Pernahkah kamu berpikir kenapa ada semakin banyak kasus review bomb yang terjadi selama beberapa tahun terakhir? Jika iya, maka kamu tidak sendirian, karena ini juga termasuk salah satu fenomena yang cukup membuat kami pusing di beberapa kesempatan. Review / ulasan adalah sesuatu yang harus dipertimbangkan dengan matang dan adil. Jika produknya merupakan game, maka sudah sepatutnya untuk membuat penilaian berdasar pengalaman bermain murni serta menjelaskan apa yang disukai dan tidak dari game tersebut. Sayangnya ini jarang berlaku bagi mereka yang memberi review bomb dengan niatan berbeda.
Fenomena review bomb sebenarnya sudah eksis sejak beberapa generasi konsol sebelumnya. Kasus terbesar yang dicatat via Wikipedia terjadi pada 2008 lalu saat game Spore keluaran Electronic Arts (EA) mendapat banyak review negatif di Amazon. Lebih spesifiknya karena ada penerapan sistem DRM yang membatasi gamenya agar tidak bisa diinstall ulang dari tiga kali. Sebuah keputusan yang sangat buruk memang sehingga review bomb tersebut memang punya bobot dibaliknya. Beberapa contoh lain juga bisa dilihat dari The Elder Scrolls V: Skyrim lewat pengenalan sistem mod berbayar hingga Grand Theft Auto V karena somasi pada software mod OpenIV.
Satu yang jelas kalau review bomb pada saat itu memang punya alasan kuat dibaliknya dan tidak hanya disuarakan demi menjatuhkan reputasi sebuah game, melainkan sebagai bentuk protes yang lebih frontal agar punya kesempatan lebih besar untuk direspon. Sayangnya fenomena ini mulai beralih ke arah yang memalukan, yaitu bagaimana banyak kasus review bomb di era sekarang bersumber dari alasan paling sepele atau tidak memiliki bobot sama sekali. The Last of Us Part II bisa dibilang adalah contoh kasus terbesar dari review bomb seperti ini, yang mana tercatat hingga sekarang gamenya sudah mendapat 150 ribu User Review di Metacritic dengan hampir 50% di antarnya adalah negatif. Alasannya? Karena kematian seorang karakter serta rasa benci yang kuat pada satu karakter baru yang jadi salah satu fokus utama di gamenya.
Kami tentunya punya komplain juga pada keputusan Naughty Dog dalam menangani cerita di game tersebut, tapi pada akhirnya The Last of Us Part II adalah game yang sangat solid dan bisa dibilang revolusioner karena berhasil mencapai kualitas next-gen untuk PlayStation 4, belum lagi ditambah fokus luar biasa dari sisi production value yang bisa dibilang paling superior dibanding kebanyakan game AAA pada kala itu. Sejak kasus tersebut, entah kenapa rasanya review bomb semakin disalahgunakan untuk memberi ulasan tidak layak sehingga berujung melukai developer. Kami bahkan bisa membuat list panjang akan review bomb paling asal-asalan sepanjang beberapa tahun terakhir, tapi khusus untuk tahun ini dua contoh yang paling membuat kami heran adalah Elden Ring dan Digimon Survive.
Pada saat itu Elden Ring mendapat resepsi super positif dari para kritikus hingga masuk dalam jajaran game terbaik sepanjang masa. Karena merasa tidak terima, banyak user berusaha mencari celah terkecil atau membuat alasan untuk menjatuhkan rating game tersebut. Elden Ring mendapat komplain karena optimisasi yang dianggap sampah, tapi sisi teknisnya sendiri masih bisa dibilang dalam tahap wajar untuk game yang baru rilis dan bahkan langsung mendapat reaksi cepat dari pihak developer. Sementara untuk Digimon Survive malah lebih lucu lagi, yaitu bagaimana game tersebut diejek karena sebagaian besar kontennya adalah visual novel, padahal pihak developer sudah menjelaskan kalau sebagian besar gamenya memang diisi cerita dengan battle tactical RPG di beberapa tempat.
Lalu apa alasan dibalik munculnya review bomb yang tidak memiliki bobot tersebut? Jawabannya sudah pasti ada pada kesadaran banyak orang akan mudahnya meninggalkan review negatif itu sendiri. Metacritic sebagai salah satu platform review media hiburan terbesar adalah contoh terbaiknya, karena semua orang bisa membuat akun dan meninggalkan review dengan leluasa di sana. Tidak ada syarat maupun restriksi lain yang menghambat, jadi mereka bisa cari game lalu meninggalkan review dalam satu kalimat dan skor 0 secara langsung. Belum lagi karena kemudahan dalam membuat akun, banyak user bahkan memiliki lebih dari satu akun yang mereka dedikasikan untuk memberi review negatif pada game yang sengaja ingin mereka jatuhkan. Pihak Metacritic sendiri sudah memberi tindakan seperti membatasi pembukaan User Review setelah beberapa hari saat sebuah game rilis atau dengan menghapus review negatif asal-asalan, tapi di akhir ini tidak memberi banyak dampak signifikan.
Kami dan sebagian besar dari kamu pasti setuju kalau Steam adalah platform terbaik dalam urusan sistem review user. Ada tiga alasan utama yaitu hanya pembeli game yang dapat meninggalkan review, ada catatan waktu bermain untuk menilai seberapa valid review dari seorang user, serta bagaimana user dapat saling meninggalkan komentar dalam suatu review untuk menciptakan diskusi atau memberi koreksi satu sama lain. Sayangnya sistem serupa memang langka dan kasus review bomb asal-asalan bisa dijamin akan terus terjadi. Kami bahkan mengamati kalau review bomb digunakan sebagai bentuk console war, seperti bagaimana fans garis keras Xbox meninggalkan review negatif untuk semua game eksklusif PlayStation dan begitu pula sebaliknya yang bahkan mencakup kubu fans Nintendo.
Lalu bagaimana menurut pendapatmu dengan fenomena yang semakin memalukan ini? Apakah menurutmu dampaknya akan semakin nyata di masa mendatang?
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
Discussion about this post