Setelah banyak yang kecewa sama F1 24 karena handling-nya yang aneh dan cuma bawa peningkatan visual serta mode Career tanpa perubahan besar, Codemasters akhirnya balik lagi lewat F1 25 dengan janji yang jauh lebih serius. Mereka bilang ini adalah game F1 paling realistis dan paling seru yang pernah mereka buat. Apakah emang bener begitu?
Katanya sisi perombakan dari sisi sistem handling baru, perombakan My Team, sampai pengalaman naratif yang lebih mendalam. Kami mendapatkan kesempatan untuk nyobain dan review F1 25. Mari simak artikelnya!
Gameplay & Handling – Sekarang Udah Bener dan Seru
Dari pertama kali main, rasanya langsung beda. F1 25 bener-bener berhasil bikin sensasi mengemudi yang lebih hidup. Entah pakai controller DualSense atau rig simulator yang lengkap, semuanya terasa lebih tajam, lebih responsif, dan yang paling penting—lebih nyata. Setiap kali mobil kena kerb, ban ngunci saat pengereman, atau ada sedikit perubahan arah angin yang ganggu aerodinamika, semuanya terasa lewat kontrol atau feedback haptik. Kerasa banget kayak lagi duduk di dalam mobil F1 sungguhan.
Ada empat aspek penting yang dikasih perhatian khusus tahun ini: perilaku ban, performa mesin, efek aerodinamika, dan feedback kemudi. Misalnya waktu ngerem keras di tikungan sempit, bisa kerasa getaran ban yang mulai berteriak lewat controller. Atau waktu gas pelan-pelan di tikungan cepat, mobil bakal goyang dikit, ngasih sinyal kalau udah di ambang batas grip. Ini bukan cuma gimmick, tapi bener-bener ngasih pengalaman yang bikin belajar jadi pembalap terasa menyenangkan.
Meskipun realismenya naik, F1 25 masih tetap bisa dinikmati sama pemain yang nggak jago-jago amat. Game ini berhasil nemuin titik tengah yang pas antara simulasi dan arcade. Kalau main pakai assist menengah pun, sensasinya tetap menegangkan tanpa bikin frustrasi karena spin terus. Bahkan, lewat feedback yang halus, kita diajarin buat jadi pembalap yang lebih baik tanpa harus dihukum keras setiap kali salah.
Setelan mobil juga lebih gampang dimengerti. Default setup udah ngasih performa sekitar 90%, jadi pemain yang nggak mau ribet masih bisa bersaing. Tapi buat yang suka otak-atik, perubahan kecil kayak sudut sayap atau tekanan ban langsung kerasa efeknya di lintasan. Jadi pemain bisa nikmatin dua dunia sekaligus: yang pengen langsung gas, dan yang pengen jadi engineer juga.
AI juga dapat pembaruan, tapi nggak terlalu mengubah game secara drastis. Mereka lebih pintar pakai ERS, garis balap juga terasa lebih alami, tapi masih kurang agresif saat duel. Jadi kalau lagi berharap pertarungan last lap kayak Verstappen vs Leclerc, mungkin bakal sedikit kecewa karena intensitasnya masih belum setajam itu.
Breaking Point 3 – Drama F1 yang Makin Dalam
Mode Breaking Point balik lagi untuk seri ketiga, dan meskipun formula dasarnya nggak berubah drastis, ini tetap jadi cara yang seru buat nikmatin dunia F1 dengan sudut pandang yang lebih dramatis. Di sini, kita bakal ikut perjalanan karakter-karakter yang udah dikenal, plus wajah-wajah baru, sambil ngadepin konflik di dalam dan luar lintasan. Ada intrik politik, persaingan antar rekan satu tim, sampai masalah pribadi yang dibawa ke sirkuit.
Codemasters jelas berusaha ningkatin intensitas emosional di mode ini. Ada lebih banyak pilihan dialog, taruhan yang lebih besar, dan skenario balapan yang kerasa bener-bener penting. Memang, kadang ada tantangan di tengah balapan yang kesannya dipaksain—kayak harus nyalip dua mobil dalam dua lap padahal mobil rusak—tapi jalan cerita yang kuat bikin kita tetap betah mainin.
Yang bikin makin menarik, karakter-karakter dari Breaking Point ini bisa muncul juga di mode My Team dan Career. Jadi dunia game ini terasa lebih nyambung dan hidup. Buat yang suka game dengan narasi yang solid, mode ini bisa jadi selingan yang menarik dari balapan biasa. Mungkin bukan favorit semua orang, tapi kalau suka gaya cerita sinetron dengan sentuhan balap, ini cocok banget.
F1 Movies – Sinetron Balap Ala Hollywood
Salah satu kejutan kecil dari F1 25 adalah hadirnya mini campaign yang terinspirasi dari film F1 yang bakal datang. Ini bukan cuma tempelan aja—misi-misinya dibuat sinematik dan penuh aksi dramatis ala film Hollywood. Semua pemain bisa nikmatin campaign pembuka ini, tapi kalau beli edisi Iconic, bakal dapet tambahan misi eksklusif yang dirilis setelah peluncuran.
Mode ini memang nggak sebesar Breaking Point, tapi jadi semacam pelengkap yang asyik buat ngasih suasana beda. Kita serasa ikut syuting film balap, lengkap dengan skrip kejadian yang udah ditentuin. Buat penggemar film kayak Rush atau Ford v Ferrari, mini campaign ini bisa jadi pengalaman yang cukup memorable. Dan meskipun cuma selingan, keberadaannya bikin game ini terasa lebih “hidup” dan luas dari sekadar simulasi balapan biasa.
My Team 2.0 – Rasanya Udah Agak Mirip F1 Manager
Mode My Team di F1 25 dapet pembaruan besar yang pantas disebut “2.0”. Buat yang senang ngatur tim, ngelola pembalap, sampai ngembangin mobil sambil tetap balapan, inilah surganya. Basis operasional tim atau Team HQ sekarang bisa berkembang secara visual seiring dengan prestasi. Menang balapan atau dapat sponsor baru? Kantor tim jadi makin keren dan mewah. Rasanya makin puas ngeliat hasil kerja keras terwujud dalam bentuk nyata.
Ada juga sistem baru namanya Accolades, yang isinya semacam penghargaan atas pencapaian kita. Ini bukan cuma penghargaan visual, tapi juga bikin kita makin semangat buat terus maju. Setiap keputusan punya dampak yang terasa. Misalnya, kalau pilih kasih upgrade ke pembalap utama, pembalap kedua bisa ngambek. Tambahan elemen kayak gini bikin suasana tim terasa lebih nyata dan dinamis. Rasanya kayak beneran jadi bos tim F1.
Fitur paling gila dari update ini adalah sekarang bisa main sebagai dua pembalap sekaligus di tim kita. Kita bisa milih siapa yang dikendalikan di tiap balapan, bantu dua-duanya berkembang, dan atur strategi tim yang lebih dalam. Ini nambahin elemen manajerial yang selama ini cuma bisa dilakuin di game seperti F1 Manager, tapi sekarang hadir di mode career biasa.
Sistem kustomisasi tampilannya juga dapet peningkatan, walaupun belum sempurna. Editor decal baru memungkinkan kita atur logo sesuka hati—putar, perbesar, susun layer—tapi sistem livery-nya sendiri masih kerasa kaku. Kalau dibandingin sama game EA lain kayak Need for Speed Unbound, opsi kreatif di sini jauh lebih terbatas. Masih pengen lebih banyak template atau bahkan bikin brand sendiri dari nol.
Kekurangannya, masih nggak bisa kelola tim F1 yang udah ada, dan level manajemen belum sedalam F1 Manager. Tapi secara keseluruhan, My Team masih jadi salah satu mode single-player paling memuaskan di genre racing. Asyik, penuh tantangan, dan bikin ketagihan.
Visual & Audio – Reversed Track Seru Sih
F1 25 sekarang pake teknologi laser-scan buat lintasannya, dan hasilnya keren banget. Lintasan-lintasan kayak Suzuka, Imola, sampai Miami keliatan jauh lebih hidup. Permukaan aspalnya, posisi kerb, sampai kemiringan jalur—semuanya diperhitungkan dan berpengaruh ke cara mobil dikendalikan. Ini bukan cuma buat estetika, tapi bener-bener punya dampak gameplay.
Fitur baru yang cukup unik adalah trek dengan arah terbalik. Misalnya Zandvoort atau Red Bull Ring sekarang bisa dilintasi dari arah sebaliknya, dan itu bukan asal balikin aja. AI dan sistem marshal-nya juga disesuaikan biar tetap kompetitif. Ini bukan pengganti sirkuit klasik, tapi jadi variasi yang menyenangkan buat yang pengen tantangan baru.
Soal audio, suaranya makin mantap. Mesin terdengar lebih jernih, suara ban makin tajam, dan suara ambient kayak kerumunan penonton atau cuaca menambah suasana. Radio pit crew juga lebih bervariasi, yang penting banget buat game simulasi F1. Komentar dan pesan radio memang belum luar biasa, tapi cukup untuk bikin balapan terasa hidup.
Kesimpulan
F1 25 memang belum jadi game yang sempurna, tapi ini langkah maju yang besar dari seri sebelumnya. Setelah kegagalan F1 24, Codemasters kayaknya benar-benar dengerin kritik dan balik lagi dengan versi yang jauh lebih matang. Handling-nya solid banget, mode My Team makin dalam, dan keseluruhan pengalaman bermain terasa lebih personal, lebih fleksibel, dan lebih lengkap dari sebelumnya.
Masih ada kekurangan sih, kayak sistem kustomisasi yang terbatas, AI yang belum agresif, dan nggak bisa ganti tim di Career. Tapi semua itu terasa kayak gangguan kecil dibanding fondasi gameplay yang udah kuat banget. Kalau kamu penggemar F1, ini versi terbaik yang pernah ada sejauh ini. Dan buat yang baru mau mulai? Ini adalah titik awal yang paling bersahabat.
F1 25 sudah resmi dirilis dan kamu bisa memainkannya di PlayStation 5, Xbox Series, dan juga PC. Kamu bisa kunjungi situs resminya DI SINI untuk berbagai informasi lebih lanjut.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
The Review
F1 25
PROS
- Handling terbaik sejauh ini – Physics mobil yang baru bikin pengalaman mengemudi terasa realistis dan responsif.
- My Team 2.0 makin dalam dan seru – Fitur dual-driver, Team HQ, dan sistem akolade bikin manajemen tim jadi makin hidup.
- Breaking Point 3 penuh drama – Pilihan cerita yang lebih emosional dan terintegrasi dengan mode lain bikin makin menarik.
- Sirkuit laser-scan & trek terbalik – Visual detail tinggi dan variasi trek bikin game ini nggak cepat bosen.
CONS
- AI masih kurang agresif – Pertarungan di lintasan kadang kurang menggigit dan belum sedekat balapan sungguhan.
- Kustomisasi masih dibatasi – Editor decal keren, tapi sistem livery masih terasa kaku dan kurang bebas.
Discussion about this post