Diumumkan sebagai proyek adaptasi anime original dari Netflix yang bekerjasama dengan Valve, DOTA: Dragon’s Blood siap menyuguhkan fans ke dalam lore dari dunia game DOTA yang belum pernah diperlihatkan sebelumnya. Mengambil cerita yang berfokus pada sosok si Dragon Knight – Davion, sejauh ini animenya memang terlihat cukup menjanjikan dan memberikan sudut pandang cerita yang sangat menarik untuk dilihat, apalagi keterlibatan dari beberapa karakter kunci yang populer di kalangan fans.
Beruntungnya kami telah mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan anime ini terlebih dahulu lewat Early Access yang diberikan oleh pihak Netflix. Keseluruhan animenya sendiri dirangkum dalam format 8 episode dengan durasi standar sekitar 25 menit untuk tiap episodenya. Sebagai peringatan, akan ada SPOILER yang kami sertakan dalam review kali ini jadinya kamu bisa mengantisipasi jika memang ingin menonton animenya secara “Blind”. Daripada basa-basi lebih lama, berikut ini adalah ulasan lengkapnya.
Sisi Visual yang Cukup Solid
Sebelum masuk ke bagian cerita yang tentunya akan mengandung SPOILER dan bagaimana kami mengukur kualitasnya, untuk pertama mari kita membahas sisi visual. Sejujurnya dari semua trailer yang ditampilkan, kami tidak begitu dibuat WOW dengan kualitas animasinya yang terasa sedikit datar. Namun impresi awal ini berubah setelah kami menontonnya secara langsung, yang ternyata memang tidak begitu buruk dan bahkan nyaman untuk dilihat.
Kami tidak memiliki banyak masalah dengan kualitas animasinya, namun Studio MIR mungkin bisa memberikan sedikit kedalaman pada desain karakternya. Contoh seperti Davion, yang menurut kami bisa dibuat lebih garang, namun setidaknya dia tetap memiliki aura petarung yang dominan. Mirana terlihat cukup menawan dalam balutan kostum normalnya, termasuk juga untuk karakter elf Fymryn hingga Selemene yang didominasi dengan cahaya ungu yang membuatnya terlihat seperti dewi. Setiap karakter hadir dengan desain yang cukup tegas, sederhana, dan tetap enak untuk dilihat.
Satu bagian yang mungkin paling kami sukai dari sisi animasinya adalah efek tambahan, khususnya untuk adegan aksi. Ini termasuk bagaimana animenya tetap terlihat natural meskipun dengan tambahan efek 3D atau CG yang sangat kelihatan. Tentu saja elemen visual adalah bagian yang subjektif untuk tiap orang, jadi akan jauh lebih baik bagi tiap orang untuk menentukannya sendiri saat sudah menonton animenya. Satu yang jelas, Studio MIR berhasil melakukan tugasnya dengan cukup baik dari segi visual.
Fokus Cerita yang Bercabang
Jika boleh jujur, kami atau spesifiknya saya bukanlah pemain DOTA yang aktif. Selain dari pengalaman memainkan DOTA 2 di era warnet dulu dalam beberapa match iseng saja, pengetahuan kami mengenai gamenya memang sangat rendah. Jadi untuk bagian cerita dan pendalaman lore tentunya tidak ada ekspektasi yang begitu besar selain memandang DOTA: Dragon’s Blood sebagai anime bertema fantasi pada umumnya.
Namun DOTA: Dragon’s Blood ternyata memiliki fokus cerita yang cukup bercabang dan sering berganti fokus dari satu karakter ke yang lain. Ini mungkin karena animenya memang merupakan adaptasi dari game yang menempatkan banyak karakter hero penting dengan background ceritanya masing-masing, jadi memecah fokus ke lebih dari satu karakter adalah pendekatan yang tidak begitu buruk. Hanya saja kami bisa melihatnya sebagai kekurangan tersendiri, apalagi jika kamu hanya ingin menikmati cerita linear dengan fokus sudut pandang dari Davion dan konflik yang mengikutinya di sepanjang anime.
Untuk memberikan kamu gambaran lebih jelas, kami telah memecah fokus ceritanya untuk beberapa karakter yang bisa kamu lihat di bawah ini (peringatan terakhir: AWAS SPOILER!!):
– Sudut Pandang Davion
Mari kita mulai dari sang karakter utama yaitu Davion si Dragon Knight. Cerita dimulai dari saat Davion dan rekannya yang bernama Bram melakukan perburuan Naga sebelum bertemu dengan sosok lelaki jahat yang ingin memburu “eldwyrm”. Untuk menghentikan niat jahatnya tersebut, Davion mencari pertolongan sebelum akhirnya dipertemukan dengan Mirana dan Marci untuk pertama kalinya. Mirana dan Marci sendiri sudah bertemu juga dengan sosok elf mencurigakan yang memberi informasi mengenai tindakan rasis manusia terhadap ras mereka.
Pria jahat yang berusaha dihentikan Davion tersebut akhirnya dirasuki oleh Terrorblade sebelum bisa mengeksekusi rencananya untuk memburu eldwyrm. Peristiwa ini akhirnya diketahui oleh Bram yang kemudian memberikan peringatan dengan mendatangi Dragon’s Hold dan meneteskan darahnya ke semacam gulungan ungu.
Tentu saja Terrorblade berhasil mengeksekusi rencananya untuk membunuh eldwyrm, dan menunggu kedatangan Davion di sarangnya untuk kemudian dirasuki. Diluar prediksi, Slyrak yang berusaha menghentikan Terrorblade muncul dan berakhir dikalahkan dengan telak hingga membuatnya sekarat. Davion yang berusaha menghentikan penderitaannya tersebut, mengejutkannya lagi, terkena gorok oleh Slyrak yang kemudian merasuki dirinya.
– Sudut Pandang Mirana
Mengikuti cerita Mirana yang kita ketahui akan dijual sebagai budak seks bersama dengan Marci, mereka beruntungnya berhasil meloloskan diri dan berusaha bertemu dengan Sage setelah mendapatkan Gem of True Sight. Setelah dirinya dan Marci berusaha membantu Davion untuk menemani mereka dalam petualangannya, kita mengetahui poin ceirta dimana Davion yang sudah dirasuki oleh Slyrak ternyata berubah menjadi sosok Galra.
Ada bagian dimana Mirana terpisah dari kelompoknya dan dihadapkan pada pertempuran melawan monster Ghoul. Pada poin ini kami menemui keanehan dari perubahan kepribadian Mirana, yang tiba-tiba merasa iba atau panik saat membunuh ghoul tersebut. Ini berkebalikab dengan bagaimana dia terlihat santai dan terbiasa dalam mengambil nyawa seseorang, terutama saat sebelumnya dia dan Marci telah membunuh kelompok bandit, yang jelas-jelas tetaplah manusia hidup.
Hubungan Mirana dan Davion dalam anime ini rasanya juga lebih kuat dibandingkan saat dirinya dipasangkan dengan Marci. Tidak ada penjelasan mengenai bagaimana dia bisa mengenal dan dekat dengan Marci, tapi setidaknya kita tahu kalau Mirana memiliki rasa tanggung jawab besar untuk mengembalikan ketentraman Silver Woods. Keteguhan dan rasa tanggung jawabnya ini bahkan masih terjaga meskipun dia sudah tahu kalau Selemene bukanlah sosok dewi penyelamat seperti yang dia kira.
– Sudut Pandang Fymryn
Berlanjut ke karakter selanjutnya adalah Fymryn. Sosok elf dari Coedwig ini memiliki kemampuan keren seperti shadow step dan menyamarkan dirinya dengan sangat baik. Cerita Fymryn berfokus pada ambisinya untuk membangkitkan Mene dengan memberikan “Lotus of Mene” kepada Sage misterius. Fym yang mendapatkan koin dari Sage tersebut justru dikhianati, yang mana Sage itu mengambil bunga lotus tersebut dari Fymryn hingga mengejeknya karena percaya dengan cerita kuno tersebut.
Cerita kemudian berlanjut saat Fymryn masuk dalam tragedi berdarah saat ketiga sosok elf terdekat dengan dirinya terbunuh di tangan Luna. Untungnya karena plot armor, Fymryn menjadi satu-satunya yang terselamtkan berkat bantuan dari Sage sebelumnya. Ada bagian yang kurang dieksplor lebih dalam pada sudut pandang cerita dari MacGuffin Fymryn ini. Namun setidaknya dia berhasil membalaskan dendamnya ke Luna, meskipun tidak sampai harus mengambil nyawanya.
– Sudut Pandang Terrorblade
Karakter yang kami temui di episode pertama ini sudah diketahui berhasil membunuh eldwyrm bernama Uldorak. Setelah membuat sebuah perjanjian “tujuh jiwa untuk satu”, dia kemudian menyerap semacam life force atau sumber kekuatan Selemene. Secara keseluruhan Terrorblade tidak memiliki screentime yang banyak selain dari episode awal dan akhir saja, jadi bagian ceritanya memang adalah yang paling pendek dibanding sudut pandang lainnya. Mungkin peran dari Terrorblade ini akan lebih diperfokus di season selanjutanya atau yang mereka sebut sebagai “Book”.
Akhir dari “Book One”
Seperti yang bisa kamu simak dari rangkuman cerita di atas, DOTA: Dragon’s Blood berusaha memecah jalan ceritanya untuk memberikan perspektif berbeda dari beberapa karakter pentingnya. Mulai dari Davion yang dirasuki Slyrak, Mirana yang tetap berusaha mengembalikan kedamainan ke Silverwoods, Fymryn dalam misinya untuk membangkitkan Mene, hingga Terrorblade yang meskipun muncul sebentar, setidaknya berhasil memenuhi perannya dengan efektif. Tidak ketinggalan Luna juga digambarkan sebagai sosok yang brutal dan memang memiliki aura membunuh yang dominan, apalagi saat dirinya menghabisi ketiga rekan elf dari Fymryn.
Merangkum cerita dengan banyak fokus yang terpecah dalam format 8 episode saja rasanya memang sangat kurang. Kami merasa ada sebagian poin cerita yang kurang dieksplor lebih dalam, termasuk juga cliffhanger yang memang tidak bisa dihindari apalagi untuk anime yang sepertinya akan mendapatkan kelanjutan season.
Tanpa nama DOTA di depannya, kami rasa anime ini mungkin akan sangat mudah tenggelam dalam radar orang-orang, apalagi dari bagaimana anime sekarang lebih ditonjolkan dari segi visual untuk menarik perhatian penontonnya. Terlepas dari kekurangan yang ada, kami tetap puas dengan kualitas animenya secara keseluruhan.
Setidaknya jika dibandingkan dengan impresi awal, pengalaman yang didapat setelah menontonnya memang harus diakui lebih baik dan bahkan mengundang rasa penasaran kami untuk “Book Two” di masa mendatang. Ini adalah rekomendasi yang sangat mudah apalagi bagi kamu yang merupakan penggemar game DOTA.
Jika penasaran mengenai jadwal tayangnya, DOTA: Dragon’s Blood akan tiba di Netflix pada tanggal 25 Maret mendatang. Anime ini bahkan juga akan mendapatkan opsi dubbing Indonesia juga lho!
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita anime lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
Discussion about this post