Antologi The Dark Pictures tidak terasa sudah berakhir dan ditutup dengan The Devil in Me yang belum lama ini telah resmi dirilis. Supermassive Games bersama Bandai Namco memang telah sukses meracik sebuah ramuan game misteri, horror, dan thriller yang cukup menarik dari segi cerita, tapi disisi lain juga seru untuk dimainkan sebagai game.
The Dark Pictures: The Devil in Me menjadi hidangan penutup dengan jalan cerita yang lebih menegangkan hingga berbagai mekanisme gameplay yang baru. Apakah beberapa “hal baru” tersebut akan membuatnya terasa jadi lebih baik? Kami telah memainkan The Devil in Me dan akan saya review melalui artikel ini. Mari simak!
Jalan Cerita yang Creepy dan Gore
Para pemain akan berperan sebagai kru dari Lonnit Entertainment yang telah diundang ke World’s Fair Hotel, yang merupakan replika dari “Murder Castle” yang diproduksi oleh H.H. Holmes, pembunuh berantai pertama di Amerika. Mereka awalnya berpikir itu adalah ide yang bagus untuk rencana mereka, lima rekan lainnya – Charlie, Kate, Mark, Jamie dan Erin juga ikut pergi ke sana. Apa yang tidak mereka ketahui adalah bahwa sebenarnya ada seseorang telah mengawasi mereka dari belakang ketika masuk kesana.
Tanpa spoiler lebih lanjut, para karakter ini akhirnya menyadari bahwa mereka sudah terjebak. “Hotel” disini berbentuk seperti koridor dengan banyak jalan. Rada creepy memainkannya karena di awal permainan saya langsung dihantui dengan pembunuh yang seakan-akan siap menikam kapan aja dengan berbagai “jebakan” yang sudah disiapkan.
Ceritanya sendiri menurut kami lebih ke misteri dan thiriller, dengan bumbu horror yang sangat sedikit, layaknya film serial killer Amerika ala tahun 1800. Kamu akan melihat banyak banget adegan yang bisa dibilang creepy hingga gore, jadi lupakan sedikit soal kesan horror disini.
Gameplay yang Semakin Dipermudah
Seperti biasa, game The Dark Pictures Anthology selalu menawarkan tiga mode yang berbeda, termasuk di The Devil in Me ini. Mode tersebut adalah Solo, Shared Story, dan juga Movie Night. Solo adalah mode standar, Shared Story akan memungkinkanmu memainkan jalan cerita milik orang lain atau orang lain memainkan ceritamu atau bisa bisa dibilang multiplayer. Sementara Movie Night adalah mode party untuk mabar secara lokal.
Sama seperti seri sebelumnya, game ini menampilkan mekanik yang mudah dimainkan dengan beberapa fitur tambahan baru. QTE (Quick Time Event) masih jadi elemen yang menonjol. Elemen tersebut suka muncul ketika kamu ingin melakukan suatu tindakan, bahkan cuma untuk sekedar menghancurkan suatu objek. Tindakan yang dipilih tidak selalu benar, bahkan ada beberapa “momen” jika salah pilih, karaktermu akan mati.
Ada juga sistem lain yang disebut dengan Premonition. Dengan mencari dan menemukan Premonition, para pemain akan diperlihatkan berbagai petunjuk apa yang akan terjadi kedepannya dan membantumu menentukan berbagai pilihan sulit yang bisa mempengaruhi cerita. Hal-hal seperti ini sangat mempermudah pemain yang kurang lihai dalam membaca petunjuk.
Mekanik Baru Buat Cerita Jadi Lebih Hidup
Berbicara soal jalan cerita, sudah tidak diragukan lagi bawa “story” adalah nilai jual utama dari antologi The Dark Pictures. Cerita di game ini menurut kami cukup menarik, karena pada dasarnya saya suka cerita misteri yang dibalut dengan kesan horror. Namun, cerita di game ini terasa lebih hidup dari seri sebelumnya karena ada berbagai mekanisme gameplay yang baru.
Sebagai sebuah penutup antologi, Supermassive Games menanamkan mekanisme tambahan. Tiap karakter disini memiliki item uniknya masing-masing yang bisa diakses lewat sebuah mini inventory. Misalnya Charlie yang memiliki korek api untuk pencahayaan, Mark yang menggunakan monopod untuk meraih benda yang terletak di tempat tinggi. Ada juga Erin yang menggunakan peralatan untuk mendeteksi suara saat dia berjalan di tempat gelap.
Tidak cuma berjalan dan menikmati fitur QTE yang sudah familiar, game ini juga menanamkan mekanik lainnya seperti berlari, melompat, atau bahkan memanjat. Eksplorasi disini tidak lagi membosankan dan bisa lebih cepat. Ada berbagai objek yang harus dipindahkan sana sini untuk progress, ada juga puzzle yang akan memutar otakmu untuk terus digunakan.
Tanpa spoiler lebih lanjut, akan ada banyak “ruangan yang terkunci” di game ini. Berfikir untuk skip saja? Saya sarankan jangan. Karena jika kamu skip beberapa hal di game ini, jalan ceritanya akan berbeda dan malah membuatmu mendapatkan ending yang bisa dibilang buruk.
Kualitas Visual yang Biasa Saja
Saya memainkan game ini di PlayStation 5. Menurut saya, kualitas grafis sudah cukup baik, namun tidak ada hal yang terlalu istimewa dalam hal visual. Bahkan jika dibandingkan dengan game mistery / horror ternama lainnya, The Devil in Mu terhitung sangat biasa saja. Hal tersebut diperparah dengan kualitas animasi karakter yang serasa “kurang emosional” meskipun ceritanya menegangkan. Interaksi antar karakter terkadang digambarkan dengan sangat awkward karena mereka seperti tidak melihat satu sama lain.
Berbanding terbalik dengan karakter, saya harus akui kalau desain envinronment disisini sangat solid. Supermassive Games melakukan pekerjaan yang baik dalam membangun suasana yang mencekam sekaligus menegangkan. Belum lagi desain hotel layaknya labirin yang akan membuat pemain bingung sekaligus panik dan tegang disaat yang sama.
Soal kamera juga perlu sedikit diperbaiki, terutama pada tempat-tempat yang sempit. Ketika memindahkan sebuah objek, kami bahkan tak bisa melihat karakter atau objek lainnya karena terhalang sesuatu.
Kesimpulan
Sebagai sebuah penutup, Supermassive Games memberikan hidangan yang spesial melalui The Devil in Me. Tidak cuma sekedar menyelesaikannya lewat jalan cerita, tapi juga menambahkan berbagai mekanisme baru yang membuat jalan cerita dan gamenya menjadi lebih hidup, gampang dimainkan, hingga kesan creepy, gore, dan menegangkan yang solid.
Meskipun harus diakui juga bahwa The Devil in Me masih memiliki beberapa kekurangan yang kerasa seperti pada kualitas visual karakter dan camera yang harus dipoles lebih baik lagi. Semoga mereka melakukan improvisasi yang luar biasa di game mereka selanjutnya nanti.
The Dark Pictures: The Devil in Me sudah resmi dirilis untuk platform PlayStation 5, PlayStation 4, Xbox Series X|S, Xbox One dan PC melalui Steam. Kamu bisa kunjungi situs resminya DI SINI untuk berbagai informasi lebih lanjut.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
The Review
The Dark Pictures: The Devil in Me
PROS
- jalan cerita yang creepy dan menegangkan
- Mekanik baru buat gamenya jadi lebih hidup
CONS
- Animasi karakter yang kurang emosional
- Kamera yang perlu diperbaiki
Discussion about this post