Game-game di Indonesia saat ini semakin maju dan berkembang lebih jauh lagi dengan banyaknya developer game yang bermunculan. Karena hal tersebut, event Indonesia Game Developer Exchange alias IGDX selalu dinantikan eksistensinya, terutama bagi mereka yang memang berkecimpung di industri game.
Pada ajang IGDX 2024, kami mendapatkan kesempatan untuk melakukan wawancara dengan Shafiq Husein, Presiden Asosiasi Game Indonesia (AGI) untuk periode 2024-2029 dan berbincang bagaimana perkembangan game di tanah air serta bagaimana organisasinya mendukung para developer lokal. Mari simak wawancaranya!
Peluang dan Dukungan untuk Berkembang
Shafiq Husein, Presiden Asosiasi Game Indonesia (AGI) untuk periode 2024-2029, berbagi cerita tentang perkembangan industri game indie di Indonesia. Selain memimpin AGI, Shafiq juga menjalankan Gambir Studio, sebuah studio pengembangan game yang ia dirikan sendiri.
Indonesia sekarang dikenal sebagai pasar game terbesar di Asia Tenggara, dengan lebih dari 45% pengguna berasal dari sini. Ini bikin industri game di Indonesia jadi peluang besar, khususnya buat pengembang lokal. Banyak dari mereka sekarang fokus bikin game PC dan konsol, terutama game premium.
Yang menarik, pemerintah sekarang benar-benar serius mendukung industri ini. Salah satu buktinya adalah adanya Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2024, yang bertujuan mempercepat perkembangan ekosistem game di Indonesia. Menurut Shafiq, ini langkah penting karena dukungan pemerintah sangat kuat saat ini.
Program untuk Pengembang Game
Asosiasi Game Indonesia (AGI) punya beberapa program yang fokus membantu pengembang-pengembang muda. Program ini termasuk inkubasi, kompetisi game, game jam, dan roadshow promosi. Selain itu, pemerintah juga lagi mengusahakan pendanaan khusus untuk pengembang indie, meskipun masih dalam proses.
“Dari para developer yang sudah sukses dan mereka dapat mengajari yang baru bagaimana cara sukses atau dapat berbagi data dan pengetahuan juga. Dan juga, dengan adanya acara seperti ini, seperti IGDX ini, kami memfasilitasi para developer untuk belajar lebih banyak lagi. Dan tentu saja, dengan pendanaan juga, setidaknya bantuan dari pemerintah mau menanggung 50% dari biaya produksi yang masih dalam rencana,” ujar Shafiq.
Visi untuk Game Indie di Masa Depan
Shafiq punya visi besar buat industri game Indonesia. Dia ingin Indonesia jadi juara di Asia Tenggara, bukan cuma dari segi jumlah, tapi juga kualitas. Untuk itu, dia mendorong adanya kolaborasi, bukan cuma antara pengembang dan publisher, tapi juga dengan berbagai pihak lain.
Menurut Shafiq, game punya potensi besar buat jadi media edukasi. Contohnya, game bisa dipakai buat ngajarin orang soal inflasi atau stunting. Dengan kemasan yang menarik, game bisa jadi cara belajar yang asik karena orang lebih suka belajar lewat pengalaman dibanding baca artikel atau informasi yang berat.
Pentingnya Umpan Balik dan Kesiapan Menghadapi Pasar
Shafiq Husein menekankan kalau salah satu tantangan besar buat pengembang game adalah siap menerima kritik dan umpan balik, baik dari pengembang lain maupun dari penerbit. Makanya, AGI dan pemerintah sering ngadain acara kayak IGDX. Di sana, pengembang yang baru merintis, terutama yang baru bikin satu game, bisa ketemu mentor-mentor lokal. Mereka bakal dapat masukan soal pitch deck, demo game, atau bahkan ide dasar game sebelum mereka bertemu penerbit besar.
Shafiq nggak memungkiri, umpan balik nggak selalu menyenangkan. “Kalau kamu sudah ketemu 40 sampai 60 penerbit dan semua nolak, mungkin itu tandanya game-nya belum bagus,” ujarnya. Walaupun terkesan keras, tapi itulah kenyataannya. Kadang pengembang terlalu yakin sama ide mereka dan mikir semua orang bakal suka, padahal kenyataan di pasar bisa beda. Penerbit biasanya fokus ke gimana game itu bisa laku.
Bahkan Shafiq sendiri, yang sudah 10 tahun lebih di industri game, masih merasa menerima kritik itu sulit. “Kita juga sering bikin kesalahan saat mengembangkan game karena terlalu bias sama game kita sendiri,” katanya. Kadang, sebagai pengembang yang udah ngerti banget soal game-nya dari awal sampai akhir, susah buat melihat kekurangannya dari sudut pandang pemain yang nggak paham konsep game-nya.
Shafiq selalu bilang ke pengembang bahwa pada akhirnya, kompetisinya ada di luar sana. Yang menentukan apakah game-nya bagus atau nggak itu pemain, bukan penerbit atau pengembang itu sendiri. “Kalau kamu bikin game cuma buat diri sendiri dan nggak peduli pendapat pemain, ya silakan aja. Tapi kalau kamu mau game-nya sukses, ya harus dengerin masukan,” jelas Shafiq.
Saat ini, banyak pengembang yang mulai lebih peka dan paham pentingnya mendengarkan umpan balik. Mereka juga belajar soal marketing dan cara publikasi yang baik. Umpan balik, pemasaran, dan siap menghadapi kenyataan pasar adalah kunci buat game indie bisa sukses dan diterima pemain di luar sana.
Dukungan Lewat Mentoring dan Pendanaan
AGI dan pemerintah terus ngadain acara-acara yang mendukung pengembang indie. Salah satunya adalah IGDX (Indonesia Game Developer Exchange), yang jadi tempat pengembang belajar dan dapet pendanaan. Rencananya, pemerintah bakal nutupin hingga 50% biaya produksi game, terutama buat pengembang yang baru mulai.
Shafiq juga bilang pentingnya mentoring, terutama buat studio yang baru bikin game pertamanya. Dalam program mentoring ini, pengembang bisa dapet masukan dari mentor lokal sebelum game mereka rilis di pasar global. Meski kadang susah menerima kritik, Shafiq menekankan kalau umpan balik itu sangat penting biar kualitas game makin bagus.
Keseimbangan antara Kreativitas dan Bisnis
Salah satu tantangan yang sering dihadapi pengembang game indie adalah bagaimana caranya menyeimbangkan kreativitas dengan aspek bisnis. Shafiq selalu ngingetin timnya kalau game yang mereka buat harus bisa menghasilkan uang supaya perusahaan tetap jalan.
Meski begitu, di Gambir Studio, Shafiq tetap berusaha kasih ruang buat timnya bereksperimen, tapi tetap dengan kesadaran bahwa keuangan perusahaan harus aman dulu. Dia selalu bilang ke timnya, buat sesuatu yang bisa dijual, tapi juga jangan sampai kreativitas mereka terkekang.
Kolaborasi dengan Industri Kreatif Lain
Shafiq juga ngeliat banyak peluang di kolaborasi antara industri game dan sektor kreatif lainnya. Menurut dia, kerjasama lintas industri bisa bikin game makin dikenal dan juga jadi ajang buat inovasi baru.
Dengan dukungan pemerintah lewat program-program kayak IGDX, WIDURI, dan GameSeed, Shafiq optimis kalau industri game indie di Indonesia bakal terus berkembang. Mentoring, pendanaan, dan kolaborasi yang terus didorong diharapkan bisa bikin Indonesia jadi salah satu pusat industri game di Asia Tenggara.
Ke depannya, industri game indie di Indonesia punya masa depan cerah. Banyak peluang buat pengembang lokal yang siap bersaing di pasar global dengan karya-karya mereka.
Nah, itulah tadi rangkuman wawancara eksklusif kami dengan Shafiq Husein, Presiden Asosiasi Game Indonesia (AGI) yang cukup menarik dengan beberapa insight baru, khususnya bagi kalian yang mungkin tertarik untuk ikut terjun ke industri game sebagai developer game indie di tanah air.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
Discussion about this post