Berawal dari impian yang rasanya hampir mustahil, fakta kalau Square Enix telah merilis kembali LIVE A LIVE dalam versi remake dan tersedia dalam bahasa Inggris memang sesuatu yang bagi kami masih sulit dipercaya. Bukan tanpa alasan memang, karena ini adalah salah satu JRPG klasik pertama yang pernah kami mainkan meski sama sekali tidak memahami ceritanya karena limitasi bahasa. Jadi lebih dari sekedar kembali memuaskan rasa nostalgia, kehadiran versi remakenya ini membawa pengalaman baru yang lebih fresh.
Kami kebetulan sudah memainkan gamenya sejak hari rilis dan berhasil menamatkannya dalam kurun waktu sekitar 20 jam lebih. Standar waktu yang lebih singkat dibanding kebanyakan JRPG klasik dulu memang, tapi pengalaman yang ditawarkan sudah lebih dari cukup dan memang sesuai dengan premis konsepnya sendiri. Lalu seperti apa pengalaman yang ditawarkan LIVE A LIVE? Apakah status jadulnya tidak menjadi penghalang untuk direkomendasikan ke kalangan pemain baru? Semua itu sudah kami bahas pada rangkuman reviewnya di bawah ini!
Cerita Menarik Lintas Periode
Bisa dibilang ini adalah elemen sekaligus nilai jual terkuat dari LIVE A LIVE. Daripada berfokus pada satu kisah dengan karakter serta konflik yang dikemas dalam satu latar, gamenya justru membawa beragam cerita yang dibagi dalam periode waktu berbeda. Setiap Chapter yang tersedia memiliki latar cerita dan karakter utamanya sendiri untuk diselami pemain. Variasi cerita yang begitu kaya layaknya kombinasi dari game berbeda ini memang patut diapresiasi, apalagi demi memastikan agar lebih banyak pemain bisa menikmati gamenya daripada terjebak dalam satu alur yang sama.
Seperti yang kami katakan tadi, setiap chapter memiliki cerita hingga latar yang sangat berbeda antar satu sama lain. Misalnya Near Future (Flow) yang menceritakan latar belakang sang protagonis melalui flashback dan monolog. Chapter Prehistoric (Contact) di mana percakapan manusia belum ada, jadinya karakter hanya “berkomunikasi” dengan gerutuan dan ikon yang menunjukkan ekspresi mereka, sesuatu yang juga dikhususkan agar pemain tetap bisa memahami ceritanya. Lalu ada juga Present Day (The Strongest) yang menceritakan sosok protagonis dengan ambisi menjadi petarung terhebat dan bagaimana gameplaynya dipresentasikan seperti game fighting klasik.
Secara keseluruhan ada tujuh Chapter utama dalam LIVE A LIVE dan kamu bisa memulai cerita dari mana saja, tapi kalau boleh kami sarankan untuk memainkannya sesuai urutan periode demi bisa melihat evolusi yang lebih natural. Sebagai tambahan, jika kamu berhasil menyelesaikan ketujuh chapter yang ada, menjelang akhir gamenya akan ada tambahan chapter rahasia dengan cerita yang lebih gila lagi.
Visual HD-2D yang Kaya Atmosfer Berbeda
Lahirnya style HD-2D oleh Square Enix (Team ASANO) lewat Octopath Traveler telah membawa standar visual baru yang begitu istimewa. Selain berhasil mempertahankan kesan nostalgic dari grafis sprite 2D, para pemain juga dibuat lebih takjub dengan perpaduan grafis 3D dan beragam efek lain yang melebur dalam satu style yang bisa disukai oleh banyak kalangan. Dibanding beberapa game HD-2D yang sudah dirilis sejauh ini, bagi kami LIVE A LIVE mungkin adalah yang terbaik. Alasannya kembali mengakar pada konsep lintas periode, yang pada akhirnya berujung memperlihatkan grafis HD-2D menawan yang dapat beradaptasi dengan sangat baik dalam wujud dunia apapun.
Detail pada desain karakter juga terlihat bagus karena dibuat oleh seniman manga berbakat untuk setiap Chapter. Beberapa di antaranya yang kami ketahui adalah Gosho Aoyama yang terkenal dengan serial Detektif Conan hingga Kazuhiko Shimamoto yang lebih dikenal lewat Kamen Rider dan Skull Man. Kami juga mendapati adanya penggunaan asset 3D yang lumayan lebih berani di game ini dan terbukti masih berbaur dengan sangat baik.
Gameplay Tetap Jadul
Masuk ke bagian gameplay, ketujuh Chapter ceritanya juga mengusung style gameplay yang berbeda tapi masih berdasar pada sistem turn-based dengan basis grid 7×7. Pertarungan akan terpicu lewat random encounter dan setiap giliran yang kamu dapat berdasar pada isian gauge khusus untuk tiap karakter. Saat gauge terisi penuh, kamu bisa melakukan aksi khsusus di area pertarungan baik itu menggerakan karakter atau mengeksekusi serangan. Selain fakta kalau musuh juga punya gauge sendiri, kamu memang harus memanfaatkan setiap giliran sebaik mungkin.
Selain itu gaya bermain dari tiap karakter juga berbeda antar satu sama lain. Misalnya seperti Oboromaru dari Twilight of Edo Japan yang memiliki serangan elemental dan beragam jebakan berkat perannya sebagai seorang shinobi. Ini tentu sangat berbeda jika dibandingkan dengan Sundown Kid dari Wild West yang fokus pada serangan jarak jauh karena hanya bersenjatakan pistol.
Jalannya pertarungan juga bisa sedikit rumit di awal, tapi kamu pasti bisa cepat beradaptasi. Satu yang terpenting adalah kamu harus fokus penuh pada posisi karakter dan musuh saat bertarung. Terkadang ada juga pertarungan yang bergantung pada jalan cerita dimana kamu bisa mendapatkan skill baru, lalu ada juga kemampuan karakter yang justru digunakan bukan untuk bertarung seperti Akira (Near Future) yang bisa membaca pikiran orang. Kamu juga akan bertemu Pogo yang memiliki indera penciuman hebat untuk mencari makhluk hidup hingga benda.
Hanya saja karena ini masih berdasar penuh pada sistem gameplay dari game originalnya, sebagaian pemain mungkin akan merasakan sistem yang lebih termakan zaman atau kurang bisa dinikmati layaknya game RPG modern. Kami tentu saja tidak punya masalah sama sekali, kecuali mungkin dari random encounter yang memang merupakan salah satu aspek paling menjengkelkan dari game jadul.
Kesimpulan
Bisa kembali memainkan LIVE A LIVE dalam versi paling superior adalah salah satu keinginan lama kami yang tidak disangka telah terwujud. Pengalaman bermain yang ditawarkannya memang singkat, tapi kami benar-benar puas dengan variasi rute cerita lintas periode yang begitu menggugah dan punya daya tarik uniknya masing-masing. Ini belum termasuk juga dari kualitas grafis HD-2D terbaik dari game manapun sejauh ini hingga koleksi soundtrack legendaris garapan Yoko Shimomura.
Meski kami tidak begitu menyayangkan durasi gamenya yang lebih pendek, ini tetap penting untuk dibahas apalagi bagi pemain yang mungkin punya ekspektasi akan cerita panjang karena konsep uniknya tersebut. Selain itu kami merasa kalau gameplay yang ditawarkan memang sudah cukup tua dan berharap ada sedikit penyesuaian untuk bisa lebih dinikmati pemain baru.
Bagi kamu yang tertarik dengan gamenya, LIVE A LIVE HD-2D Remake kini sudah tersedia secara global untuk Nintendo Switch. Menjelang rilisnya waktu itu kami kebetulan sempat mewawancarai sang kreator Takashi Tokita yang bahasan lengkapnya bisa kamu simak DI SINI.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
The Review
LIVE A LIVE
PROS
- Visual HD-2D yang begitu memukau
- Koleksi soundtrack legendaris Yoko Shimomura
- Konsep cerita lintas periode yang begitu menarik
CONS
- Sistem gameplay dan fitur yang sudah usang
- Sebagian chapter cerita terasa lebih lemah dari yang lain
Discussion about this post