Yakuza sudah menjadi franchise yang sangat besar dan dikenal oleh sebagian besar gamer di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Apalagi jika mengetahui fakta bahwa SEGA sebagai penerbit semakin terbuka untuk membawa gamenya tersebut ke PC untuk mengjangkau lebih banyak gamer. Tidak heran jika mereka bersama RGG Studio ingin mengeksplorasi serinya, bahkan samapai melakukan remake seri lamanya seperti Like a Dragon: Ishin.
Like a Dragon: Ishin sudah resmi diumumkan beberapa waktu lalu dan bakal menjadi remake dari gamenya di tahun 2014 yang memang tidak bisa dinikmati semua gamer. Kami mendapatkan kesempatan wawancara dengan sang Produser – Masayoshi Yokoyama untuk berbicara banyak soal Like a Dragon: Ishin. Mari simak artikelnya!
Q: Like a Dragon Ishin menggunakan Unreal Engine, bukan Dragon Engine, apa alasan dibalik keputusan tersebut?
Masayoshi: Dragon Engine didesain khusus untuk memperlihatkan wujud jalanan dan lingkungan di Jepang pada malam hari seperti Kamurocho yang dibangun berdasarkan Kabukicho di Shinjuku. Game Like a Dragon: Ishin lebih dominan menampilkan scene di siang hari dengan adanya matahari hingga lingkungan alam yang dominan. Setelah berbagai percobaan, kami memutuskan kalau Unreal Engine adalah yang paling cocok untuk itu.
Q: Apa faktor yang mempengaruhi untuk melakukan remake Ishin?
Masayoshi: Original Ishin dirilis di Jepang 9 tahun yang lalu. Setelah itu,kami telah merilis banyak game mulai dari Yakuza 6 hingga Yakuza: Like a Dragon. Tapi sebenarnya Yakuza 0 adalah game pertama yang kami bawa secara global. Ishin memperlihatkan latar belakang Jepang yang kental tapi tetap juga mendapatkan perhatian dari para fans secara global yang menginginkan judul tersebut dan sekarang kami mendapatkan kesempatan untuk membuatnya.
Judul baru memang masih menjadi prioritas kami, tapi momen seperti ini sangat menyenangkan dimana bisa membuat judul lawas yang di remake, sehingga fans secara global juga bisa menikmatinya.
Q: Apakah ada aktor lain yang ingin anda tambahkan di Like a Dragon: Ishin?
Masayoshi: Kami sudah berfikir kalau lineup saat ini sudah yang terbaik untuk Ishin.
Q: Karena gamenya bukan remaster, melainkan remake, sejauh mana perubahan yang dilakukan dari segi gameplay?
Masayoshi: Salah satu perubahan yang paling kerasa di sistem battle yang seharusnya cuma bisa dilakukan pada sebuah adegan / tempat tertentu, tetapi kini kemampuan tersebut juga bakal bisa digunakan pada setiap aspek pertarungan.
Q: Mengapa Ishin yang pertama dibuat ulang, bukan Yakuza Kenzen?
Masayoshi: Kami mendapatkan permintaan yang lebih banyak untuk Ishin dibandingkan Kenzen. Kami juga percaya kalau Ishin lebih populer. Jika kita remake Kenzen, itu memerlukan kami untuk mengubah sedikit jalan ceritanya dan bakal memakan waktu dan budget yang lebih banyak. Kami harus benar-benar memikirkan dengan matang jika ingin remake Kenzen.
Q: Mini-games adalah salah satu bagian penting di game Yakuza. Karena latar belakangnya era sejarah, bisakah anda jelaskan bagaimana kalian menentukan mini-game apa yang cocok?
Masayoshi: Semua mini-games disini dicocokan untuk periode Bakumatsu, jadi kami mengambil banyak contoh pada era tersebut, seperti misalnya taruhan pacuan kuda. Kami juga ingin mengembalikan mini-games yang populer seperti Majong. Sebenarnya rada aneh memasukan Majong pada periode Bakumatsu, tapi kami menyesuaikannya dengan gayanya.
Ada banyak banget mini-games yang dicoba dicocokan untuk latar belakangnya. Tim kami berusaha sekeras mungkin untuk semua mini-games agar terlihat natural dan menyatu dengan latar belakangnya.
Q: Yakuza dikenal sebagai game yang kocak namun disaat yang sama menyuguhkan cerita crime drama yang sangat bagus dan mungkin saat ini cuma Yakuza yang satu-satunya seperti itu dipasaran. Bagaimana rasanya mengerjakan proyek dengan title yang prestisius tersebut?
Masayoshi: Cerita utama Yakuza selalu memiliki alur yang sangat serius. Ketika pemain memulai gamenya, mereka mungkin merasa sangat kesal tentang hal itu. Kami memiliki konsep ini karena kami mendekati kisah orang Yakuza, mereka sepenuhnya bukan orang yang baik dan mereka sering ditakdirkan untuk mengalami cerita yang menyedihkan.
Mereka juga tidak melulu mengalami kesedihan dalam perjuangannya, tetapi ada beberapa hal yang menyenangkan. Setelah menentukan cerita dan plot, tim kami ada yang bertanggung jawab untuk cerita sampingan dan menyediakan lebih banyak hal-hal lucu untuk bisa menyeimbangkannya.
Q: Saya sudah mencoba demonya kemarin dan cukup mengejutkan ketika pertama kali mencobanya. Bisa berikan contoh skill favorit anda?
Masayoshi: Skill favorit saya adalah serangan dari Tokugawa Shogun. Itu diperlihatkan di trailer, serangannya seperti sebuah laser beam. Ketika awal-awal mengerjakan remake Ishin, kami menargetkan membawa semua skill yang cuma bisa digunakan untuk adegan / momen tertentu bisa dipakai secara keseluruhan dan malah berakhir untuk menambahkan jenis serangan baru yang berujung skill-skill tersebut hadir lebih dramatis.
Q: Apakah ada kemungkinan kedepannya mengenai franchise Yakuza yang bakal dibagi menjadi dua jenis game, salah satunya turn-based?
Masayoshi: Bagaimana kami menentukan sebuah genre ditentukan dengan latar belakang dari sang protagonis dan jalan ceritanya. Jika kami berfikir kalau cocok seperti itu, ya kami akan memilih genre tersebut. Contohnya saat kami menentukan Ichiban Kasuga lebih cocok dengan genre turn-based RPG. Jika kami membuat Ichiban adalah pejuang solo alias sendiri tanpa teman-temannya, mungkin kami akan menanamkan genre action.
Q: Pada Yakuza 8, trailer pertamanya memperlihatkan Kiryu yang bakal kembali dan anda menyebutkan sebelumnya kalau protagonis akan menentukan genre. Apakah di seri tersebut akan mengembalikan elemen Action karena hadirnya Kiryu?
Masayoshi: Tidak, itu bakal jadi game RPG.
Q: Seri ke-8 menggunakan nama “Like a Dragon 8”, beberapa orang menyadari kalau di seri sebelumnya terdapat chapter akhir berjudul “The end of Yakuza”. Apakah keputusan untuk membuang nama Yakuza sudah ada sejak saat itu?
Masayoshi: Pada Ishin tidak ada Yakuza di zamannya dan bakal aneh jika disebut Yakuza. Kami ada diposisi ingin menentukan judul Inggrisnya untuk franchise ini dan tim di Amerika Serikat bilang “Kita mesti memperkenalkan judul ‘like a Dragon’…” dan itu secara tidak langsung menyebutkan nama yang cemerlang.
Q: Apakah anda tertarik untuk mengeksplorasi lebih banyak genre lagi di franchise ini selain action dan RPG?
Masayoshi: Tidak, kami hanya memiliki genre sesuai dengan apa yang sudah diumumkan. Tapi kami juga sudah mengeksplorasi genre lain melalui beberapa mini-games yang tersedia. Kita punya game baseball, game balapan, dan mini-games lainnya dengan berbagai genre. Untuk seri utamanya akan tetap pada dua genre utama, yaitu Action dan RPG.
Q: Untuk pemain yang belum pernah memainkan original Ishin, apa yang bisa mereka ekspetasikan di remake ini?
Masayoshi: Game originalnya sendiri adalah spin-off dari seri Yakuza. Jadi meskipun mereka tidak tahu apapun mengenai seri Yakuza, mereka tetap bisa menikmatinya dan gamenya memang masuk ke kategori cerita original ketika pertama kali rilis di Jepang. Bahkan tutorial di versi remake telah dibuat agar para pendatang baru paham akan mekanisme gameplaynya.
Like a Dragon: Ishin! akan dirilis pada 21 Februari 2023 mendatang untuk PlayStation 4, PlayStation 5, Xbox One, Xbox Series, dan juga PC melalui Steam serta Microsoft Store.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
Discussion about this post