Kalau kamu termasuk generasi yang tumbuh bareng film animasi How to Train Your Dragon tahun 2010, pasti udah hafal banget sama kisah Hiccup dan Toothless yang ikonik itu. Nah, di tahun 2025 ini, versi live-action-nya akhirnya tayang juga! Banyak yang awalnya skeptis—takut ceritanya diubah, takut karakternya jadi aneh, atau bahkan khawatir feel film animasinya hilang. Tapi tenang, karena ternyata adaptasi ini justru berhasil ngasih rasa nostalgia sambil tetap bikin penonton terpukau lewat tampilan yang lebih realistis dan megah di layar lebar.
Live-action ini memang bukan sekadar “ulang cerita pakai aktor manusia”. Film ini kayak surat cinta buat versi animasinya. Elemen-elemen penting yang dulu bikin kita jatuh hati tetap dipertahankan, mulai dari cerita yang menyentuh, dinamika karakter yang kuat, sampai hubungan magis antara manusia dan naga. Buat yang udah nonton versi lamanya, ngerasa familiar itu nggak bikin bosan—justru malah jadi bagian paling menyenangkan. Simak review kami mengenai How to train Your Dragon!
Cerita yang Sudah Dikenal, Tapi Tetap Berkesan
Adaptasi live-action How to Train Your Dragon akhirnya resmi tayang di tahun 2025 dan berhasil membawa kisah klasik anak Viking dan naga kesayangannya ke layar lebar dalam format yang jauh lebih realistis. Banyak penggemar yang awalnya khawatir bahwa versi live-action ini akan banyak mengubah cerita atau menghilangkan momen-momen penting yang dulu sangat disukai di versi animasinya.
Untungnya, kekhawatiran itu langsung hilang setelah menonton film ini, karena hampir semua elemen yang bikin film animasi tahun 2010 terasa begitu spesial tetap dipertahankan. Ceritanya masih berfokus pada Hiccup, seorang remaja Viking yang hidup di desa Berk—tempat di mana serangan naga merupakan kejadian sehari-hari dan dianggap sebagai ancaman yang harus dibasmi. Tapi Hiccup punya pandangan berbeda. Alih-alih ikut bertarung, ia lebih tertarik untuk memahami naga-naga tersebut.
Segalanya berubah ketika ia bertemu dan diam-diam berteman dengan seekor naga yang terluka, yang kemudian ia beri nama Toothless. Pertemanan ini pelan-pelan mengguncang seluruh keyakinan dan tradisi desa tentang naga.
Adaptasi yang Sangat Setia pada Versi Animasi
Salah satu alasan kenapa film ini terasa begitu familiar adalah karena Dean DeBlois, sutradara dari versi animasinya, juga kembali menyutradarai versi live-action ini. Hasilnya adalah sebuah adaptasi yang hampir satu per satu menyalin jalan cerita dan pacing film orisinalnya. Buat penonton yang sudah hafal cerita animasi versi 2010, versi ini akan terasa sangat akrab, tapi tetap menyenangkan untuk diikuti.
Filmnya punya ritme yang enak—ada momen-momen tenang yang fokus ke perkembangan karakter, lalu dilanjutkan dengan adegan aksi yang seru tanpa terasa terlalu cepat atau lambat. Yang patut dipuji adalah bagaimana film ini berhasil membawa kembali adegan-adegan penting seperti pertemuan pertama Hiccup dengan Toothless, atau momen ketika Hiccup mulai mendekatkan diri dengan Astrid. Semuanya dieksekusi dengan detil yang sangat mirip, bahkan sampai ke gestur kecil dan sudut kamera yang sengaja dibuat menyerupai versi animasi.
Salah satu daya tarik utama dari film ini adalah bagaimana karakter Toothless tetap mempertahankan pesona aslinya, meskipun kali ini hadir dalam bentuk CGI realistis. Toothless tetap tampil sebagai naga yang menggemaskan, penuh ekspresi, dan punya kepribadian unik—kadang lucu, kadang galak, tapi selalu bikin penonton ikut tersentuh setiap kali ia berinteraksi dengan Hiccup.
Koneksi antara manusia dan naga ini menjadi inti emosional dari cerita, dan berkat efek visual yang luar biasa halus, semua momen itu jadi terasa nyata dan menyentuh. Setiap gerakan, tatapan, dan suara dari Toothless berhasil bikin hubungan antara karakter utama dengan naganya terasa hidup.
Aktor dan Lokasi yang Mendukung Cerita
Mason Thames sebagai Hiccup tampil dengan karakteristik yang pas banget. Ia membawa sisi kikuk, canggung, tapi penuh tekad dari Hiccup dengan sangat alami. Penampilannya juga secara fisik mendekati bayangan banyak orang tentang karakter Hiccup: kurus, agak lemah dibanding Viking lain, tapi punya keberanian besar.
Sementara itu, Nico Parker tampil percaya diri sebagai Astrid. Ia berhasil menampilkan sisi tangguh, kompetitif, dan juga kehangatan yang bikin karakter Astrid terlihat layak dihormati oleh teman-temannya sesama Viking. Lokasi syuting yang digunakan juga mendukung nuansa dunia Berk. Pemandangan alam yang liar, cuaca yang suram, dan latar belakang desa kayu semuanya terasa seperti diambil langsung dari dunia animasi. Ditambah lagi, musik dari John Powell yang ikonik kembali digunakan di sini.
Ketika lagu “Test Drive” diputar dalam format bioskop, rasanya nostalgia langsung menyeruak dan bikin merinding. Suara dan musik dalam film ini benar-benar memainkan peran penting dalam membangun suasana yang emosional dan memikat.
Selain efek visual dan akting, satu aspek yang nggak kalah penting dalam film ini adalah desain suaranya. Setiap suara dibuat dengan detail luar biasa—dari gemuruh suara naga, dentuman langkah mereka, sayap yang mengepak cepat, sampai suara khas Toothless saat mengeluarkan tembakan plasma. Semua elemen audio ini terasa sangat mendukung visual yang ada di layar, bahkan dalam beberapa adegan suara justru menjadi elemen utama yang membangun ketegangan atau kedekatan emosional.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, How to Train Your Dragon (2025) berhasil menghadirkan kembali kisah yang dicintai banyak orang tanpa kehilangan identitasnya. Ini bukan sekadar adaptasi live-action yang asal jadi, tapi benar-benar dibuat dengan rasa hormat dan cinta terhadap sumber aslinya. Dean DeBlois jelas punya niat kuat untuk menjaga semangat dari film orisinal, dan hasilnya terlihat dari setiap detail kecil yang diperhatikan dengan serius.
Film ini bukan cuma untuk penggemar lama, tapi juga sangat cocok buat penonton baru yang belum pernah menyaksikan versi animasinya. Dengan visual yang memukau, musik yang membawa nostalgia, dan cerita yang tetap kuat secara emosional, film ini memberikan pengalaman menonton yang lengkap. Rasanya seperti pulang ke cerita lama, tapi dengan cara yang baru dan lebih nyata.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
Discussion about this post