Dari sekian banyak game terbaru Square Enix yang direncanakan rilis pada 2023 nanti, Forspoken mungkin adalah judul yang butuh usaha lebih dalam menarik perhatian. Impresi yang didapatnya sejauh ini memang lumayan bercampur antara positif dan negatif, karena itulah para pemain akhirnya sudah diberi akses ke versi demo untuk menjawab rasa penasaran mereka akan kualitas yang ditawarkan. Tentu saja ini masih sebatas versi demo, jadi apapun impresi yang didapat saat ini bisa saja berbeda dengan versi finalnya.
Kami sendiri sudah memainkan demonya beberapa hari lalu dan meski tidak begitu panjang, tapi konten yang tersedia lumayan padat dan bisa dimainkan selama berjam-jam selama tidak mengikuti misi utamanya. Lalu apakah Forspoken berhasil memberi pembuktian menjanjikan atau malah sebaliknya? Langsung saja simak impresi singkat kami di bawah ini!
Tutorial Apa Adanya
Gamenya dibuka dengan intro yang menampilkan sedikit sinopsis cerita dari seorang remaja wanita bernama Frey Holland dan bagaimana dia terbawa ke dunia fantasi bernama Athia. Dari sini dia akan bertemu dengan rekan berupa gelang ajaib bernama Cuff hingga terlibat dalam petualangan magis untuk menghadapi kekuasaan diktator Tanta Sila. Gambaran singkat akan ceritanya ini tidak begitu dibutuhkan, karena demonya dikemas 100% untuk memperkenalkanmu pada konsep gameplay serta eksplorasi yang ditawarkan. Hampir tidak ada misi cerita selain dari interaksi percakapan antar Frey dan Cuff di sana-sini.
Sesi tutorial awalnya hanya mencakup satu jalur pendek yang memberi penjelasan singkat mengenai mekanisme combat berbasis sihir. Kamu bisa berganti jenis sihir berbeda sekaligus mengakses ragam skill sihir di setiap jenis yang dipilih tersebut, jadi ada lapisan lebih akan seberapa banyak skill yang bisa kamu eksekusi hingga dipadukan menjadi combo. Jujur saja sesi tutorial ini tidak begitu dikemas dengan baik, karena kami membutuhkan waktu lebih lama sampai terbiasa dengan combatnya, belum lagi ada beberapa mekanisme yang tidak dijelaskan seperti bagaimana Frey bisa menarik dirinya ke musuh seperti semacam skill teleportasi yang bisa digunakan untuk parkour juga.
Combat Berbasis Sihir yang Keren
Meski kami cukup sulit untuk membiasakan diri dengan combatnya, tapi apa yang berusaha ditawarkan Forspoken di sini memang lumayan keren. Kamu diberi akses ke beragam jenis sihir yang masing-masing memiliki serangkaian skill berbeda. Ada dua jenis sihir yang tersedia dari versi demonya yaitu Frey’s Magic dan Sila’s Magic. Sihir original milik Frey terkesan lebih standar dan berfokus pada kontrol elemen alam seperti batu hingga tanaman, sedangkan sihir Sila sepenuhnya terikat dengan elemen api. Kami lebih banyak menggunakan sihir Sila karena kemampuan ofensif yang sangat kuat, tapi sihir milik Frey bisa dibilang lebih fleksibel karena kamu dapat menggunakan skill support seperti menahan serangan musuh dengan perisai batu dan lain sebagainya.
Kamu bisa leluasa mengganti jenis sihir di tengah pertarungan, tapi kontrolnya memang kurang begitu nyaman karena kamu harus terus-menerus mengakses Skill Wheel yang bisa cukup menggangu tempo permainan. Dari yang kami tahu tidak ada cara lebih cepat atau efektif untuk berganti ke skill berbeda, jadi semoga saja gamenya bisa memberi opsi kontrol yang lebih fleksibel, atau mungkin kami perlu mengecek opsinya lebih dalam jika memang perlu ada modifikasi. Mobilitas Frey di game ini benar-benar membuatnya seperti bulu yang tertiup angin, di mana kamu bisa bergerak dengan begitu cepat dan berterbangan ke sana-sini. Lumayan seru memang, tapi di saat bersamaan ini membuat Frey bisa lumayan tidak terkendali.
Bagian lain yang mungkin membuat kami tidak nyaman dengan combatnya adalah kontrol kamera yang sangat amburadul. Tempo combat yang begitu cepat ditambah dengan mobilitas super lincah dari Frey benar-benar membuat kameranya sulit mengikuti aksi yang ada, bahkan meski kamu lock-on ke musuh. Selain itu impact yang dirasa setiap kali menghajar musuh apalagi dengan serangan melee juga kurang terasa solid, yang mana kami seringkali merasa kalau Frey hanya menyerang udara daripada mengenai tubuh musuh.
Eksplorasi Minim Motivasi
Beralih ke bagian eksplorasi, gamenya mengusung desain open-world standar yang sayangnya kurang memberi kami motivasi untuk peduli dengan semesta Athia itu sendiri. Sekilas dunianya memang terlihat indah, tapi tidak memakan waktu lama sampai kamu menyadari kalau mapnya begitu kosong tanpa banyak spot menarik untuk dieksplor. Musuh bertebaran di mana-mana dan terkadang ada bangunan besar seperti Fortress untuk kamu kuasai, tapi isinya pun terasa sangat kosong dan hanya diisi musuh acak yang ditempatkan di setiap sudut.
Kami yakin pasti game finalnya akan memberimu akses ke sekian banyak tempat baru untuk dieksplor termasuk kota hidup, tapi versi demonya memang terasa sangat hambar dan membuat kami tidak tertarik untuk menjelajahinya. Salah satu alasan juga kenapa kami langsung menyelesaikan misi utama yang tersedia untuk segera menyelesaikan demonya daripada harus membuang-buang waktu untuk menjelajah dunianya yang begitu kosong. Tidak membantu juga bagaimana Frey dan Cuff begitu sering saling adu mulut terutama saat berada dalam combat, yang mana interaksi antar keduanya terasa begitu cringe. Untungnya game ini telah menyediakan opsi untuk membuat mereka jarang berinteraksi, jadi kami sangat sarankan untuk memanfaatkan opsi tersebut atau beralih ke dub Jepang untuk mendapat pengalaman terbaik.
Terlepas dari komplain tersebut, kami sangat suka dengan mobilitas Frey yang begitu bebas. Memanfaatkan kemampuan sihirnya, dia bisa berlari cepat, mendaki tebing, dan menggunakan beragam skill sihir lain untuk aksi parkour keren lainnya. Jadi meski dunianya kosong, berlari ke sana kemari dengan Frey setidaknya lumayan seru. Mobilitas seperti inilah yang memang dibutuhkan untuk membuat aktivitas menjelajah map open-world terasa seru, sesuatu yang contohnya berhasil dieksekusi dengan manis juga di game seperti Marvel’s Spider-Man.
Performa di PS5
Gamenya memang dikembangkan eksklusif untuk PlayStation 5 di platform konsol, tapi optimalisasinya sendiri masih bisa dibilang kurang konsisten. Pertama kami harus akui kalau gamenya memanfaatkan fitur DualSense dengan begitu baik, yang mana sensasi Haptic Feedback dan Adaptive Trigger saat menggunakan sihir terasa begitu unik, sesuatu yang memang jarang bisa dioptimalkan untuk game eksklusif third-party. Selanjutnya, kami juga sangat terkesan dengan waktu loading di gamenya yang begitu cepat, apalagi saat melakukan fast travel atau resume progress dari menu utama yang ke semuanya hanya berlalu dalam satu kedipan.
Hanya saja meski dapat memanfaatkan fitur DualSense dan peforma SSD PS5 dengan sangat baik, dari segi frame rate sendiri gamenya masih jauh dari kata sempurna. Kami memang tidak begitu peduli dengan pengalaman bermain di 30 atau 60 fps lebih, tapi dengan catatan kalau gamenya dapat mempertahankan performa konsisten. Ini sayangnya masih gagal dicapai Forspoken, karena ada begitu banyak momen di mana frame rate gamenya anjlok apalagi saat mengeksekusi sihir dengan efek partikel yang memenuhi layar.
Impresi Sejauh Ini..
Bahkan setelah memainkan demonya kami belum bisa menentukan apakah Forspoken berhasil memberi pembuktian yang cukup atau tidak. Meski begitu, tidak bisa disangkal kalau gamenya tetap membawa sesuatu yang spesial lewat combat berbasis sihirnya. Masih ada banyak bagian yang kami rasa perlu perombakan dan meski sulit untuk mewujudkannya dengan jadwal rilis yang sudah sangat dekat, kami harap versi final nanti setidaknya bisa memberi impresi yang lebih maksimal.
Forspoken akan rilis pada 24 Januari 2023 mendatang untuk PlayStation 5 dan juga PC saja. Kamu bisa pantau terus perkembangan terupdate dari website resmi gamenya DI SINI.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
Discussion about this post