Dari sekian banyak game Indie buatan developer lokal yang akan dirilis tahun ini, Parakacuk adalah salah satu yang paling menarik perhatian kami. Bagaimana tidak? game ini berusaha menawarkan sebuah pengalaman game beat em’ up dengan tema kehidupan anak sekolah yang berandal dan liar. Inilah kenapa banyak orang langsung mengaitkannya dengan game Bully dari Rockstar, karena secara konsep perbandingan ini memang tidak bisa dielakkan.
Menghadapi tantangan ini, developer Gamecom Team sudah menaruh dedikasi mereka untuk membuat Parakacuk hadir sebagai game yang dapat menjawab ekspektasi banyak fans. Sejak perilisan trailer perdananya, kita bisa melihat bagaimana game ini memang terlihat menjanjikan dan memiliki banyak potensi untuk digali. Sembari menantikan perilisannya sekaligus untuk mengumpulkan feedback dari fans, demo gamenya kebetulan sudah dirilis di Steam beberapa waktu lalu.
Kami tentunya tidak ingin melewatkan kesempatan untuk segera mencicipinya, dan langsung saja mengunduh versi demonya yang berukuran sekitar 800 MB lebih di Steam. Sayangnya setelah memainkan game ini selama beberapa hari terakhir, impresi yang kami dapat benar-benar lebih mengecewakan dari yang diprediksi, apalagi dengan adanya permasalahan teknis yang menganggu pengalaman bermain.
Namun tentu saja penilaian lebih lengkap memang diperlukan, untuk itu kami sudah merangkum impresi penuhnya yang bisa kamu lihat di bawah ini.
Selamat Datang di Sekolah Para Berandal
Setting utama Parakacuk adalah sebuah sekolah bernama SMK 69 Janc*k, dimana kamu berperan sebagai murid sekolah “biasa” bernama Budi. Setidaknya inilah yang kami lihat di beberapa detik awal permainan, sampai akhirnya Budi berusaha mengintimidasi sekumpulan anggota OSIS dengan kata-kata kasar dan mengajak mereka bertarung. Dari sini alur permainan akan terus berjalan hingga masuk ke lingkungan dalam sekolah, dengan banyaknya musuh-musuh hingga pertarungan boss melawan murid yang lebih kuat.
Progress kami berjalan cukup mulus sampai akhirnya ada satu poin dimana gamenya seolah berhenti, atau adanya sebuah dinding yang tidak bisa dilewati. Setelah kami cek ternyata kamu masih akan disuguhkan dengan pertempuran akhir melawan boss bernama Ricco Pangestu. Nah pada poin untuk bertemu dengan Ricco inilah kami tidak dapat berinteraksi, jadi bisa dianggap kalau itu adalah bug yang mungkin bisa dialami sebagian pemain.
Sistem Combat yang Kacau dan Penuh Lubang
Tanpa basa-basi, demo Parakacuk akan langsung membawa kamu dalam alur permainan yang dipenuhi pertempuran melawan murid-murid berandal di SMK 69 Janc*k. Untuk sebuah game yang mengangkat tema kekerasan remaja dengan premis sistem pertarungan adu jotos sebagai fokus utama, sejauh ini kami harus akui kalau eksekusinya benar-benar kacau dan penuh celah.
Kontrol dalam game ini dibagi dalam beberapa aksi yang sangat sederhana. Jadi sistem pertarungan hanya diatur dalam satu tombol perintah untuk menyerang, satu tombol untuk melindungi diri dari serangan musuh, satu tombol untuk menghindar, dan sisanya hanya perintah untuk berfokus dan mengganti target ke musuh lain saja. Gameplay beat em’ up dalam Parakacuk terasa sangat kaku dan kurang responsif.
Kamu hanya bisa mengeksekusi satu perintah di saat yang sama. Jadi seumpama saat menyerang musuh dan ingin menghindar, maka kamu harus berhenti menyerang terlebih dahulu sebelum bisa mengeksekusi perintah lain. Ini tentunya sangat tidak esensial, apalagi untuk game yang menaruh fokus pada sistem pertarungan adu jotos dengan tempo permainan cepat. Selain menggunakan tangan kosong, kamu juga bisa bertarung dengan senjata seperti sapu atau gear sepeda, yang ternyata dapat menawarkan opsi kombo yang keren dan memiliki area serang lebih luas.
Satu pujian muncul dan permasalahan lain juga ikut terlihat saat kami menghadapi boss. Dalam versi demo ini ada tiga pertarungan boss yang melibatkan tiga karakter berbeda pula. Hanya saja setiap karakternya tidak benar-benar memiliki keunikan yang kuat kecuali SledgeHammer Boy yang menggunakan senjata palu besar. Tingkat kesulitannya juga sangat menantang, apalagi saat kamu memainkan gamenya di tingkat kesulitan tinggi dimana musuh dapat menghabisi Budi dalam satu atau dua serangan. Belum lagi fungsi tombol bertahan menjadi terasa tidak berguna, karena musuh (setidaknya saat melawan boss) dapat menembus pertahananmu dan memberikan damage yang sama besarnya saat tidak melindungi diri.
Tidak memakan waktu lama juga sampai kami menyadari kalau kualitas AI yang buruk dalam game ini dapat di-abuse. Contohnya saat menghadapi boss atau musuh mob standar, kamu dapat menghindari setiap serangan mereka dengan memberikan satu atau dua serangan balasan dan kemudian mundur sebelum menyerang kembali. Intinya kamu dapat bermain secara maju mundur dan musuh tidak dapat bereaksi sama sekali. Mereka tidak memiliki semacam langkah antisipasi untuk menghadapi teknik “cheese” yang sebenarnya payah seperti ini.
Setelah memainkan demo ini untuk kedua kalinya, kami bahkan berhasil menyelesaikannya di tingkat kesulitan tertinggi hanya dengan terkena satu serangan dari hit box serangan SledgeHammer Boy yang memang bermasalah.
Krisis Identitas yang Terlihat Jelas
Krisis identitas yang kami maksud adalah upaya Parakacuk untuk menawarkan beberapa elemen yang rasanya tidak penting dan hanya memperkeruh kualitasnya. Salah satu yang terlihat jelas adalah sistem skor yang mirip dengan “Stylish Point” di game-game Devil May Cry. Sistem ini bekerja dengan mengukur seberapa kreatif kombo serangan yang bisa kamu eksekusi dalam waktu singkat, ditambah resiko skor yang menurun jika karakter yang kamu mainkan terkena serangan.
Namun dalam Parakacuk sistem ini terasa tidak relevan, karena kamu hanya disuguhkan dengan satu perintah serangan saja. Tidak ada tombol khusus dimana karakter bisa mengeksekusi kombo dengan tipe serangan lain, misalnya saja seperti menggunakan kaki. Mencapai skor SSS atau “Swag, Swag, Swag” adalah tugas yang sangat mudah asalkan kamu bisa menghindari serangan musuh.
Contoh lainnya juga bisa dilihat dari fungsi sistem menghindar atau dodging yang lebih terasa seperti game action ala souls-like, dimana karaktermu menjaga jarak dengan melakukan rolling. Kami merasa kalau game beat em’ up yang berfokus pada pertempuran adu jotos seperti ini justru membutuhkan tambahan sistem dodging jarak dekat seperti side step. Karena selain berguna untuk menjaga momentum pertempuran, sistem dodging ini juga terasa lebih natural untuk skenario pertempuran remaja sekolah yang nyata.
Bug, Optimisasi, Sampai Permasalahan Teknis
Sepanjang sesi permainan kami menemui beragam bug dan permasalahan teknis yang cukup mengganggu. Bahkan ini sudah kami rasakan sebelum masuk ke dalam gamenya, dimana saat menggunakan kontroler yang terkoneksi ke PC, game hanya akan berjalan sampai ke layar peringatan sebelum akhirnya terjadi force close atau crash. Contoh permasalahan lain yang palig sering kami temui juga muncul dari model karakter yang menembus objek dan bangunan.
Kualitas grafis yang ditawarkan gamenya terbilang cukup rendah apalagi untuk standar game zaman sekarang, namun tuntutan performa yang dibutuhkan benar-benar tinggi. Kami memainkan demo Parakacuk ini di setting maksimum dengan spesifikasi i5-9300H, GTX 1660 Ti 6GB, RAM 16GB dan hanya mendapat fps rata-rata di kisaran 30 saja.
Sebagai tambahan, opsi audio bahasa Inggris dalam gamenya terasa sangat canggung karena suara yang dihasilkan terasa seperti audio text-to-speech yang kaku. Ini belum lagi dari subtitle dengan kalimat yang kurang natural, dimana terkadang karakter menggunakan penggabungan bahasa baku dan kasar yang terasa tidak cocok.
Namun, Ada Juga Potensi yang Bisa Dipancarkan
Terlepas dari semua permasalahan di atas, kami merasa kalau Parakacuk memiliki potensi besar untuk menjadi game yang lebih baik. Pertama kami menyukai konsepnya yang berusaha membawa tema kenakalan remaja lokal dengan sentuhan liarnya sendiri. Salah satunya seperti bagaimana karakter boss dalam game ini memiliki semacam kekuatan superhuman, dan bahkan dapat memperlihatkan aksi yang tidak seharusnya dapat dilakukan anak sekolah. Akan sangat menarik tentunya untuk melihat aksi gila apa lagi yang akan ditemui pemain saat gamenya resmi dirilis.
Mungkin sebagian pemain merasa hal tersebut nampak seperti merusak kesan realismenya, namun menurut kami Gamecom Team harus lebih berani lagi untuk mengekspresikan konsep yang berusaha mereka bangun, tidak peduli seberapa liar idenya. Kami juga sempat menyebut kalau menggunakan senjata dalam game ini memberikan akses ke moveset serangan yang keren, jadi kami berharap di versi final nanti akan ada lebih banyak variasi senjata lainnya.
Jika diamati dengan lebih dalam, Parakacuk sebenarnya memiliki banyak potensi untuk menawarkan beragam elemen gameplay kreatif dan berhubungan dengan lingkungan sekolah itu sendiri. Kami membayangkan seperti bagaimana guru dapat memergokimu saat sedang bertempur dan membawamu serta murid berandal lain ke ruang BK. Atau bagaimana aksimu juga dapat dilaporkan ke orang tua dengan efek timbal balik yang terasa. Skenario permainan dengan konsekuensi nyata seperti ini pasti bisa menjadi ide yang keren jika bisa direalisasikan.
Kesimpulan
Pada akhirnya, impresi yang kami dapat dari demo Parakacuk berakhir tidak memuaskan. Bahkan setelah berusaha memainkannya selama beberapa kali, kami belum menemukan banyak kelebihan untuk dibawa ke artikel ini. Namun tentu saja ini masihlah versi demo yang hanya memberikan sedikit gambaran akan konten yang ditawarkan gamenya saat rilis. Karenanya, kami sangat berharap agar developer Gamecom Team dapat memberikan usaha terbaik mereka untuk memperbaiki permsalahan yang ada sekaligus menyempurnakan kulitas gamenya.
Bagi kamu tertarik untuk mencobanya, demo Parakacuk bisa langsung diunduh gratis di Steam dengan ukuran hanya sekitar 800 MB lebih. Sementara untuk versi final, Parakacuk rencananya akan dirilis di PC pada tanggal 29 Oktober 2021 mendatang.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
Discussion about this post