Bisa meracik sebuah game adaptasi anime yang tepat sasaran masih jadi suatu tantangan besar bagi banyak developer Jepang. Meski kuantitasnya semakin naik, hanya ada sebagian kecil game yang setidaknya berhasil menjawab ekspektasi. Seri JRPG adaptasi Fairy Tail garapan Gust termasuk salah satunya, di mana developer dibalik franchise Atelier tersebut berhasil menyuguhkan pengalaman single player yang cukup memadai, meski di saat bersamaan ada banyak keterbatasan juga. Dengan potensi yang masih bisa dimaksimalkan, mereka akhirnya kembali menggarap sekuel baru berjudul Fairy Tail 2 yang kebetulan sudah resmi rilis sejak akhir tahun lalu.
Mengadaptasi cerita yang memasuki arc klimaks di seri originalnya serta dorongan production value, ini seolah jadi resep yang menjamin sekuelnya bisa jadi hit yang lebih sukses, tapi nyatanya apa yang kami dapati justru adalah sekuel di bawah standar. Meski tidak terlalu signifikan, mereka yang mungkin punya ekspektasi tinggi akan dibuat kecewa, bahkan dari kalangan fans hardcore franchisenya yang sudah menunggu empat tahun lebih untuk game ini.
Jalan Cerita
Mengikuti alur game sebelumnya, Fairy Tail 2 kali ini mengadaptasi arc Alvarez Empire yang menempatkan guild Fairy Tail dalam pertempuran epik dengan Zeref serta kelompok pasukan elit Spriggan 12. Kebetulan ini adalah arc klimaks dari seri originalnya, sehingga para pemain disuguhkan dengan lebih banyak momen-momen klimaks dan pertempuran epik. Untuk memperkaya konten gamenya terutama di porsi cerita yang punya fokus besar pada interaksi karakter, ada beragam event original baru yang digarap khusus untuk gamenya.
Tidak ada banyak yang bisa kami bahas terlalu dalam soal ceritanya, apalagi jika kamu sudah pernah membaca manga atau menonton anime Fairy Tail. Tapi berbeda dari dua media tersebut, menikmati cerita Alvarez Empire lewat game ini adalah pilihan terburuk. Ada begitu banyak kekurangan krusial, terutama pada pacingnya yang bergerak sangat cepat sehingga momen-momen cerita penting terasa kurang meninggalkan kesan. Baik itu dari pengenalan hingga interaksi karakter, progress dari titik A ke B, dan bahkan cara gamenya mempresentasikan ceritanya terasa kurang nyaman dinikmati karena perubahan kualitas drastis antara cutcscene utama dengan dialog standar.
Kami jadi bisa membayangkan kalau mereka yang baru menikmati cerita Fairy Tail lewat game ini akan dibuat bingung, dan mereka yang merupakan fans lama bisa mendapati lebih banyak kekurangan di penyampaian ceritanya. Tanpa bertele-tele, penyampaian serta pacing cerita dalam Fairy Tail 2 memang sangat buruk dibanding source materialnya. Beberapa event cerita original yang dikaitkan dengan arc utamanya pun juga kurang memuaskan dan lebih terasa seperti filler, meski kami sendiri setidaknya bisa mengapresiasi tambahan interaksi antar karakter, karena mungkin inilah satu-satunya bagian yang masih bisa dinikmati dari porsi cerita di game ini.
Sistem Combat dengan Perubahan Besar
Selama masa promosinya dulu, ada penekanan kuat pada sistem combatnya yang lebih terasa seperti action RPG dan meski memang tidak salah, sebenarnya Fairy Tail 2 masih menjaga style gameplay strategis. Jika game pertamanya dulu dikemas sebagai JRPG turn-based klasik khas garapan Gust, kali ini sekuelnya membawa banyak elemen baru yang eksperimental. Kamu masih akan dioper ke combat field khusus untuk setiap encounter musuh daripada langsung menghajar mereka saat eksplorasi, tapi kali ini setiap aksi sudah tidak dibatasi dengan sistem giliran lagi.
Beberapa aksi yang bisa kamu lakukan adalah melancarkan serangan normal dengan Regular Attack, menahan serangan musuh dengan Block, dan akses ke beberapa skill utama dengan animasi keren. Selebihnya kamu tidak bisa melakukan banyak aksi lain, karakter masih akan tetap berada di satu posisi saja tanpa adanya kontrol pergerakan bebas, sehingga manuver tambahan untuk antisipasi serangan musuh seperti dodge memang tidak ada di game ini.
Komposisi party sekarang juga hanya terbatas maksimal sampai tiga karakter saja. Meski bisa dirasa sebagai kekurangan bagi sebagian pemain, tapi pihak developer memang sengaja mendesainnya seperti ini untuk memfasilitasi sistem Chain Attack antar party member. Kamu bisa memicunya bergantung pada kombinasi serangan untuk melemahkan musuh, dan dari sana kamu bisa memilih skill follow up dari dua party member lain.
Perubahan besar-besaran pada sistem combat ini rasanya cukup membingungkan, karena kami sulit untuk mencapai konklusi antara menyukainya atau tidak. Pacingnya memang jadi lebih cepat, tapi ada momen di mana combat bisa terasa lebih lambat juga karena animasi skill panjang dan beberapa interupsi lain, elemen real-timenya cukup menggugah, tapi ada keterbatasan seperti bagaimana kamu tidak bisa menggerakan karakter untuk ekstra manuver, hingga masalah pada balancing level karakter.
Belum lagi keseluruhan party member yang lebih sedikit dibanding seri Fairy Tail pertama, dan bahkan ini meski sudah ditambah dengan DLC berbayar sekali pun. Jadi di akhir kami mungkin lebih ke fase masih bisa menolerirnya, tapi jelas ada begitu banyak keterbatasan dan bagaimana sistem combat turn-based klasik yang dulu masih lebih kompeten.
Progression yang Cukup Rewarding
Dengan party member yang lebih sedikit setidaknya kamu bisa lebih mudah untuk mengatur progress di gamenya, karena kamu hanya perlu memprioritaskan tiga karakter andalan dalam party. Karena adanya masalah di sisi balancing, kami lebih menghimbau agar para pemain untuk rajin menggunakan semua karakter playable yang tersedia, karena perbedaan level tinggi semisal hanya menggunakan tiga karakter yang sama terus akan membuat progress menjadi terlalu stagnan atau kurang menantang.
Kami merasa sistem progression di game ini cukup rewarding karena kamu selalu merasakan adanya peningkatan signifikan. Tidak hanya saat grinding level atau memperkuat build karakter, tapi saat melakukan eksplorasi bisa memberimu item hingga collectibe berharga daripada sekedar rongsokan tidak berguna, sehingga ini bisa sangat memotivasi pemain untuk mengeksplor setiap sudut gamenya.
Presentasi hingga Eksplorasi
Peningkatan production value gamenya bisa langsung dilihat dari kualitas visual yang lebih baik. Tidak begitu drastis memang, tapi bagi yang sempat memainkan game pertamanya dulu pasti akan langsung mendapati perbedaan jelas, terutama pada kualitas model 3D karakter dan animasi. Untuk memfasilitasi arc cerita yang lebih besar, cakupan map dan wilayah eksplorasi kini ikut diperluas yang memberi sensasi petualangan lebih imersif dalam semesta Fairy Tail. Sensasi imersif tersebut sayangnya tidak benar-benar maksimal, karena ada banyak area di gamenya yang terasa cukup kosong dan minim kehidupan.
Kesimpulan
Dikemas sebagai sekuel yang diharapkan bisa membawa dobrakan besar apalagi dengan adaptasi cerita untuk arc klimaks serinya, Fairy Tail 2 secara keseluruhan malah terasa seperti perpaduan antara upgrade dan downgrade. Meski memang ada perombakan signifikan terutama pada sistem combatnya, game ini malah ikut membawa banyak kekurangan lain termasuk porsi konten yang lebih terbatas di beberapa tempat, salah satunya seperti party member yang lebih sedikit bahkan meski sudah ditambah dengan DLC berbayar.
Pacing ceritanya apalagi bergerak terlalu cepat layaknya highlight reel, yang membuat game ini tidak kami rekomendasikan untuk para pendatang baru yang belum pernah membaca manga atau menonton animenya. Tapi dibalik semua kekurangan yang ada, Fairy Tail 2 tetap dikemas sebagai game adaptasi anime yang masih bisa dinikmati, tentunya selama kamu bisa menjaga ekspektasi akan kualitasnya apalagi dibanding seri pertamanya dulu yang lebih kompeten.
Fairy Tail 2 sudah tersedia di PlayStation 4, PlayStation 5, Nintendo Switch, dan PC. Kamu bisa cek perkembangan terupdate mengenai gamenya lewat website resmi mereka DI SINI.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
The Review
FAIRY TAIL 2
PROS
- Perubahan style combat yang cukup menarik
- Upgrade kualitas visual dan animasi
- Progression rewarding baik saat grinding dan eksplorasi
CONS
- Pacing cerita yang terlalu cepat
- Combat kurang begitu kompleks hingga adanya masalah balancing
- Porsi konten yang malah lebih terbatas di beberapa bagian
Discussion about this post