Mempertahankan konsep dari seri sebelumnya yang berakhir dengan kesuksesan besar, Resident Evil Village (8) adalah game baru dari franchise horror terpopuler Capcom yang kembali menarik perhatian kami. Bukan, bukan karena adanya sosok perempuan vampir raksasa yang membuat dunia maya menjadi horny, namun karena gamenya berusaha menawarkan tema horror ala Resident Evil 4 yang kebetulan masih menjadi seri terfavorit kami.
Sebelum masuk ke inti dari artikel ini yang bisa kamu lihat di judul adalah review untuk Resident Evil Village, kami ingin mengaku kalau Resident Evil 7 bukanlah seri yang sukses mencuri hati kami. Pengalaman bermain yang kami rasakan di awal memang cukup memorable dan menegangkan, namun game tersebut berakhir cukup mudah dilupakan dan meninggalkan kesan kalau “ini bukanlah Resident Evil”. Tapi kali ini kita tidak ingin berbicara soal masa lalu, melainkan apa yang sudah ada sekarang yaitu chapter baru dari petualangan Ethan Winters.
Kami kebetulan sudah memainkan gamenya selama beberapa hari terakhir dan mendapat impresi cukup untuk dirangkum dalam review. Jadi daripada berlama-lama, langsung saja simak ulasan lengkapnya di bawah ini.
Jalan Cerita
Seperti yang diketahui, Resident Evil Village adalah sekuel langsung dari Resident Evil 7 yang masih berfokus pada kisah Ethan Winters. Setelah melewati mimpi buruk dari tragedi dengan keluarga Baker, kini Ethan bersama istrinya Mia telah hidup damai dan dianugerahi seorang putri. Tapi tentu saja ini adalah game Resident Evil, jadi sudah pasti kalau kedamaian ini akan segera hancur yang kali bersumber dari karakter ikonik Chris Redfield yang berakhir membunuh Mia dan kemudian membawa Ethan ke sebuah pedesaan kuno.
Tempat yang dipenuhi dengan pemuja dari seorang figur bernama Mother Miranda ini bukanlah desa yang tentram, melainkan neraka baru yang harus dihadapi oleh Ethan dalam misi untuk mencari putrinya yang hilang. Setelah berhadapan dengan konflik yang bermula saat dirinya diculik oleh Mother Miranda dan empat Lord pemimpin desa tersebut, Ethan kemudian mengetahui kalau putrinya yang bernama Rose telah dipecah menjadi empat kristal yang masing-masing dipegang oleh Lord berbeda. Dari sinilah petualangan Ethan untuk menyelamatkan putrinya dimulai, yang mana dia harus menggagalkan ritual berbahaya dari Mother Miranda dan kabur dari desa terkutuk tersebut.
Dari konsep ceritanya saja kami merasa kalau game ini sudah jauh lebih baik dan bahkan superior dibanding dengan beberapa seri lain. Ethan yang sebelumnya digambarkan sebagai karakter lemah kini menjadi lebih tangguh dan harus berhadapan dengan konflik besar yang sebagian besar ditanganinnya sendiri. Ini kemudian mengingatkan kami dengan misi yang harus diemban Leon di Resident Evil 4, dimana dia juga harus melewati mimpi buruk di sebuah desa terkutuk dengan warga gila, makhluk buas, hingga figur pemimpin desa yang mengerikan. Kami rasanya bisa melihat kalau Capcom berusaha membawa dobrakan besar untuk membuat Ethan lebih menonjol sebagai karakter utama yang bersinar layaknya Leon, dan harus kamu akui kalau usaha tersebut cukup membuahkan hasil, setidaknya dari pendapat kami.
Setting Utama ala Resident Evil 4
Pujian terbesar yang bisa kami berikan untuk Resident Evil Village adalah setting utamanya yang kembali membawa pemain dalam petualangan mendebarkan di desa kuno pedalaman Eropa. Mungkin karena adanya peralihan generasi game yang semakin terlihat memukau dari segi visual, tapi kami merasa kalau setting dalam game ini lebih superior dibandingkan dengan Resident Evil 4. Alur permainannya akan membawa kamu ke berbagai area dalam desa tersebut yang dikuasai oleh Lord berbeda.
Selain dari atmosfer hingga jenis musuh berbeda, setiap areanya ini selalu membawa tantangan dan pendekatan berbeda pula pada gameplaynya. Sebagai contoh saat berada dalam Castle Dimitrescu kamu akan sering dikejar-kejar oleh sang Lady Dimitrescu yang bertindak layaknya monster pursuer seperti Mr. X di Resident Evil 2. Bagi kami melakukan navigasi area di game FPS lebih sulit dibandingkan dengan third-person shooter, maka dari itu saat tersesat atau salah memasuki suatu ruangan, Lady Dimitrescu akan dengan mudahnya mengejar dan siap melumat Ethan.
Melakukan eksplorasi di Castle Dimitrescu seolah mengingatkan kami pada game-game klasik Resident Evil yang lebih berfokus pada elemen survival dan bukannya action. Tentu saja sensasi ini tidak akan bertahan terus sampai akhir, karena area-area dari Lord lainnya memiliki semacam pendekatan gameplay dan situasi berbeda yang memaksa kamu untuk selalu beradapatsi dan siap dengan tantangan apapun. Contohnya seperti saat mencapai rumah milik Beneviede, dia akan mencuri semua senjata yang ada dan memaksamu untuk menggunakan perlengkapan yang bisa digunakan untuk melarikan diri dan memecahkan tantangan puzzle.
Pacing yang diberikan untuk tiap areanya tidak selalu sama, karena ada bagian yang justru lebih panjang dan pendek. Ini adalah keputusan yang cukup tepat menurut kami, karena wilayah yang dikuasai oleh Moreau dan Beneviede tidak seseru Lord lainnya, jadi kami cukup lega karena mereka berdua bukanlah sosok antagonis yang berkesan dibanding Lady Dimitrescu dan Heisenberg.
Memberikan spotlight untuk tiap karakter antagonis lewat area khusus dan pertarungan bossnya sendiri adalah poin utama dari perbandingan kami dengan Resident Evil 4. Jadi selain setting pedesaan kuno, Ethan dan Leon dalam petualangannya juga akan disuguhkan dengan banyak tantantang yang melibatkan aksi mereka melawan sosok antagonis berbeda yang memiliki area kekuasaan sendiri. Tapi perbedaannya untuk Ethan, setiap Lord memiliki area yang lebih ekspansif dan meninggalkan kesan lebih kuat dengan apa yang sempat kita dapat dari Resident Evil 4.
Perpaduan Gameplay Penuh Aksi dan Horror yang Pas
Gameplay dalam Resident Evil Village kali ini terasa lebih dominan ke sisi aksi, apalagi kamu akan disuguhkan dengan lebih banyak persediaan peluru di banyak tempat. Ini karena gamenya memang menyesuaikan tingkat bahaya yang harus kamu hadapi, yaitu sekian banyak monster, sub-boss dan boss utama yang akan sering kamu temui di sepanjang permainan. Konsep gameplaynya tidak membawa perbedaan signifikan selain mungkin sekarang kamu bisa melakukan serangan counter. Entah karena sudah lama tidak memainkan seri ketujuhnya, kami juga merasa kalau gunplay dalam game ini lebih clunky.
Tapi kekurangan tersebut tidak semata-mata langsung membuat keseruan kami berkurang, karena memang hidangan terbaik yang diberikan game ini terletak dari sisi eksplorasi dan petualangan menyusuri desa kekuasaan Mother Miranda itu sendiri. Terkadang kamu akan dihadapkan pada pertarungan melawan sub-boss dan boss yang menantang setelah menyelesaikan tantangan di suatu area, dan seperti biasa kamu harus mencari titik kelemahan mereka untuk mengalahkannya. Ada juga beragam tantangan puzzle yang sayangnya tidak benar-benar sulit untuk diselesaikan, kecuali beberapa yang memang cukup keren seperti puzzle piano yang mengharuskan kamu untuk menekan urutan not tepat untuk menyelesaikannya.
Selain dari tema dan setting yang familiar dengan Resident Evil 4, persamaan lain yang bisa kamu temui juga terletak di beberapa fasilitas dan fitur yang disediakan gamenya. Salah satunya seperti sistem Inventory dengan koper besar yang menyediakan ruang penyimpanan lega, tapi di saat yang sama kamu harus tetap membawa item dan perlengkapan apa saja yang paling dibutuhkan. Misalnya saja seperti senjata, yang tentu saja memakan lebih banyak ruang dibanding item lainnya dan memberikan limitasi akan berapa banyak senjata yang bisa dibawa. Untungnya kamu dapat mengombinasikan item untuk dibuat menjadi peluru, menggabungkannya dalam satu paket, atau meracik potion dari beberapa bahan, sehingga ini bisa dimanfaatkan untuk menghemat ruang penyimpanan.
Persamaan lainnya juga bisa ditemui di fasilitas Merchant yang memungkinkan kamu untuk berbelanja segala kebutuhan pokok di NPC gemuk bernama Duke. Item yang bisa kamu dapatkan sudah termasuk peluru, senjata dan upgrade. Sama seperti NPC Merchant klasik, Duke akan muncul di berbagai tempat mengikuti progressmu sehingga kamu dapat memanfaatkan keberadaan kios dagangannya sebagai Save House. Ini karena Duke juga memiliki mesin ketik yang bisa digunakan untuk menyimpan progress permainanmu.
Sebagai tambahan, dalam game ini kamu juga bisa memperkuat statistik Ethan dengan memasak makanan yang terbuat dari daging hewan seperti unggas hingga ikan. Setiap bahan masakan bahkan memiliki semacam versi legendarisnya sendiri yang pasti semakin memperkuat efeknya. Untuk memperkuat replayabilty, game ini juga menawarkan Mode Mercenary yang melibatkan kamu dalam pertempuran melawan gerombolan musuh yant terus bertambah dan semakin sulit untuk diatasi. Mode ini memberikan hadiah berupa mata uang ekstra yang nantinya dapat ditambah ke mode single player jika kamu memang memerlukannya.
Kesimpulan
Datang dari seseorang yang tidak begitu memiliki pengalaman berkesan dari Resident Evil 7, dengan senang hati kami harus mengakui kalau Resident Evil Village memang jauh lebih seru dan sesuai dengan selera kami. Boleh saja kamu menyebutnya sebagai opini bias karena kami memang fans berat dari Resident Evil 4, tapi premis yang ditawarkan game ini memang tepat sasaran dengan ekspektasi kami. Merasakan sensasi berpetualang di desa mistis kuno yang dipenuhi bahaya serta misteri di setiap sudut harus diakui memang luar biasa. Untuk game yang memiliki waktu bermain total di kisaran 10 jam, pacing yang diberikannya cukup baik dan memberikan banyak variasi permainan unik yang tidak pernah membosankan.
Tentu saja kami bisa melihat kalau ada banyak gamer yang tertarik dengan Resident Evil Village karena adanya Lady Dimitrescu. Tapi harus diketahui kalau dia hanyalah salah satu sosok antagonis utama di game ini yang tidak memiliki peran dominan layaknya Mr. X dan Nemesis. Jadi setelah berhasil mengalahkannya, maka kamu tidak akan diberi kesempatan lagi untuk main kejar-kejaran dengan si mamasita.
Jika harus mencari kekurangan, maka satu yang paling kamu sayangkan dari game ini adalah porsi permainan yang tidak selalu solid. Contoh terbaiknya sudah kami sebut seperti bagaimana area yang dikuasai Moreau dan Beneviede tidak memberikan keseruan bermain yang setara seperti Lord lainnya. Sebagian besar tantangan puzzle juga tidak begitu menarik dan hanya ada sebagian kecil yang cukup mengasah otak. Gameplay yang berfokus ke sisi aksi daripada survival horror tidak menjadi masalah bagi kami karena ini memang konsep yang ditawarkan Resident Evil 4, hanya saja sensasi gunplay di game ini seperti yang kami sebut di atas memang lebih clunky.
Kelebihan | Kekurangan |
Desain level pedesaan kuno yang luar biasa | Tantangan puzzle yang lemah |
Pacing yang cukup solid dengan variasi level berbeda | Gunplay terasa lebih clunky |
Jalan cerita yang cukup menarik | Tidak semua Lord memberikan kesan yang mengena, terutama dari levelnya |
Adanya lebih banyak karakter antagonis menarik | |
Ekstra replayability berkat Mode Mercenary |
Final Score:
8.5/10
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.

@gamerwk_id
Discussion about this post