Setelah sempat mengalami penundaan yang cukup lama, akhirnya Ultra Age yang merupakan game action besutan developer Next Stage dan publisher Intragames telah resmi dirilis di PlayStation 4 dan Nintendo Switch. Sejak pertama kali diumumkan, game ini langsung menarik perhatian kami karena gameplay hack and slash yang diusungnya benar-benar terlihat keren dan terasa mengambil inspirasi dari NieR: Automata. Impresi ini ternyata masih bertahan sampai sekarang, karena kami kebetulan sudah memainkan gamenya selama kurang lebih satu sampai dua jam lewat versi demo di PlayStation 5.
Sebenarnya ada rencana untuk membeli game ini, tapi mungkin memainkan versi demo lebih dulu untuk mengukur kualitasnya adalah keputusan lebih baik, karena setelah memainkannya ada rasa delima yang cukup mengganjal. Bagi kamu yang mungkin juga sedang mengincar Ultra Age, berikut kami sudah merangkum impresi dari pengalaman bermainnya.
Presentasi dan Style Seadanya
Mengambil setting di sebuah dunia futuristik yang dilanda musibah akibat berkurangnya sumber daya di bumi, Ultra Age menceritakan kisah seorang prajurit muda bernama Age dan rekannya Helvis yang terjebak dalam relic untuk mencari cara demi menyelamatkan peradaban manusia yang berada di ambang kepunahan. Sesi demo yang kami mainkan tidak memberi penjelasan cerita yang mendalam, tapi setelah kami cek dari penjelasan gamenya, konflik dalam Ultra Age melibatkan faksi manusia yang masih hidup di permukaan (The Shelter) dan mereka yang telah melakukan evakuasi ke luar angkasa untuk membentuk koloni “Orbital Arc”.
Jadi meski kami tidak mendapatkan kesan yang mengena di awal, sepertinya cerita di game penuhnya melibatkan sebuah konflik penuh konspirasi menarik untuk diikuti, sehingga versi demonya tidak bisa jadi patokan bagus jika ingin menilai aspek ceritanya. Satu yang bisa kami nilai setidaknya ada pada kualitas presentasi gamenya yang meski terlihat cukup baik dari segi grafis, tapi dari pendekatan style game ini tidak punya identitas kuat. Baik itu mulai dari desain lingkungan, struktur level, hingga karakternya semua kurang begitu menonjol. Tidak ada satupun momen di mana kami merasa ingin melihat pemandangan sekitar atau merasa perhatiannya diambil karena ada sesuatu yang menarik untuk dicek (selain dari sumber daya Crystal yang berserakan di mana-mana).

Bahkan klaim kami kalau game ini mengambil inspirasi dari NieR: Automata juga terlihat jelas di beberapa bagian, seperti bagaimana Helvis yang merupakan rekan Age berperan layaknya Pod atau sudut pandang kamera yang dirubah di beberapa tempat seolah meniru gaya platforming dari game Nier. Inspirasi memang bukan sesuatu yang salah, tapi bagi kami Ultra Age rasanya kurang berani untuk tampil beda dan berakhir seperti game action seadanya dari segi presentasi maupun style. Bahkan kalau boleh sedikit nitipick, Age yang merupakan karakter utama di game ini punya desain yang mirip Nero dari Devil May Cry 5 (yes, sama-sama game action yang mungkin juga dijadikan inspirasi). Meski begitu, kesan game Jejepangan yang ditonjolkannya ternyata lebih serius dari yang kami duga, karena Ultra Age menghadirkan opsi Voice Acting bahasa Jepang yang benar-benar merubah suasana permainan dengan drastis.
Kustomisasi Sederhana yang Efektif
Sebelum masuk ke gameplay, mungkin ada baiknya untuk membahas bagian kustomisasi karena bagi kami ini cukup menarik. Jadi dalam Ultra Age kamu akan sering menemukan beragam objek berupa tumpukan batu Crystal dengan warna berbeda di sepanjang level yang dilalui. Semua Crystal ini bisa dibilang adalah spot untuk “menambang” yang memberikanmu akses ke beragam sumber daya berharga mulai dari Energy (berperan layaknya Mana untuk menggunakan skill spesial), Weapon (senjata dari berbagai jenis) dan Module (aksesoris / equipment tambahan untuk meningkatkan statistik karakter). Setiap batu Cystal membutuhkan waktu cooldown cukup lama sebelum bisa ditambang lagi, tapi kamu bisa mempercepat jalannya waktu dengan menggunakan skill spesial dari Helvis yaitu Time Shift. Ada beragam skill spesial lain yang bisa kamu akses seperti memulihkan HP karakter hingga menempatkan karakter dalam mode power-up lewat skill Critical Rage.
Kustomisasi dalam game ini sangat sederhana, karena di sebagian besar waktu semuanya berjalan secara otomatis. Seperti bagaimana senjata dan module yang kamu dapatkan akan otomatis langsung terpakai, jadi setiap kali mengecek menu kami sampai tidak perlu mengatur apapun lagi karena semuanya sudah rapi tersusun. Satu-satunya fitur yang bisa dibilang lebih memenuhi peran kustomisasi justru ada di spot Save Point yang mirip seperti checkpoint atau tempat peristirahatan di beberapa lokasi. Lewat Save Point kamu bisa mengakses menu untuk meningkatkan kemampuan bertarung Age, skill milik Helvis, dan membuka skill senjata baru dengan Power Gear.
Dari sisi kustomisasi sebenarnya kami tidak punya komplain serius, karena sebenarnya cara game ini mengaturnya sudah lumayan rapi dan otomatis sehingga bisa menghemat waktu bermainmu. Tapi sayangnya desain UI dari setiap menu benar-benar terlihat hambar dan seadanya seperti yang kami sebut di poin pembahasan sebelumnya. Ini bukan komplain yang lebih menyinggung pada sisi production value, tapi bagaimana cara agar gamenya bisa terlihat konsisten sehingga tidak meninggalkan kesan murahan, sesuatu yang memang seolah jadi tolak ukur penting bagi banyak gamer di era sekarang.
Gameplay Hack and Slash BADASS, tapi…
Terlepas dari sisi production value hingga presentasi gamenya yang kurang maksimal, kami harus akui kalau gameplay yang ditawarkan Ultra Age memang BADASS. Ini adalah game hack and slash dengan tempo cepat yang menawarkan kontrol responsif dan komposisi pas untuk ukuran game action berkelas di pasaran. Kontrol gameplay terasa nyaman, setiap ayunan senjata punya impact kuat dengan aliran kombo responsif, dan kamu juga bisa melakukan beragam manuver tanpa adanya jeda termasuk membatalkan animasi. Bagian yang paling jadi favorit kami pada gameplaynya ada sensasi berbeda dari setiap senjata, seperti bagaimana Steel Blade, Katana, hingga Claymore punya aliran moveset dengan ciri khasnya sendiri yang dipadu animasi serangan keren.
Meski impresi kami pada gameplaynya memang positif, tapi ada beberapa kekurangan yang sayangnya cukup menganggu pengalaman bermain kami. Pertama adalah bagaimana senjata bersifat seperti consumable, yang mana kamu bisa kehilangan durabilitasnya secara drastis meski hanya menggunakan satu serangan spesial. Jadi setelah berhasil melakukan stagger ke musuh, biasanya ada perintah command yang muncul untuk mengeksekusi seranagn spesial. Hanya saja serangan ini bukanlah finisher, melainkan hanya memberi damage besar saja, sehingga jika musuh punya HP tebal dan masih hidup, maka kamu akan tetap kehilangan durabilitas senjata. Kekuragan ini bisa bersifat fatal, tapi untungnya di Ultra Age kamu bisa menumpuk stok untuk tiap jenis senjata, sehingga jika durabilitasnya habis sekalipun, kamu bisa dengan mudahnya switch ke tiga senjata lain secara instan.
Kekurangan kedua sekaligus yang menurut kami paling menganggu adalah implementasi sistem lock-on yang sangat buruk. Ini karena saat lock-on ke satu musuh, biasanya fokus akan otomatis beralih ke musuh lain yang posisinya berada paling dekat dengan karaktermu, sehingga saat menyerang satu musuh yang dijadikan target karaktermu akan berpaling ke berbagai arah seolah sedang kebingungan untuk menyerang siapa. Bahkan jika kamu melawan satu musuh sekalipun, sistem lock-on ini masih belum nyaman karena pergerakan kamera terasa berantakan dan kurang responsif, apalagi jika kamu berada di tempat sempit. Tapi bagaimana jika kamu tidak menggunakan lock-on? Boleh saja, tapi semua musuh yang kami lawan punya pergerakan cepat sehingga menyesuaikan posisi kamera bisa cukup merepotkan.
Kesimpulan
Melihat bagaimana gamenya sudah tertunda cukup lama, jujur saja kami punya ekspektasi lebih tinggi kalau pihak developer dapat membawa karya yang lebih dipoles. Hanya saja jika mengacu pada pengalaman bermain kami dari sesi demonya, Ultra Age bisa dikatakan sebagai game action standar dengan komposisi gameplay yang hampir pas. Cukup disayangkan juga mengenai bagaimana pengambilan inspirasi dari NieR: Automata dan Devil May Cry 5 tidak sampai mendorong gamenya untuk tampil beda, karena dari segi identitas Ultra Age terasa kurang menonjol. Jika diibaratkan, game ini seperti sebuah ikan goreng yang terlihat kurang mengundang dari segi penampilan, tapi rasanya ternyata enak meski ada beberapa duri yang mengganjal saat dimakan.
Tentu saja game penuhnya mungkin punya kualitas yang lebih baik, karena bagaimana pun ini hanyalah impresi dari orang yang hanya memainkan versi demonya selama satu sampai dua jam saja. Jika kamu memang tertarik untuk mencobanya, Ultra Age saat ini sudah tersedia di PlayStation 4, PlayStation 5 dan Nintendo Switch. Pihak Next Stage kebetulan juga berencana membawa gamenya di PC via Steam, tapi untuk sementara belum ada jadwal rilis pasti.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
Discussion about this post