Penantian 6 tahun yang dibutuhkan Distant Worlds: Music from Final Fantasy untuk kembali ke Singapura rasanya memang begitu panjang, apalagi jika mengingat efek pandemi dari beberapa tahun lalu. Penantian panjang ini akhirnya berakhir pada 6 Oktober 2023 lalu, yang mana tim kami berkesempatan untuk mampir langsung ke konser berkelas ini dan harus diakui kalau pengalaman yang didapat tidak sia-sia.
Tentu saja kami mendapati kerumunan penuh dan antrian yang cukup sesak di Star Performing Arts Centre sembari menunggu pertunjukan dimulai. Gerombolan fans Final Fantasy memenuhi seluruh tempat, dan banyak dari mereka sudah menggunakan t-shirt bertemakan game Final Fantasy favoritnya. Antrian untuk membeli merchandise dan spot untuk mengambil foto yang menampilkan para pemeran karakter ikonik untuk game baru Final Fantasy VII Rebirth juga tidak kalah penuhnya, dan ini tentu semakin menunjukkan betapa besar antusiasme dan kecintaan komunitas terhadap franchise ini.
Tidak ketinggalan para cosplayer juga hadir di konser dengan mengenakan kostum karakter ikonik dan memberikan kesempatan kepada para pengunjung untuk berfoto, meski pada akhirnya ini bisa cukup membuat staff sedikit kerepotan dalam mengatur kerumuman pengunjung. Meski terasa begitu ramai, tapi bisa berkumpul dengan sesama fans dari franchise favorit tetap memberi kepuasan tersendiri. Tentu saja tujuan utama dari event ini baru akan datang dan itu tidak lain adalah musik.
Konsernya sendiri berlangsung selama 2,5 jam yang dibawakan oleh Distant Worlds Philharmonic Orchestra & Chorus yang berbakat dan dipimpin oleh konduktor pemenang Grammy Award yaitu Arnie Roth. Musiknya terdiri dari beragam lagu ikonik yang dipilih dengan cermat dari berbagai permainan dalam franchise ini dan tidak pernah gagal dalam membuat para penonton terpukau. Setelah sampai di tempat duduk kami, lampu ruang konser yang megah langsung meredup dan pertunjukan pun dimulai. Dalam memberi sensasi nostalgic ke seri Final Fantasy klasik, kami disambut oleh orkestra dengan “Prelude” franchisenya yang sangat ikonik, seolah-olah kami sedang memainkan gamenya kembali dan dibawa ke menu utama.
Petikan harpa dan instrumen lain dengan alunan menawan selalu membuat kami merinding, terutama saat menyaksikan aksi dari tim orkestra yang luar biasa dari dekat. Lagu yang mereka bawakan diiringi dengan kilas balik ke seri-seri game utama di franchisenya hingga Final Fantasy XVI yang baru saja dirilis pada Juni kemarin. Sangat memuaskan rasanya menyaksikan pertunjukan dari kilas balik semua lagu utama di serinya, sampai-sampai kami secara tidak sadar tersenyum selama menyaksikannya dari awal hingga akhir.
Suasana kemudian berubah menjadi lebih intens saat beralih ke lagu “Those Chosen by the Planet” (Final Fantasy VII Remake), dengan dentuman keras drum yang disinkronkan secara apik dengan diperlihatkannya sosok antagonis legendaris Sephiroth pada layar proyektor besar tepat di belakang band. Seluruh adegan-adegan tersebut diedit dengan sangat baik sesuai dengan tempo musiknya, yang tentu saja memberikan bobot lebih besar pada karakter yang ditampilkan di proyektor (terutama Sephiroth), dan berhasil menarik reaksi para penonton yang begitu antusias.
Setelah bagian intronya selesai, Roth dan tim orkestra berbalik menghadap ke kami dengan sapaan formal sambil tersenyum. Akhirnya pertunjukan utama kembali berlanjut, karena dari sini kami terus dimanjakan dengan pertunjukan dari lagu-lagu paling luar biasa dari franchisenya. Selama konser berlangsung, cukup menarik bagaimana ada bagian khusus di tim orkestra yang menjadi pusat perhatian secara bergiliran. Beberapa instrumen menjadi sangat hidup terutama dalam lagu-lagu seperti “Phantom Forest – Phantom Train” (Final Fantasy VI), yang mana Sabin digambarkan sedang menaiki kereta monster dengan gaya khasnya. Sementara itu bagian perkusi menjadi pusat perhatian dalam “Chocobo Medley” dengan alunan yang lebih ringan dan dentuman yang selaras dengan burung kuning ikonik yang ditampilkan di layar lebar.
Sementara alat musik tiup menghidupkan intensitas dari tantangan yang harus dihadapi Zidane dan teman-temannya saat nyaris lolos dari kejaran tanaman beku di Evil Forest dengan “Festival of the Hunt” (Final Fantasy IX). Paduan suaranya apalagi membuat kami merinding dengan intro vokal untuk “Liberi Fatali” (Final Fantasy VIII). Dan terakhir, untuk intro piano yang ikonik dari “Zanarkand” (Final Fantasy X) juga tidak kalah indah dengan melodi melankolisnya. Ini adalah pertama kalinya kami menonton konser orkestra profesional secara langsung, dan dari sini kami jadi punya apresiasi lenbih kuat pada begitu mahirnya seluruh tim dalam membawakan lagu-lagu yang tak terlupakan ini secara langsung.
Tidak hanya itu, kami ikut disambut oleh beberapa vokalis tamu yang semakin memperkuat suasana konser. Susan Calloway dari Final Fantasy XIV yang terkenal memberikan penampilan terbaiknya lewat “Eyes on Me” (Final Fantasy VIII) yang merupakan salah satu lagu cinta paling ikonik dalam sejarah waralaba ini, dan juga “Dragonsong” (Final Fantasy XIV: Heavensward), sebuah lagu emosional yang siap menguji perasaan penonton bahkan bagi mereka yang masih asing dengan gamenya. Ada juga RIKKI dengan penampilannya yang begitu anggun, dan dia dikenal banyak fans sebagai penyanyi dibalik “Suteki Da Ne” (Final Fantasy X). Seperti Calloway sebelumnya, RIKKI terdengar luar biasa saat bernyanyi di panggung live, dan kami merasa ingin melihatnya lebih lama setelah mendengar suara lembutnya yang begitu menghipnotis.
Bagian terbaik dari Distant Worlds adalah kalau pertunjukan ini tidak hanya sebagai perayaan “lagu-lagu hits terbaik” dari franchise Final Fantasy, tapi juga memberi sorotan ke beberapa lagu yang lebih “kuat” (menurut kata-kata Roth). “Stand Up” (Final Fantasy VII Remake) yang ceria adalah salah satu lagu yang dimainkan, dan ini berhasil mengubah suasana teater menjadi kabaret dengan melodi bergaya lagu pertunjukan. Sebuah cara yang cukup keren untuk mengubah suasana.
Ada lebih dari 16 lagu yang dimainkan sepanjang pertunjukan, dan di akhir pertunjukan, kami masih menginginkan lebih banyak lagi. Dan dengan pertunjukan yang luar biasa, orkestra Distant Worlds membuat kami begitu puas lewat lagu terakhir sekaligus salah satu yang paling ikonik yaitu “One Winged Angel” dari Final Fantasy VII.Pilihan lagu yang sudah sepantasnya memang, karena pada Februari 2024 nanti Final Fantasy VII Rebirth akan segera rilis dan gamnya akan memberi fokus lebih kuat juga ke sosok Sephiroth.
Bagi para fans Final Fantasy, konser Distant Worlds ini kami rasa adalah ajang yang begitu spesial dan bisa memberi sebuah pengalaman tidak terlupakan. Bahkan bagi mereka yang tidak begitu familiar dengan franchisenya, bisa menonton aksi tim orkestra profesional secara langsung benar-benar sangat berbeda jauh dibanding menonton konser biasa, dan siapa tahu saja dengan menikmati lagu-lagu di franchisenya lewat konser ini bisa mendatangkan fans-fans baru juga.
Meski berujung sangat puas, kami berharap kalau list lagunya bisa menyertakan musik dari semua game dengan porsi yang lebih setara, kecuali untuk beberapa judul spesifik yang mungkin punya list musik lebih melimpah seperti Final Fantasy XIV misalnya. Semoga saja penantian untuk pertunjukan berikutnya dari Distant Worlds tidak sampai membuat kami harus menunggu sampai enam tahun lagi, karena bahkan sekarang kami sudah dibuat tidak sabar lagi untuk bisa menikmatinya. Meski kecil kemungkinannya untuk saat ini, kami juga berharap kalau di masa depan Distant Worlds bisa ikut diekspansi ke lebih banyak wilayah termasuk Indonesia.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
Discussion about this post