Melihat penampakannya dari luar, Astria Ascending terlihat seperti game JRPG baru yang potensi untuk menjadi salah satu hit besar tahun ini. Apalagi mengetahui kalau Kazushige Nojima yang merupakan penulis cerita Final Fantasy ikut terlibat dalam proyeknya, rasa penasaran kami tentu langsung meningkat drastis, meski di saat yang sama ada sedikit rasa skeptis yang muncul juga karena wujud asli dari Astria Ascending sendiri ternyata berasal dari game mobile berjudul Zodiac: Orcanon Odyssey.
Rasa skeptis tersebut tentu tidak menghalangi niatan kami untuk mencoba gamenya secara langsung, meski pada akhirnya pengalaman yang ditawarkan kurang sesuai dengan ekspektasi awal, apalagi jika melihat wujud gamenya yang begitu menjanjikan dari luar. Jika penasaran dengan kualitasnya secara menyeluruh, berikut kami sudah merangkum review singkatnya.
Jalan Cerita
Mengusung tema cerita yang berfokus pada takdir dan pengorbanan, Astria Ascending menempatkan pemain dalam peran sebagai “demi-god” yang dipilih untuk mendapat kekuatan zodiac. Dengan pemberian kekuatan besar tersebut, tugas utama para demi-god adalah melindungi dunia dari kehancuran akibat ancaman ras monster bernama “Noise”. Secara sinopsis, ceritanya memang cukup standar dan tidak membawa fokus lebih untuk mengeksplor setting dunia hingga latar belakang setiap karakter secara lebih dalam. Inilah yang kemudian menjadi salah satu kelemahan utama dalam Astria Ascendingm yaitu bagaimana ceritanya hanya digunakan sebagai basis penggerak gameplay.
Sebenarnya ada usaha untuk memberikan konten cerita yang lebih terfokus setidaknya jika dibandingkan dengan game mobilenya dulu, tapi pada akhirnya kami tidak merasa ada rasa penasaran atau motivasi untuk melihat akhir dari cerita tersebut. Ini juga karena gamenya sudah memberikan gambaran persitiwa yang bisa diprediksi sejak awal permainan, seperti bagaiamana para demi-god harus mengemban tugas mulia dan pada akhirnya harus berpisah seolah tidak mengenal satu sama lain. Untuk sebuah game dari genre yang mengandalkan cerita sebagai salah satu senjata utamanya, harus diakui kalau Astria Ascending kurang berhasil dalam menjawab tugas tersebut. Kami sebut “kurang berhasil” karena game ini sebenarnya punya potensi bagus dari sisi plot dan setting menarik yang sudah dibangun, meski eksekusinya melahirkan sebuah kualias standar.
Grafis 2D Memukau
Satu bagian yang paling bisa kami apresiasi dari Astria Ascending sudah pasti adalah kualitas grafisnya sendiri. Game ini mengusung tampilan Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game mobile lainnya di Gamerwk.2D side-scrolling yang mirip dengan game dari developer seperti Vanillaware, apalagi dengan artwork memukau yang terlihat begitu dinamis mulai dari saat berada dalam cutscene hingga pertarungan. Selain dari desain karakter dan dunianya, bagian UI dalam game ini juga punya style yang meski sekilasi terlihat sederhana, tapi desainnya sangat efektif dalam memancarkan kesan fantasi yang kesemuanya melebur dengan sangat indah.
Meski kami memang tidak punya masalah dari sisi presentasinya, ada beberapa tempat dalam porsi ini yang sebenarnya masih bisa disempurnakan agar membuat gamenya lebih nyaman dimainkan. Beberapa di antaranya seperti indikator dari target aktif yang kurang jelas, tampilan status effect yang tidak dimunculkan sekaligus, hingga kurangnya fitur Quality of Life (QoL) seperti bisa menggunakan equipment secara langsung setelah membelinya. Jadi memang ada beberapa elemen usang yang bisa disempurnakan jika pihak developer mau menaruh perhatian ekstra, tapi sekali lagi kekurangan ini bisa dimengerti karena status gamenya yang merupakan versi sempurna dari mantan game mobile lawas.
Gameplay yang Butuh Perombakan Lebih
Combat dalam Astria Ascending dibangun dalam sistem turn-based standar yang sudah bisa kamu lihat dari kumpulan screenshot pemasarannya. Kalau harus dibandingkan, combatnya cukup mirip dengan Octopath Traveler karena selain dari miripnya komposisi serta tampilan formasi party, ada juga sistem untuk mengumpulkan Focus point seperti mekanik “Boost”. Perbedaannya terletak dari cara kamu mendapatkannya, yaitu dengan menyerang kelemahan musuh dan mendapat efektivitas Focus point sampai 200%. Sistem ini menuntut pendekatan gameplay yang lebih strategis, tapi ada banyak momen di mana kami tidak mendapat aksi Focus maksimal, sehingga karakter dalam party hanya bisa memanfaatkan auto-attack, karena Focus point sendiri memang dibutuhkan untuk mengeksekusi beragam skill.
Ada beberapa bagian yang cukup dibatasi dari sistem combat, seperti bagaimana kamu tidak bisa menukar karakter cadangan jika empat karakter yang ada dalam battle sekarat, hingga summon yang mengambil semua slot giliran sehingga kamu hanya bisa menggerakan satu unit dalam beberapa periode giliran. Sebenarnya ini bisa jadi kekurangan bagi banyak orang, tapi menurut kami ini adalah desain tradisional yang masih sering diusung banyak JRPG di pasaran, jadi soal apakah kamu bisa mudah terbiasa dengan gameplaynya atau tidak kembali mengarah pada selera masing-masing pada game berbasis turn-based.
Menariknya ada porsi gameplay yang membawa beragam elemen metroidvania, di mana kamu bisa melakukan eksplorasi serta memecahkan puzzle di beberapa tempat. Ini adalah perpaduan yang sangat kami sambut, karena sekali lagi, kebanyakan game JRPG tidak membawa banyak eksperimen lebih dari porsi gameplay apapun yang berada di luar combat. Bukan tanpa kekurangan yang mengikuti tentunya, karena tampilan map saat melakukan ekplorasi terasa kurang intuitif karena tidak adanya tanda jelas jika ada jebakan atau jalur menuju area baru.
Sistem kustomisasisnya cukup standar seperti yang bisa kamu temui di banyak JRPG lain, seperti bagaimana ada opsi untuk mengatur formasi party, meningkatkan statistik dengan membeli equipment seperti senjata, armor dan aksesoris. Tapi tidak berhenti sampai di situ, gamenya punya sistem Job dengan skill tree khususnya sendiri yang membutuhkan banyak SP untuk membuka lebih banyak skill. Dengan ini grinding sudah jadi aktifitas yang tidak bisa dihindari, hanya saja kami merasa kalau sistem progression dalam gamenya kurang stabil, seperti bagaimana ada momen di mana harusnya kamu sudah mendapat party dengan level cukup, tapi musuh yang dilawan malah jauh lebih kuat dan bahkan kebal dengan seranganmu.
Ini tidak lagi berujung pada menentukan formasi party yang tepat, namun juga seberapa tinggi level dan skill yang sudah dibuka. Menurunkan tingkat kesulitannya membuat game ini jadi jauh lebih mudah, sehingga dari segi tingkat kesulitan tidak ada pilihan yang efektif bagi kami. Selain mengikuti konten cerita, eksplorasi, dan terlibat dalam combat, gamenya juga menawarkan aktifitas sampingan untuk mengisi waktu luang lewat min-game bernama J-Ster yang mirip dengan perpaduan antara Yu-Gi-Oh! dengan Reversi.
Kesimpulan
Astria Ascending dibangun dengan pondasi yang sudah terlihat begitu solid dan menjanjikan sebagai game JRPG klasik yang menjadi hit besar, hanya saja kekurangan terbesar justru terletak pada eksekusi beragam elemen yang tidak pas sehingga berujung pada pengalaman bermain yang membosankan dan kurang mendorong motivasi untuk terus mengikutinya. Ini juga semakin diperparah dengan konten ceritanya yang terlalu hambar dan tidak menarik, sehingga memang sulit untuk mencari daya tarik yang bisa membuat pemain betah memainkannya selain dari tampilan grafis 2D menawan. Mungkin pemain yang bisa sabar dan punya tekad untuk melanjutkannya game ini sampai akhir bisa mendapat pengalaman lebih berkesan, tapi impresi sejak awal permainan juga sangat penting untuk menilai kualitas game sebelum bisa direkomendasikan ke banyak orang.
Jika tertarik untuk memainkan gamenya, Astria Ascending saat ini sudah tersedia di PlayStation 4, PlayStation 5, Nintendo Switch dan PC via Steam.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game mobile lainnya di Gamerwk.

@gamerwk_id
The Review
Astria Ascending
PROS
- Grafis 2D yang begitu indah
- Beberapa konsep solid yang bisa jadi bumbu game JRPG sukses
CONS
- Jalan cerita yang terlalu hambar / kurang menarik
- Eksekusi beberapa mekanisme yang kurang maksimal
Discussion about this post