi misalnya, apalagi saat melihat Budi yang sampai memutus janji dengan sang ibu di hari pertamanya tanpa berpikir dua kali. Masalah pacing ini juga berhubungan dengan beberapa hal yang terjadi di belakang layar atau progress cerita terlalu cepat, sehingga ada banyak momen yang kami rasa bisa dieksplor lebih dalam untuk membuatmu lebih menikmati ceritanya.

Setelah itu ada karakter, di mana kami harus akui kalau sebagian besar karakter pendukung di game ini kurang menarik dan malah berujung jadi beban seperti Bobby yang entah kenapa terus menyeret Budi dalam masalah baru. Inti turnamen Raise Your Gang yang melibatkan satu kelas daripada memberi apresiasi ke satu jawara seperti proposal Raise Your Champion justru tidak ada artinya, karena turnamennya sendiri memang hanya melibatkan Budi sebagai petarung utama sementara semua teman sekelasnya hanya bisa jadi penonton. Ini termasuk dari perwakilan gang Parakacuk yang juga beranggotakan Rani, Bobby, dan Zaenal yang tidak memberi peran besar setidaknya sampai menjelang akhir cerita.

Dan terakhir adalah dialog antar karakter yang terlalu komikal dan selipan kata-kata kotor seperti k*nt*l, b*ngs*t, t*aik, anj*ng, dan segala macamnya yang terlalu berlebihan. Setidaknya pihak developer sudah menyediakan opsi sensor, tapi ini malah membuat alur percakapan terasa lebih aneh untuk dinikmati karena banyaknya sensor di sana-sini. Pembawaan cerita yang lebih kasual dan relatable dengan kehidupan bersekolah dulu memang bisa memberi keseruan tersendiri, tapi Troublemaker mengeksekusinya dengan format serta skrip yang terlalu cringe menurut kami. Kami hanya bisa dibuat tertawa lewat voice act dari beberapa kata-kata kotor yang setidaknya cukup menjiwai.

Sebagai tambahan gamenya juga memadukan penyampaian cerita ala visual novel 2D sambil mempertahankan grafis 3D di bagian background, sesuatu yang bisa dijumpai di game seperti seri Persona misalnya. Meski tidak sempurna, kami rasa format seperti ini memang adalah yang paling mudah untuk dibuat, karena bisa dibayangkan kalau pembuatan cutscene 3D dengan lip-sync akurat dan mocap ekspresif pasti adalah sesuatu yang sulit untuk bisa direalisasikan developer indie. Hanya saja dari sinilah kami berharap gamenya bisa meminimalisir kontras jelas antara artwork 2D karakter yang ekspresif dan model 3D yang hambar, kecuali jika gamenya bisa dibuat sebagai beat ’em up dengan style 2D penuh.

Combat Super Kaku dan Penuh Bug

Sebagai nilai jual terkuat untuk porsi gameplaynya, combat dalam Troublemaker menurut kami justru adalah bagian yang lebih buruk lagi. Kami adalah fans berat dari genre character action dan beat ’em up, jadi mungkin ada faktor dari standar yang lebih tinggi jika berhubungan dengan combat, tapi apa yang disuguhkannya di game ini terasa sangat berantakan. Combatnya memberimu opsi untuk melakukan serangan ringan, serangan kuat, manuver menghindar dengan side step, menahan serangan, melakukan counter, serta mengeksekusi Gerakan Gokil yang merupakan skill bertarung unik dengan konsumsi bar counternya sendiri.

Akar permasalahan kami ada beberapa, tapi yang paling bisa langsung dirasakan ada pada animasi serta manuver karakter yang sangat kaku. Terkadang kamu tidak bisa menyadari kalau karakter terkena serangan (juga berlaku saat menyerang musuh), dan bagaimana sebagian situasi combat intens tidak begitu responsif pada beberapa aksi seperti counter, melakukan blok, atau saat menghindari serangan yang entah bagaimana tetap bisa mengenai karaktermu meski sudah menjaga jarak.

Dari sinilah kami langsung menyadari juga kalau game ini punya permasalahan pada hit box karakternya yang tidak konsisten, sebelum akhirnya juga dihadapkan pada beberapa bug seperti Gerakan Gokil yang terkadang tidak dapat tereksekusi di mana karakter hanya membisu tapi masih ada efek suara serangannya hingga AI musuh yang sangat pasif. Kami bahkan sering berada dalam pertarungan di mana mereka hanya berdiam diri di tempat dan bisa kami tinggal melakukan hal lain tanpa perlu Pause gamenya, dan ini bahkan setelah memainkannya di tingkat kesulitan tertinggi.

Berbicara soal tingkat kesulitan, kami setidaknya bisa memberi apresiasi akan balancing yang jauh lebih baik dibanding versi demo sebelumnya. Soal seberapa menantangnya game ini saat dimainkan di tingkat kesulitan tertinggi, jawabannya tidak seberapa dan bahkan skenario pertarungan melawan kelompok musuh justru berakhir jauh lebih mudah. Melawan kelompok musuh mungkin adalah bagian yang lebih bisa dinikmati dari sesi combatnya, karena setiap musuh termasuk boss memiliki semacam bar energi atau posture untuk merusak pertahanan dan membuat mereka tersungkur ke tanah.

Saat mereka tersungkur ini kamu hanya bisa melakukan manuver serangan stomp kaku atau Gerakan Gokil yang berakhir jadi membosankan menurut kami, karena itu dengan melawan gerombolan musuh kamu setidaknya bisa mengalihkan perhatian ke musuh yang masih berdiri untuk tetap menjaga tempo pertarungan. Beda cerita saat dihadapkan pada pertarungan boss, di mana combatnya justru terasa membosankan karena hampir tidak berbeda jauh saat melawan keroco biasa selain dari HP yang jauh lebih tebal, damage tinggi, dan sedikit variasi berbeda dari serangannya.

Komplain kami kemudian juga mengarah pada sistem stamina / energi yang justru sangat aneh untuk dibawa ke game semacam ini. Mungkin implementasinya akan lebih baik dengan beberapa penyesuaian, terutama pada combatnya sendiri yang terlalu kaku dan kurang responsif untuk melakukan manuver yang lebih mulus, termasuk saat ingin menjaga jarak dan ini pun terkadang tidak selalu aman karena faktor hit box yang tidak konsisten tadi. Selebihnya ada juga semacam sistem rating combo yang malah berakhir seperti gimmick untuk menambah flare di bagian UI agar terlihat lebih sibuk.

Selama jalannya combat kamu bisa mengeksekusi Gerakan Gokil yang kesemuanya mengambil referensi dari meme populer, sesuatu yang memang sudah jadi tren di sepanjang gamenya termasuk di bagian cerita. Sebagian cukup keren dan memuaskan saat dieksekusi seperti Pukulan Seribu yang terinspirasi dari Jojo, tapi ada juga yang malah dibuat lebih sekedar lucu-lucuan seperti T-Pose yang malah hampir tidak ada hubungannya untuk memamerkan skill bertarung Budi. Selain itu kamu bisa mengakses menu khusus untuk mengonsumsi item recovery dan buff, di mana kamu akan selalu mendapat invincibility frame yang secara tidak langsung membuat combatnya jadi lebih mudah dan minim konsekuensi.

Ternyata Ada Sisi Eksplorasi dan Mini Game

Menariknya game ini ternyata punya sisi eksplorasi dengan mini map sendiri, sesuatu yang memang cukup kami harapkan untuk game yang mengambil setting di sebuah sekolah layaknya Bully. Untuk bagian ini sayangnya hanya bisa diakses di beberapa chapter khusus, dan porsi eksplorasinya sendiri malah kurang dimanfaatkan dengan maksimal. Selain map yang masih sangat terbatas dan bagaimana ada beberapa tempat yang diblokir aksesnya, kamu tidak bisa melakukan banyak aktivitas selain dari berinteraksi dengan beberapa NPC, menghampiri sang Merchant Richard, dan yang paling utama adalah menikmati serangkaian mini game yang tersebar di seluruh sekolah. Sebagian mini game ini diracik dengan konsep menarik dan ada yang lumayan seru juga seperti permainan kartu.

Mini game yang sudah dibuat dengan perhatian khusus ini saja pada akhirnya juga tidak luput dari kekurangan, karena ada beberapa di antaranya yang berakhir membawa skema kontrol buruk seperti Burung Goblok yang mungkin sudah selaras dengan konteksnya, Pasien Kabur! yang entah kenapa saat menggerakan kursi roda terasa seperti berada di treadmill, dan beberapa mini game lain yang berujung jadi button mashing dengan sistem reward sekali jalan sehingga tidak memberimu motivasi untuk kembali memainkannya lagi setelah itu.

Bagian lain yang tidak terpisahkan dari gamenya sekaligus sosok yang bisa kamu temui di sepanjang gamenya adalah Richard, dan seperti yang kami jelaskan tadi dia adalah penjualan item ala Merchand di Resident Evil 4. Patokan harga untuk item consumablenya sendiri sangat murah dan kamu bisa stok banyak dari waktu ke waktu. Selain itu dia juga memberimu akses untuk meningkatkan statistik kemampuan Budi agar lebih efisien dan cepat dalam menyelesaikan setiap pertarungan, termasuk juga serangkaian skill Gerakan Gokil yang kesemuanya dibanderol di harga yang tidak murah. Meski begitu uang yang kamu dapatkan di gamenya sudah cukup memadai dari progress cerita utama saja, jadi kamu tidak perlu memaksa grinding dengan melawan kelompok osis yang berkeliaran di sekolah atau lewat mini game.

Sebagai penutup kami ingin membahas soal sisi teknisnya, dan untuk ini kami rasa Troublemaker adalah game yang terlalu dipaksakan untuk mengusung grafis 3D. Kamu memang bisa merasakan atmosfer yang cukup imersif saat menjelajah sekolahnya, tapi saat diperhatikan lebih dekat kamu akan mendapati banyaknya anomali di sepanjang permainan mulai dari penempatan dan proporsi asset yang aneh, model karakter buruk rupa apalagi untuk NPC-nya, dan performa yang masih kurang maksimal di beberapa momen, termasuk porsi cerita saat adanya pop-in tekstur bahkan pada portrait karakter 2D yang belum sepenuhnya termuat. Seperti yang sempat kami sebut di atas, gamenya mungkin akan lebih cocok jika dibuat sebagai beat ’em up dengan style 2D penuh saja.

Kesimpulan

Bisa dilihat jelas memang kalau Troublemaker adalah game yang memiliki ambisi besar akan konsepnya. Ada peningkatan besar dibanding dua versi demo terdahulu, tapi apa yang disuguhkan di versi finalnya ini tetap berakhir jauh di bawah standar dari berbagai aspek. Ini terutama sangat kami rasakan di sistem combatnya yang sangat kaku, minim kedalaman mekanisme, repetitif, dan ikut dirundung bug hingga kualitas AI yang buruk. Untuk sebuah game yang menjadikan combat sebagai nilai jual terkuat pada gameplay hingga mengakar ke tema utama di ceritanya, tentu saja beragam permasalahan ini jadi sesuatu yang fatal menurut kami.

Jika ada yang bisa diapresiasi dari gamenya, maka itu sudah pasti ada pada keberanian Gamecom Team dalam merealisasikan proyek yang terkesan ambisius hingga berhasil menyita banyak perhatian sebagai salah satu game indie lokal yang paling diantisipasi. Bergantung dari budget, staff, hingga dukungan teknis lain yang bisa didapat, maka bukan tidak mungkin konsep game beat ’em up dengan latar kehidupan ramaja sekolah seperti ini bisa direalisasikan dengan kualitas maksimal dan minim celah. Semoga lewat rilisnya game ini pihak developer bisa mendapat feedback berarti untuk kemudian berkontribusi dalam pengembangan game yang lebih baik lagi di masa mendatang.

Tertarik dengan gamenya? Troublemaker sekarang sudah tersedia di PC lewat platform Steam, Epic Games Store, dan GOG dengan harga terjangkau di IDR 108 ribu saja.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.


Hi guys, kami akhirnya sudah punya akun Twitter dan YouTube resmi! Langsung saja follow:
 
Follow @GamerwkID
 

Jangan lupa untuk cek channel TikTok kami!
@gamerwk_id

The Review

Troublemaker

5 Score

PROS

  • Konsep yang di atas kertas sangat menarik untuk diadaptasi ke game
  • Beberapa mini game yang cukup kreatif

CONS

  • Cerita hambar dengan porsi dialog yang terlalu penuh selipan kata jorok
  • Pacing cerita hingga gameplay yang kurang dieksplor
  • Sistem combat buruk dan sangat kaku
  • Serangkaian bug yang cukup menganggu, terutama saat berada dalam combat
  • Porsi eksplorasi berujung tidak semenarik kenyataan
  • Kontras style grafis 3D dan 2D yang kurang cocok

Review Breakdown

  • 5 0
Tags: Freedom GamesGamecom TeamIndieParakacukPCReviewTroublemaker
ShareTweetShare
Previous Post

Update Baru Genshin Impact ‘A Parade of Providence’ Akan Hadirkan Baizhu dan Kaveh

Next Post

PlayStation Rumornya Siapkan Konsol Handheld Baru, Sebatas Mesin Remote Play?

Related Posts

Too Kyo Games telah bekerjasama dengan DMM Games dan Spike Chunsoft untuk proyek game multi-genre yang diberi judul SHUTEN ORDER
Berita

SHUTEN ORDER Diumumkan, Game Multi-Genre Baru dari Kreator Danganronpa!

May 19, 2025
Clair Obscur: Expedition 33 punya sistem combat turn-based yang terasa kayak game action—ternyata si director seorang veteran Devil May Cry.
Berita

Director Clair Obscur Ternyata Pro Player Devil May Cry, Jago Parry Sampai Lawan Vergil Tanpa Kena Hit

May 19, 2025
Setelah dibanjiri kritik dari pemain, akhirnya Infinity Nikki buka suara soal kontroversi besar yang muncul pasca rilis update versi 1.5.
Android

Infinity Nikki Update 1.5 Kacau Parah, Developer Akhirnya Minta Maaf

May 19, 2025
Studio di balik Stellar Blade, Shift Up, angkat bicara soal masalah region lock yang tiba-tiba muncul jelang perilisan versi Steam-nya.
Berita

Shift Up Sebut Berusaha Keras Agar Stellar Blade Tidak Kena Region Lock

May 19, 2025
SEGA telah melepas video behind the scene awal dari pengembangan SHINOBI: Art of Vengeance yang berfokus pada sisi visualnya
Berita

SHINOBI: Art of Vengeance Ungkap Proses Pembuatan Visualnya yang Inovatif

May 17, 2025
Wargaming kembali menggaet game moefikasi kapal populer Azur Lane untuk event kolaborasi terbaru dengan World of Warships
Berita

World of Warships Berkolaborasi dengan Azur Lane untuk Ketujuh Kalinya!

May 16, 2025
Next Post
Laporan terbaru dari insider ternama mengklaim Sony tengah menyiapkan konsol handheld baru dengan codename Q Lite

PlayStation Rumornya Siapkan Konsol Handheld Baru, Sebatas Mesin Remote Play?

Discussion about this post

FACEBOOK KAMI

YOUTUBE KAMI

TWITTER/X KAMI

Follow @GamerwkID

UPDATE MOBILE GAMES

Setelah ditunda ke jadwal yang belum pasti, Kingdom Hearts Missing-Link pada akhirnya berujung harus dibatalkan

Square Enix Batalkan Mobile RPG Kingdom Hearts Missing-Link

by Fadhil
May 14, 2025
0

Setelah ditunda ke jadwal yang belum pasti, Kingdom Hearts Missing-Link pada akhirnya berujung harus dibatalkan.

Pendaftaran closed beta kedua untuk Duet Night Abyss kini sudah resmi dibuka dengan batas waktu sampai 2 Juni mendatang

Duet Night Abyss Buka Pendaftaran Closed Beta Kedua

by Fadhil
May 13, 2025
0

Pendaftaran closed beta kedua untuk Duet Night Abyss kini sudah resmi dibuka dengan batas waktu sampai 2 Juni mendatang.

Konami akan mengadakan sesi livestream terbaru yang siap berbagi update mengenai mobile RPG Suikoden STAR LEAP

Suikoden STAR LEAP Akan Kembali Bagi Update Baru Minggu Ini!

by Fadhil
May 13, 2025
0

Konami akan mengadakan sesi livestream terbaru yang siap berbagi update mengenai mobile RPG Suikoden STAR LEAP.

Silver Palace resmi diumumkan hari ini sebagai open-world ARPG budget tinggi terbaru yang dikembangkan untuk Android, iOS, dan PC

Silver Palace Bagi Banyak Detail Baru dan Buka Akses Pra-Registrasi

by Fadhil
May 13, 2025
0

Silver Palace resmi diumumkan hari ini sebagai open-world ARPG budget tinggi terbaru yang dikembangkan untuk Android, iOS, dan PC.

Setelah cukup lama jadi misteri, Persona 5: The Phantom X akhirnya mulai menampakkan sinyal kuat akan rilis versi globalnya.

Persona 5: The Phantom X Versi Global Akan Segera Diumumkan?

by Taufik
May 13, 2025
0

Setelah cukup lama jadi misteri, Persona 5: The Phantom X akhirnya mulai menampakkan sinyal kuat akan rilis versi globalnya. Hal...

  • Hubungi Kami
  • Tentang Kami

© 2020 - 2025 Digital Braves Media Group Sdn Bhd

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Mobile Games
    • iOS
    • Android
  • Konsol
    • PlayStation 4
    • PlayStation 5
    • Nintendo Switch
    • Xbox One
    • Xbox Series S
    • Xbox Series X
  • PC
  • Opini
  • Rilis
  • Panduan
  • Wawancara
  • Situs Saudara
    • Wanuxi
    • GamerBraves
    • Gamer Santai
    • Gamer555

© 2020 - 2025 Digital Braves Media Group Sdn Bhd