Tidak ada platform yang mempunyai lebih banyak oportunitas untuk developer dan penerbit game dibandingkan mobile. Ini paling terlihat di Asia, di mana 1.21 milliar mobile gamer – lebih dari setengah populasi mobile gaming dunia – secara konsisten merepresentasikan bagian besar dari pendapatan game mobile di seluruh dunia.
Karena game mobile lebih mudah diakses dan lebih murah dibandingkan game PC dan konsol sebelumnya, mereka memberikan penerbit jalur langsung ke lebih banyak player dari sebelumnya. Hal ini memberikan para developer game lebih banyak kebebasan untuk bereksperimen dengan lebih banyak genre, cara monetisasi, dan jenis gameplay.
Dengan perubahan game mobile dari control scheme yang sederhana hingga menjadi pengalaman yang lebih kompleks dan imersif, mereka juga mengungkapkan lebih banyak perbedaan dari preferensi mobile gamer di wilayah Asia. Mengingat keanekaragaman budaya lokal, tradisi, dan pilihan player di Asia, menerbitkan mobile game baru dengan sukses bisa lebih sulit dari perkiraan. Langkah pertama adalah untuk lebih mengenal player-player lokal.
Southeast Asia
Asia Tenggara secara spesifik adalah wilayah dengan banyak negara dengan budaya, komunitas, dan karakteristik masing-masing. Penduduk Asia Tenggara juga termasuk salah satu dari pengguna internet mobile terberat di dunia. Pada tahun 2019, 90% dari 360 juta pengguna internet Asia Tenggara (2/3 dari populasi wilayah ini) mengakses internet menggunakan handphone mereka. Selain itu game mobile di Asia Tenggara telah melewati game PC dan konsol dalam pendapatan dan jumlah download.
Dalam 5 tahun terakhir, developer dari luar Asia telah dikalahkan oleh tim-tim lokal yang lebih mengerti preferensi penduduk mereka. Di Asia Tenggara, menarik perhatian gamer lokal membutuhkan lebih dari pengertian bahasa dan gaya seni. Mengerti dan menghormati budaya dan kepercayaan lokal adalah hal yang lebih penting.
Dibandingkan dengan kebanyakan negara lain di dunia, agama sangat penting di kehidupan penduduk Asia Tenggara sehari-hari. Fakta ini merubah beberapa hal yang dapat diterima di pasar-pasar tertentu, tetapi tidak dapat diterima di sini. Developer harus sadar agar tetap menghormati kebiasaan dan budaya lokal saat mempromosikan game mereka di setiap pasar.
Contohnya adalah event Ramadan yang diadakan Facebook Gaming di beberapa negara, menarik perhatian gamer dari Indonesia dan Malaysia. Ada juga event Mobile Legends Tahun Baru TET di Vietnam. Selain itu, developer dari luar Asia Tenggara telah berkerja sama dengan selebriti lokal dan tokoh masyarakat untuk mempromosikan game mereka. Contohnya adalah Garena Free Fire yang telah berkerja sama dengan Joe Taslim, dan Gravity Interactive yang mempromosikan Ragnarok M: Eternal Love di Thailand dengan bantuan bintang K-Pop Lisa dari Blackpink.
Dunia Esports yang Berkembang Pesat
Satu lagi hal yang semua developer harus pikirkan adalah peran komunitas. Dalam survey 2019 dari GameStart, 60% gamer Asia Tenggara lebih suka bermain dengan teman dan banyak game-game terbesar di wilayah ini mempunyai fitur-fitur sosial dan gameplay dalam tim.
Gamer di Asia Tenggara mempunyai keinginan kuat untuk bermain dalam sebuah komunitas. Fakta ini, bersama kebijakan dan dukungan pemerintah di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam telah membantu game dan turnamen esports untuk berkembang. Diantara 2018 dan 2018, total hadiah dalam turnamen lokal Asia Tenggara tumbuh 244%, dan wilayah ini sekarang mempunyai 5 game esports dalam “Top 10 Grossing Chart” di tahun 2019 dibandingkan hanya 2 pada tahun 2016.
Free Fire milik Garena adalah mobile game dengan penghasilan paling tinggi pada Q1 2020 dengan 80 juta pemain online secara bersamaan. Untuk mengikutsertakan player mereka saat COVID-19 berlangsung, Garena mengadakan dua kali lebih banyak turnamen Free Fire online di triwulan tersebut dibandingkan tahun sebelumnya. Mereka mendapatkan 90 juta tontonan untuk semua turnamen tersebut.
@gamerwk_id
Discussion about this post