Dikembangkan oleh Nitroplus, Rusty Rabbit menceritakan kisah Stamp, seekor kelinci pemarah tapi menggemaskan, yang menjelajahi reruntuhan peradaban manusia dengan mech setianya, Junkster. Dengan naskah yang ditangani oleh Gen Urobuchi—penulis di balik serial terkenal seperti Puella Magi Madoka Magica, Psycho-Pass, dan Fate/Zero—Rusty Rabbit menghadirkan tragedi yang halus dan worldbuilding yang mendalam, menarik pemain ke dalam lanskap emosional yang kaya.
Meskipun ceritanya menarik dan desain dunianya penuh warna, game ini terbebani oleh pacing awal yang lambat, kontrol yang kaku, dan pertarungan yang repetitif. Bagi penggemar Metroidvania yang mencari mekanik yang lebih ketat dan pertarungan yang beragam, Rusty Rabbit mungkin terasa kurang memuaskan. Namun, game ini cocok untuk pemain baru yang ingin mencoba genre ini dengan pengalaman yang lebih santai dan mudah diakses. Simak review kami mengenai Rusty Rabbit!
Cerita
Rusty Rabbit berlatar di Bumi di masa depan yang telah hancur akibat zaman es tiba-tiba, bencana yang memaksa manusia meninggalkan planet ini dan hanya menyisakan makhluk-makhluk kecil seperti kelinci. Selama beberapa generasi, kelinci menjadi spesies dominan, membangun peradaban mereka di atas sisa-sisa peradaban manusia yang beku.
Sang protagonis, Stamp, bukanlah pahlawan biasa. Di balik sikapnya yang kasar, ia memiliki keinginan kuat untuk memahami dunia yang ia tinggali. Hubungannya dengan mech Junkster menjadi penopang emosional sepanjang perjalanannya.
Cerita Rusty Rabbit disampaikan melalui environmental storytelling, jurnal dan rekaman audio yang bisa dikumpulkan, interaksi dengan NPC, serta misi sampingan. Premis dunia pasca-manusia ini terasa unik: mobil-mobil berkarat, gedung pencakar langit yang setengah terkubur salju, serta flora dan fauna yang berevolusi dengan cara tak terduga. Game ini juga mempertentangkan kehidupan sederhana desa kelinci—yang dibangun dari sisa-sisa peradaban manusia—dengan monumen-monumen megah peninggalan manusia yang kini sunyi.
Misi sampingan seringkali memberikan kisah-kisah personal yang menarik, mulai dari cinta tak terbalik seorang sarjana kelinci kepada arkeolog manusia hingga eksperimen nekat seorang mekanik muda. Ada juga koleksi catatan harian dan laporan ilmiah manusia yang tersebar di seluruh dunia. Mendengarkan ini semua, pemain bisa merasakan kepanikan dan kesombongan manusia di hari-hari terakhir mereka, yang kontras dengan rasa ingin tahu para kelinci.
Cerita Rusty Rabbit ternyata jauh lebih hidup dari yang diharapkan. Kontras antara hamparan es yang luas dan kosong dengan kehangatan budaya kelinci yang erat terasa emosional. Di momen-momen sedih dan kontemplatif, pengaruh Gen Urobuchi terasa kuat—tidak berlebihan, tapi selalu memancing pemikiran. Satu-satunya masalah adalah beberapa bagian dialog yang terlalu panjang, memperlambat eksplorasi di awal permainan. Namun, hadiahnya—seperti museum manusia yang ditemukan kembali atau mural-mural kuno yang menggambarkan hari-hari terakhir peradaban—selalu sepadan dengan usaha tersebut.
Gameplay
Rusty Rabbit menggabungkan eksplorasi ala Metroidvania dengan sistem loot-driven progression, tapi sayangnya menderita karena kontrol yang lambat dan desain level yang monoton. Meskipun sistem upgrade dan variasi level memberikan beberapa momen menarik, game ini tidak selalu memanfaatkannya dengan baik.
Di awal permainan, pergerakan Stamp terasa lamban dan kaku—berjalan, memanjat dinding, dan melompat semuanya terasa kurang responsif. Baru setelah beberapa jam dan mendapatkan upgrade seperti rocket booster, pergerakan menjadi lebih lancar dan platforming lebih menarik. Sayangnya, upgrade-upgrade ini datang terlambat, membuat pacing awal terasa membosankan.
Meskipun kembali ke area sebelumnya untuk mengumpulkan scrap terasa seperti pekerjaan rumah ketimbang hadiah, pusat upgrade Junkster di kota memberikan umpan balik yang jelas tentang skill baru dan rute yang bisa dieksplorasi ulang.
Sayangnya, banyak dungeon di game ini kurang variasi dan terasa sama. Untungnya, ada dungeon prosedural opsional yang menambah replayability, masing-masing dengan tema unik.
Combat
Pertarungan di Rusty Rabbit dimulai dengan senjata dasar berupa lengan penggali, yang nantinya bisa dilengkapi dengan senjata jarak jauh, pedang, atau palu. Sayangnya, handling mech terasa kikuk, dan hit detection seringkali tidak akurat, membuat pertarungan jarak dekat jadi menjengkelkan.
Meskipun ada status ailments seperti beku atau stun yang memaksa pemain bermain lebih hati-hati, pertarungan di game ini tidak pernah benar-benar menantang. Kebanyakan musuh tidak memberikan ancaman serius.
Desain bos menunjukkan kreativitas Nitroplus, tapi mekanik pertarungannya sendiri kurang mendalam. Pada dasarnya, semua pertarungan—baik melawan bos atau musuh biasa—hanya berputar pada pola dodge-and-shoot. Serangan pemain juga terasa kurang berdampak, dengan sound design yang tidak membantu membuat pukulan terasa hambar.
Rusty Rabbit lebih condong ke arah aksesibilitas, cocok untuk pemain kasual yang baru mencoba Metroidvania. Pertarungan jarang mencapai tingkat kesulitan tinggi, lebih mengutamakan cerita daripada tantangan gameplay. Meskipun eksplorasi memberikan hadiah berupa loot dan sistem crafting, pacing game terganggu karena banyak waktu dihabiskan untuk backtracking atau duduk menunggu dialog selesai.
Setelah mendapatkan banyak kemampuan, eksplorasi akhirnya terasa menyenangkan—jetpack dan drill mengubah dunia menjadi taman bermain vertikal. Namun, semua itu baru terasa setelah melewati bagian awal yang lambat. Sayangnya, variasi musuh terlalu sedikit, membuat upgrade senjata terasa kurang termanfaatkan.
Perlu dicatat bahwa versi Nintendo Switch terkadang mengalami frame rate drop, yang bisa mengganggu alur platforming dan pertarungan.
Kesimpulan
Rusty Rabbit menawarkan narasi yang menarik dan latar yang unik dalam genre Metroidvania, didukung oleh worldbuilding atmosferik dan cerita yang berfokus pada karakter. Eksplorasi menjadi lebih lancar dan menyenangkan setelah pemain mendapatkan upgrade pergerakan.
Namun, pengalaman ini terhambat oleh pacing awal yang lambat, pertarungan yang repetitif, dan desain dungeon prosedural yang kurang variasi. Pemain yang lebih mementingkan cerita dan atmosfer mungkin akan menikmati perjalanan ini, terutama jika mereka nyaman dengan tingkat kesulitan yang lebih santai. Di sisi lain, pemain yang mencari mekanik platforming yang tajam dan tantangan gameplay yang konsisten mungkin akan kecewa.
Rusty Rabbit sudah resmi dirilis dan bisa kamu mainkan di PlayStation 5, Nintendo Switch, dan juga PC melalui Steam. Kamu bisa kunjungi situs resminya DI SINI untuk berbagai informasi lebih lanjut.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
The Review
Rusty Rabbit
PROS
- Cerita emosional dengan latar dunia pasca-manusia yang unik.
- Environmental storytelling dan koleksi yang imersif.
- Misi sampingan dan jurnal memperkaya dunia game.
- Tingkat kesulitan yang ramah untuk pemula Metroidvania.
CONS
- Pacing awal lambat dan kontrol terasa kaku sebelum upgrade.
- Pertarungan kurang mendalam dan terasa tidak memuaskan.
- Variasi musuh dan mekanik bos terbatas.
Discussion about this post