Dragon Age adalah salah satu franchise game RPG yang memiliki segudang fans di seluruh dunia dan sangat ikonik yang membuat BioWare namanya cukup melambung. Tidak mengherankan jika mereka sangat serius dalam membuat Dragon Age: The Veilguard tampak memuaskan untuk para fans maupun untuk menarik pemain baru untuk mencicipi franchise tersebut.
Kami mendapatkan kesempatan duluan untuk nyobain dan review Dragon Age: The Veilguard. Apakah perubahan yang cukup masif dalam game tersebut bisa memuaskan para fans? Atau hanya sekedar untuk menarik minat para gamer baru? Mari simak ulasan kami selengkapnya!
Jalan Cerita dan Keputusan Sangat Penting
Di Dragon Age: The Veilguard, cerita tetap kental dengan narasi mendalam yang berfokus pada karakter, tapi kali ini juga memasukkan tema-tema baru dan kompleksitas moral yang lebih dalam. Latar cerita ini berlatar belakang dunia yang sedang berurusan dengan akibat dari tindakan Solas. Sisa-sisa usahanya untuk memanfaatkan kekuatan dewa elf masih ada, menciptakan cerita yang lebih gelap, kembali ke akar seri ini yang selalu mengeksplorasi tema kekuasaan, pengorbanan, dan penebusan.
Tokoh utama cerita ini adalah karakter pemain, Rook, protagonis baru yang harus menghadapi kekacauan akibat kegagalan Solas dalam mengendalikan dewa elf. Dunia dipenuhi kekuatan gelap, terutama saat Blight muncul kembali dan mulai menguasai daerah-daerah seperti D’Meta’s Crossing. Pemain bakal membuat pilihan-pilihan besar yang mempengaruhi alur cerita, hubungan dengan karakter lain, bahkan mungkin mengubah masa depan Thedas.
Game ini dengan cerdas menggali dilema moral melalui misinya, mendorong pemain untuk membuat keputusan yang berdampak. Misalnya, di misi di D’Meta’s Crossing, pemain dihadapkan pada pilihan tentang nasib seorang walikota yang korup—biarkan dia hancur oleh Blight sebagai hukuman, atau beri dia kesempatan kedua untuk menebus diri? Momen-momen seperti ini memperlihatkan ciri khas Dragon Age yang penuh keputusan moral yang kompleks.
Namun, ada kritik juga tentang penulisan dialog yang kadang terasa terlalu menjelaskan. Ada beberapa momen ketika karakter mengulangi plot atau terlalu banyak memberi penjelasan tentang pilihan yang sudah kita buat, sehingga kadang terasa seperti meremehkan pemain dan mengganggu imersi.
Meski begitu, interaksi dengan rekan satu tim tetap jadi sorotan utama. Dialog-dialog ini mempertahankan kedalaman emosional dan tulisan yang seru, seperti yang diharapkan dari game BioWare. Markas di Lighthouse memberikan tempat nyaman untuk percakapan yang lebih personal, memperdalam hubungan dan menambah konteks cerita besar.
Pengembangan karakter juga menjadi fokus besar di sini. Pemain bisa mengeksplorasi berbagai dinamika hubungan, baik itu romantis maupun platonis. Ini mengingatkan pada judul-judul terdahulu, di mana membangun hubungan dengan rekan-rekan main memainkan peran penting dalam cerita. Companion Quest juga sangat menonjol di sini, karena langsung berpengaruh ke bagaimana akhir game ini akan berkembang.
Character Creation yang Lumayan
Dragon Age: The Veilguard memperluas fitur pembuatan karakter dengan kustomisasi yang luar biasa. Pemain bisa memilih dari empat ras: Elf, Qunari, Manusia, dan Dwarf, masing-masing punya karakteristik unik. Lalu ada tiga kelas yang bisa dipilih: Rogue, Warrior, dan Mage.
Fitur kustomisasi karakter juga mencakup detail fisik seperti warna kulit, bentuk wajah, bekas luka, tato, dan sistem rambut dengan fisika dinamis. Pemain juga bisa memilih jenis kelamin dan “pronomina” secara independen dari penampilan fisik. Tambahan elemen seperti riasan dan tato yang relevan secara budaya menambah kedalaman estetika karakter.
Selain kelas dan ras, pemain juga bisa memilih faksi: Veil Jumpers, Grey Wardens, The Mourn Watch, Lords of Fortune, Antivan Crows, atau Shadow Dragons. Setiap faksi berperan besar di Thedas dan bisa jadi sekutu yang berguna sepanjang cerita. Pilihan faksi juga bakal mempengaruhi latar belakang Rook, opsi percakapan, dan mungkin keseimbangan kekuatan di benua yang terpecah ini.
Pertarungan Intens dengan Action yang Kental
Salah satu perubahan terbesar di Dragon Age: The Veilguard adalah sistem pertarungannya yang sekarang lebih berfokus pada sisi action alih-alih taktis. Tujuannya adalah menciptakan pengalaman yang lebih fluid dan berbasis kombo, mirip dengan RPG modern daripada pendekatan taktis yang tradisional seperti di Dragon Age: Origins dan Inquisition.
Awalnya, saya agak ragu dengan perubahan ini, tapi semakin lama bermain, saya makin menghargai ritme barunya. Pertarungan di sini terasa lebih dinamis serta fluid, dan meski begitu, elemen strategi khas Dragon Age tetap ada. Pemain bertarung dalam real-time dengan fokus pada fluiditas dan mekanisme kombo, yang memungkinkan interaksi dinamis saat bertemu musuh.
Setiap kelas punya senjata yang bisa digunakan sesuai kebutuhan. Misalnya, jika memilih Rogue, kamu bisa menggunakan pedang ganda atau busur. Saya memilih Warrior, jadi saya bisa pakai pedang dan perisai atau kapak besar. Ada juga spesialisasi seperti Reaper, Slayer, atau Champion. Ini bikin pertarungan jadi variatif, karena pemain bisa mengubah strategi sesuai musuh yang dihadapi.
Karena gameplay yang lebih mengalir, pemain juga harus pintar mengatur kombo dan party. Ada beberapa kombinasi skill yang, misalnya, dapat membuat musuh terkena efek stagger. Ketika musuh dalam kondisi stagger, pemain dapat melakukan gerakan finishing dengan damage yang besar sekaligus keren untuk dilihat, dan kami cukup puas setiap kali berhasil melakukannya.
Sayangnya, pemain dibatasi hanya dengan 3 skill aktif dan 1 skill ultimate. Buat yang biasa main Inquisition, ini terasa membatasi kreativitas saat bertarung. Ada banyak skill keterampilan dan opsi build yang tersedia, tapi jadi terasa sia-sia karena kita cuma bisa pakai sedikit keterampilan. Menurut saya pribadi akan lebih jika bisa menggunakan lebih banyak skill.
Sistem party juga berubah di The Veilguard. Jumlah anggota party sekarang dikurangi jadi tiga orang saja, termasuk pemain, yang memungkinkan dinamika karakter yang lebih fokus dan interaksi yang lebih dalam. Setiap teman memiliki kemampuan unik, menambah variasi strategi pertempuran. Secara pribadi, saya suka perubahan ini. Kombinasi action dengan sistem party dan kombo yang mereka buat, serta fitur stagger dan finishing moves, bikin setiap pertarungan jadi seru dan gak bosenin.
Bukan Game Open World Sepenuhnya
Eksplorasi di Dragon Age: The Veilguard jadi fitur sentral yang memadukan lingkungan yang indah dengan lore yang kaya dan gameplay interaktif. Tapi jangan harap ini adalah sebuah game open-world sepenuhnya seperti Inquisition, kami lebih merasa dunianya seperti mission-based. Pemain bisa fast travel dan menjelajahi setiap lokasi atau region yang tersedia untuk mencari treasure, menyelesaikan misi sampingan, dan lainnya.
Pemain juga akan menemukan event dunia dinamis yang mungkin mengubah lanskap atau keadaan penduduk berdasarkan tindakan mereka. Contohnya, hadirnya Blight menciptakan suasana darurat dan bahaya, saat pemain menjelajah area-area yang terkait dengan konflik utama game ini.
Eksplorasi juga bukan sekadar berkeliling, tapi ada juga teka-teki yang harus diselesaikan. Pemain bisa menggunakan skill khusus companion untuk melewati tantangan, membuat platform, atau berinteraksi dengan lingkungan, menonjolkan pentingnya kerja sama dan strategi. Ini membawa kembali nuansa pemecahan puzzle dari game sebelumnya, membuat gameplay lebih seru dan memotivasi pemain untuk menjelajahi dunia secara mendalam.
Aksesibilitas yang Mendetail
Game ini memberikan pilihan pengaturan tingkat kesulitan yang cukup fleksibel. Jika merasa terlalu sulit atau justru ingin tantangan lebih, pemain bisa menyesuaikan elemen seperti timing parry, kekuatan aim assist, total HP dan damage musuh, hingga seberapa agresif musuh yang dilawan.
UI juga bisa disesuaikan, seperti HUD yang bisa disembunyikan atau dimatikan sepenuhnya, termasuk indikator kesehatan Rook, tracker objektif, dan mini map. Subtitel juga bisa disesuaikan sepenuhnya, memungkinkan pemain mengubah ukuran, opasitas, nama pembicara, dan warna.
Sistem Progression
Dalam game ini, ada perkembangan pada Karakter, Equipment, dan NPC. Ya, NPC juga bisa di-upgrade di sini.
Karakter
Seperti game RPG pada umumnya, pemain akan memiliki akses ke skill tree yang memungkinkan penyesuaian gaya bermain. Setiap class akan menawarkan skill dan spesialisasi yang unik, mendorong pemain untuk menjelajahi berbagai build dan pendekatan untuk bertarung. Skill tree juga berarti bahwa pilihan yang dibuat di awal dapat secara signifikan memengaruhi gameplay seiring progress pemain.
Saya memilih Warrior. Fokus utama saya adalah menggunakan perisai dan meningkatkan pertahanan. Tapi, Warrior juga bisa menggunakan Great Axe untuk DPS. Ini semua tergantung pada bagaimana setiap pemain ingin membangun karakter mereka. Jika kamu sangat berdedikasi untuk grinding, kamu dapat mencoba membuka semuanya, tapi siap-siap tidak meninjak rumput karena ada banyak sekali Skill Tree, dan kamu hanya mendapatkan 1 Skill Point untuk setiap kenaikan level.
Selain itu, setiap companion memiliki misi pribadi yang tidak hanya mengembangkan karakter mereka, tetapi juga memengaruhi keseluruhan cerita dan perkembangan pemain. Menyelesaikan misi ini dapat menghasilkan hadiah yang signifikan, termasuk equipment baru dan skill point untuk memperkuat companion dan mempermudah game kedepannya.
Equipment
Pemain bisa memilih senjata sesuai gaya bertarung, mulai dari pedang, tongkat sihir, busur, hingga dagger. Ada sistem loot dengan tingkat rarirty, dari yang biasa sampai unique. Armor juga punya kategori berdasarkan beratnya, tapi tidak ada batasan tertentu. Jadi para pemain bisa berkreasi sesui dengan build masing-masing tanpa repot mikirin ini bisa dipakai atau engga.
Di game ini, ada sistem loot yang benar-benar bikin semangat buat bertarung. Kamu bakal nemu gear dengan tingkat rarity yang beda-beda, mulai dari yang basic (common) sampai legendary (unique), masing-masing punya stats dan efek kayak damage elemental atau boost ability. Sistem ini bikin kamu mau terus masuk ke pertarungan atau menjelajahi area tersembunyi buat cari gear yang lebih kuat.
Sistem upgrade senjatanya juga keren banget. Seperti yang saya bilang tadi, dari rarity common sampai unique, tapi dijamin bakal punya senjata unik buat end game. Kalau kamu punya dan dapet lagi equipment yang sama—entah dari drop atau beli—equipment itu otomatis upgrade ke tingkat rarity yang lebih tinggi.
Selain itu, game ini memiliki sistem Wardrobe. Ini seperti fitur kostum—jika pakaian kamu terlihat kurang menarik tetapi build sudah solid, kamu bisa langsung menggunakan kostum untuk menutupinya. Ada banyak kostum yang bisa dipilih, baik dari equipment yang ditemukan, yang kamu beli dari NPC, harta karun, maupun bonus pre-order/DLC.
NPC
Beberapa NPC penting yang menjual item unik atau kostum keren punya sistem upgrade sendiri. Pemain perlu mengumpulkan bahan-bahan tertentu dan membangun reputasi dengan menyelesaikan misi di area mereka. Meskipun kadang bikin frustrasi, sistem ini bikin pemain tetap termotivasi untuk grinding demi peralatan terbaik.
Detail Lingkungan yang Solid, Tapi…
Dragon Age: The Veilguard pamerin dunia yang penuh dengan pemandangan keren dan beragam, yang benar-benar ngasih nuansa megah dan magis dari Thedas. Misalnya, Arlathan Forest yang bikin kagum karena kecantikannya yang mistis. Energi magis di hutan ini divisualisasikan dengan efek-efek seperti air yang mengalir ke atas. Tapi selain lingkungan yang indah, ada juga area gelap dan rusak karena pengaruh Blight, kayak di D’Meta’s Crossing, di mana pemain bakal nemu pemandangan sepi, menyeramkan, yang penuh ancaman mematikan.
Walaupun semua elemen lingkungan ini ngedukung ceritanya, ada satu hal yang agak ganggu buat saya pribadi. Jujur, visualnya menurut saya agak terlalu kartunis, terang, dan ceria. Rasanya beda banget sama Origins atau bahkan Inquisition. Buat pemain baru mungkin gak masalah, tapi buat fans lama, kesannya jadi agak aneh. Tapi ya, secara keseluruhan, animasinya tetap halus dan oke.
Ngomongin soal model karakternya, secara pribadi menurut saya jga kurang menarik untuk dipandang, terutama untuk companion yang bakal sering kita temui. Di game ini bisa dibilang kamu tidak akan nemuin karakter yang benar-benar ganteng atau cantik, kecuali dari hasil karakter yang dibikin sendiri. Tapi untuk monster-monsternya, terutama naga, kebanyakan kelihatan keren banget.
Kesimpulan
Dragon Age: The Veilguard punya campuran yang solid antara storytelling yang kompleks dan combat yang penuh action, meski gak sempurna. Ceritanya penuh momen karakter yang mendalam, pilihan moral yang sulit, dan sistem companion, semua dalam dunia yang lagi chaos gara-gara aksinya Solas. Perkembangan karakter dan dinamika hubungannya bener-bener khas BioWare. Tapi di beberapa bagian, narasinya terlalu ngejelasin, yang kadang bikin flow ceritanya sedikit terganggu.
Untuk gameplay, perubahan ke combat yang lebih action-heavy jadi penyegaran yang bikin pertarungan terasa lebih cepat dan fluid—pas banget buat pemain modern. Ada banyak pilihan senjata, kelas, dan skill tree, jadi kamu punya banyak ruang buat personalisasi gaya bertarung.
Meski begitu, gaya visual yang cerah dan kartunis serta model karakter yang kurang menarik mungkin agak mengganggu buat fans lama yang udah terbiasa sama nuansa gelap dan combat taktis dari game sebelumnya. Tapi secara keseluruhan, game ini tetep punya keseimbangan yang bagus antara gameplay, perkembangan karakter, cerita mendalam dengan pilihan yang bener-bener berpengaruh.
Tertarik menantikan gamenya? Dragon Age: The Veilguard direncanakan rilis pada 31 Oktober mendatang untuk PlayStation 5, Xbox Series, dan PC. Untuk segala perkembangan terupdate mengenai gamenya sendiri bisa terus kamu pantau lewat website resmi mereka DI SINI.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
The Review
Dragon Age: The Veilguard
PROS
- Interaksi Companion yang Mendalam
- Character Creation yang Lumayan
- Sistem Combat Baru yang Fluid & Seru
- Opsi Aksesibilitas yang Detail
- Desain Lingkungan yang Memukau
CONS
- Skill Aktif yang Terbatas
- Ukuran Party Dikurangin
- Gaya Visual Terasa Kurang Pas
Discussion about this post