Bermodalkan pengalaman dalam meracik beberapa game survival populer di mobile, NetEase akhirnya kembali menyiapkan proyek serupa yang terlihat lebih menjanjikan lewat Fading City. Pengumumannya beberapa waktu lalu memang datang secara tiba-tiba tanpa banyak dorongan promosi, tapi apa yang berusaha mereka tawarkan lewat game ini ternyata lebih berbobot dari yang kami duga.
Setidaknya inilah impresi awal kami setelah berpartisipasi dalam sesi Closed Betanya yang sudah dibuka sejak dua minggu lalu. Meski menawarkan formula yang identik dengan game survival lain dari NetEase seperti LifeAfter, game ini kami rasa meninggalkan impresi yang cukup solid berkat dorongan production value yang lebih kentara.
Persiapan Awal
Saat memulai gamenya, kamu akan disuguhkan dengan sistem character creation yang terlihat cukup mengagumkan. Kamu bisa melihat model karakter dengan kualitas tekstur dan pencahayaan yang lebih realistis, belum lagi ada banyak opsi untuk mengatur bentuk wajah dengan lebih bebas bahkan hingga bagian seperti tulang pipi dan otot wajah.
Setelah melewati bagian kustomisasi, sebelum masuk ke gamenya kamu akan diperlihatkan cutscene yang memberi gambaran dari latar belakang cerita di Fading City. Jadi dalam game ini kamu akan berperan sebagai salah satu survivor dari wabah virus misterius yang melanda seluruh kota Weidu. Demi bertahan hidup dan mempertahankan diri sebagai manusia, kamu akan bergabung dengan organisasi bernama “Sound Bridge” yang memiliki misi utama untuk mencari jawaban dibalik bencana mematikan yang harus mereka hadapi.
Bertahan Hidup di Kota Weidu
Sejak terjadinya bencana besar yang membuat sebagian besar warganya berubah menjadi zombie dan makhluk mengerikan, Weidu sudah menjadi kota mati yang tidak leps dari bahaya di setiap sudut. Eksplorasi adalah salah satu kunci utama dalam bertahan hidup di Fading City, karena itu kamu akan sering mengunjungi berbagai area dan menjalani misi penting yang akan selalu menempatkanmu dalam bahaya. Demi membantu aktivitasmu tersebut, game ini sudah menyediakan sarana markas Bunker yang menyediakan beragam fasilitas dan bisa terus diekspansi.
Gameplay yang Diusung
Fading City mengusung gameplay third-person shooter yang menariknya juga menggabungkan konsep gameplay sinematik. Memainkan game ini benar-benar lebih mengingatkan kami dengan The Last of Us dibanding game mobile lain yang berusaha menawarkan sensasi serupa. Alasannya mungkin karena Fading City mendesain runtutan beberapa misi yang lebih terasa seperti saat memainkan game single-player, apalagi saat melihat beberapa cutscene dengan elemen sinematik dan dipadu animasi dengan mocap berkualitas. Beragam aksi yang bisa kamu lakukan di gameplay juga terasa responsif dan memiliki animasi yang serba mulus.
Tidak ada banyak keunikan dari gameplay yang diusung memang, tapi bisa menikmati game survival dengan kontrol yang nyaman dan bahkan bisa memberi sedikit sensasi layaknya bermain game konsol sudah cukup membuat kami puas. Gamenya juga memfasilitasi pilihan Combat Style yang bisa disesuaikan dengan gaya bermain sendiri. Tiga pilihan utama yang disediakan termasuk Outpost yang dibuat lebih balanced, Support yang lebih berfokus pada skill pemulihan, dan Sharpshooter yang handal dalam pertempuran dengan senjata api serta memasang jebakan.
Setiap kali berhasil menyelesaikan misi, kamu akan mendapat EXP untuk meningkatkan level karakter dan menambah Skill Point. Poin inilah bisa kamu gunakan untuk memperkuat skill karakter agar lebih handal dalam bertahan hidup. Beberapa skill ini memiliki efek yang cukup penting, contohnya seperti meningkatkan damage serangan melee hingga mempercepat gerakan. Kami cukup puas dengan bagaimana struktru gameplaynya dibuat begitu sederhana untuk dipelajari, tapi di saat yang sama juga memberi opsi gameplay yang memadai sejak awal dan terus diekspansi seiring berjalannya progress.
Kustomisasi dan Fitur
Opsi kustomisasi di Fading City cukup sederhana, termasuk dari pemilihan kostum dan aksesoris karakternya yang mungkin langsung mengingatkan kamu dengan game ala battle royale. Dari yang kami cek kamu dapat membeli beberapa kostum di gamenya dengan mata uang khusus bernama Lanthanite, tapi mata uang ini cukup sulit untuk didapat dan pemain yang menduduki leaderboard tertinggi saja hanya diberi jatah 200 yang bahkan masih kurang untuk membeli satu baju premium. Tentu saja gamenya masih berada dalam tahap closed beta, jadi sistem microtransactionnya akan jauh lebih jelas saat sudah dirilis nanti.
Sementara untuk fitur yang ditawarkan, sejauh ini tidak ada banyak yang spesial selain kustomisasi karakter, leaderboard, bestiary serta beberapa fitur sederhana lain. Gamenya juga mendukung mode multiplayer 2 sampai 4 orang, tapi kami belum sempat mencobanya karena terlalu berfokus pada progress solo. Sebagai tambahan kami memainkan gamenya di ASUS ROG Phone 5 di settingan maksimum, tapi gamenya hanya dibatasi di 40 FPS saja dan sering mengalami penurunan performa di beberapa tempat.
Kesimpulan
Fading City berakhir menjadi game yang ternyata lebih menarik dari dugaan awal kami. Sebagian pemain mungkin merasa kalau formula game survival seperti ini sudah terlalu sering digunakan NetEease, tapi bagi kami selama mereka bisa membawa perombakan yang lebih baik dari tiap proyek barunya, maka tidak ada salahnya untuk terus mengasah pengalaman di beberapa genre spesifik. Semoga saja rilis final dari Fading City dapat mempertahankan kesan yang lebih memuaskan, termasuk juga optimisasi performa yang kami rasa harus diprioritaskan apalagi untuk standar game mobile kualitas tinggi dengan basis Unreal Engine 4 seperti ini.
Tertarik untuk memainkannya? Fading City saat ini sudah bisa kamu jajal terlebih dahulu lewat sesi Closed Beta pertama. Kamu bisa mengakses gamenya melalui Google Play Store atau dengan link TestFlight untuk platform iOS. Untuk sementara sayangnya belum ada banyak detail tambahan yang dibagi, termasuk mengenai kapan gamenya akan resmi dirilis.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
Discussion about this post