Berawal dari premis yang begitu menarik sebagai game metroidvania dengan gameplay ala Dark Souls dan platforming menantang, Death’s Gambit sayangnya kurang mendapat resepsi maksimal di awal rilisnya. Banyak pemain mendapati berbagai kekurangan mulai dari kontrol yang kaku hingga balancing tingkat kesulitan. Demi memaksimalkan potensinya, pihak developer White Rabbit akhirnya telah merilis edisi baru berjudul Death’s Gambit: Afterlife yang berhasil menutupi permasalahan utama tersebut.
Menyusul perilisannya di PC, kini Death’s Gambit: Afterlife sudah bisa dimainkan juga di Nintendo Switch. Kami kebetulan sudah mendapat kiriman versi fisik dari gamenya dan karena belum sempat memainkannya juga, maka ini adalah saat yang tepat untuk membuat review berdasar impresi yang didapat selama satu minggu terakhir. Berikut kami bisa langsung simak rangkumannya termasuk unboxing singkat dari versi fisik Death’s Gambit: Afterlife untuk Nintendo Switch.
Jalan Cerita
Terlepas dari statusnya sebagai game metroidvania ala Dark Souls yang dirasa lebih mengutamakan gameplay, ternyata Death’s Gambit: Afterlife membawa cerita yang mudah untuk dicerna. Ini semua berkat perspektif dari karakter utama yang punya identitas serta dapat berbicara, yang mana kamu akan berperan sebagai seorang ksatria bernama Sorun dan tugas berat yang harus dieambannya setelah menjalin kontrak dengan “Death” demi bisa bangkit dari kematian.
Jadi untuk bagian cerita kamu memang akan disuguhkan dengan lebih banyak konteks, tapi di saat yang sama juga menuntut perhatian ekstra saat berinteraksi dengan NPC serta item spesifik yang memberi penjelasan cerita lebih dalam. Tapi dari semua itu, kontribusi terbesar tetap ada pada peran Sorun yang begitu aktif baik saat berinteraksi dengan NPC hingga mengeksplor masa lalunya. Terlepas dari ceritanya yang berakhir tidak begitu spesial, setidaknya game ini berhasil menempatkanmu dalam peran yang punya makna lebih dan mendorong rasa penasaran untuk terus melanjutkan petualangan. Sangat berbeda tentunya dengan kebanyakan game sejenis yang lebih menghipnotis pemain berkat gameplaynya saja.
Perpaduan Gameplay Platformer + Action RPG yang Klop
Pemasaran gamenya selalu mengaitkan Death’s Gambit sebagai game yang menantang, tapi nyatanya kami tidak begitu kesulitan bahkan dengan pacing gameplay lambat yang ditawarkannya. Bisa dibilang gamenya adalah versi lebih strategis dari Dead Cells, yang mana daripada hanya berfokus untuk menghindari serangan, kamu mungkin akan lebih banyak menahan atau menangkis serangan musuh. Kesan yang lebih mudah bukan berarti membuat gamenya ramah untuk pemain kasual, karena di akhir pengalaman yang ditawarkan memang bisa sangat menantang dan menuntut fokus penuh.
Inspirasinya dengan Dark Souls bisa dilihat pada desain gameplay serta beberapa fitur, salah satunya seperti bagaimana pemain bisa kehilangan Phoenix Plume (mirip Estus Flask) dan bikannya Essence (Souls / mata uang utama untuk level up). Tidak memiliki item untuk memulihkan diri memang krusial, tapi pada akhirnya kami tidak mendapat banyak kesulitan mencapai checkpoint saat karakter sekarat. Setidaknya kamu bisa mempertahankan mata uang utama di segala situasi, tidak peduli seberapa sulitnya untuk mencapai progress jauh, pasti selalu ada momen untuk membuat karakter jauh lebih kuat.
Essence bisa kamu gunakan untuk meningkatkan statistik karakter, terutama pada bagian Strength dan Finesse yang kami rasa paling berpengaruh. Kedalaman gameplay juga mencakup variasi senjata, sihir, hingga kelas karakter yang bisa dipilih. Saat memainkan gamenya di awal kamu akan diberi opsi untuk memilih 1 dari 7 kelas karakter dengan skill serta kemampuan berbeda. Untungnya terlepas dari kelas mana yang kamu pilih, gamenya akan tetap memberi opsi untuk menggunakan semua senjata yang ada, jadi memang perbedannya lebih kentara pada skill serta gaya bertarung saja.
Secara keseluruhan kami rasa gamenya berhasil memadukan gameplay ala platformer metroidvania dengan Dark Souls, semua sambil memastikan tingkat kesulitan stabil yang masih menantang demi memberi keseruan maksimal. Absennya fitur fast-travel untungnya tidak membuat kami kesulitan untuk melakukan eksplorasi, karena gamenya sudah memfasilitasi desain map yang mudah dihafal apalagi saat melakukan backtrack.
Kualitas Grafis dan Audio
Salah satu bagian favorit kami di Death’s Gambit: Afterlife ada pada kualitas grafisnya sendiri. Penggunaan art style pixel 2D-nya terlihat begitu menawan, terutama pada kualitas animasi yang sangat mulus dan bahkan lebih baik dari kebanyakan judul sejenis yang sempat kami mainkan. Sebagian musuh bahkan didesain agar bisa berbaur dengan background, jadi ada tingkat tantangan tersendiri saat melakukan eksplorasi yang menuntut kehati-hatian agar tidak terkena ambush.
Secara visual kami tidak punya banyak komplain kecuali mungkin dari ukuran teks di tampilan menu. Karena memainkannya di Switch dalam mode handheld, kami mendapati teks yang cukup sulit untuk dibaca. Cukup disayangkan memang karena kualitas portnya sendiri sudah cukup sempurna di Switch, tapi masih ada sedikit permasalahan minor seperti ini yang semoga bisa disesuaikan lewat update baru. Sementara untuk bagian audio, harus kami akui kalau Death’s Gambitpunya musik dengan kesan lebih nyaman. Mungkin sebagian merasa kalau ini membuat gamenya tidak punya atmosfer gelap seperti Blasphemous atau Dark Souls misalnya, tapi di saat bersamaan pilihan musiknya justru lumayan cocok untuk memperingan suasana agar tidak begitu intens.
Unboxing Versi Fisik
Terima kasih untuk Epicsoft Asia yang sudah mengirim versi fisik dari Death’s Gambit: Afterlife untuk Nintendo Switch. Selain rangkuman review di atas, kami juga memutuskan untuk mengambil beberapa foto untuk unboxing sederhana. Berikut ini adalah konten yang ditawarkannya:
- Kopi fisik Death’s Gambit: Afterlife versi Nintendo Switch
- Manual – Artbook
- CD Soundtrack
- QR Code Soundtrack
Kesimpulan
Keputusan White Rabbit untuk kembali merilis Death’s Gambit dalam versi Afterlife ini berujung pada game metroidvania ala Dark Souls yang spesial. Lebih dari sekedar visual 2D menawan dan gameplay action RPG seru, bagian yang kami rasa perlu apresiasi lebih juga ada pada jalan ceritanya sendiri yang membuat pemain bisa lebih menghayati perannya.
Terlepas dari kualitasnya yang solid dan minim kekurangan, kami tetap merasa ada sesuatu yang kurang dari gamenya secara menyeluruh jika dibandingkan dengan judul lain seperti Blasphemous, Ender Lilies, Hollow Knight, dan berbagai judul prominen lain. Tidak mengesampingkan juga adanya beberapa kekurangan kecil di sana-sini seperti ukuran teks menu yang terlalu kecil, atau mungkin pilihan musik yang mungkin dirasa kurang cocok untuk sebagian pemain.
Jika penasaran, kamu bisa langsung cek gamenya melalui halaman resminya di Nintendo eShop. Sementara untuk akses pembelian versi fisiknya bisa cek langsung pada website Epicsoft Asia.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
The Review
Death's Gambit: Afterlife (Nintendo Switch)
PROS
- Gameplay strategis yang tidak sepenuhnya brutal
- Jalan cerita yang lebih menarik untuk diikuti
- Kaya variasi baik dari kelas karakter, pilihan senjata, hingga gaya bermain
CONS
- Ukuran teks menu yang terkadang sulit dibaca
- Style musik yang mungkin bisa kurang cocok untuk sebagian pemain
Discussion about this post