Sudah menjadi suatu tradisi memang kalau setiap anime musiman populer terutama yang dikemas sebagai seri shonen akan selalu mendapat ekspansi ke begitu banyak proyek. Ini sudah pasti juga termasuk adaptasi game yang sayangnya cenderung selalu jadi produk sapi perah dengan kualitas apa adanya. Contoh terbarunya kebetulan sudah kami cicipi langsung dan jadi fokus bahasan pada review kali ini yaitu Jujutsu Kaisen Cursed Clash. Sebagai salah satu seri shonen modern yang sedang booming di seluruh penjuru dunia, ide mengembangkan game adaptasi untuknya memang terdengar sangat menarik, apalagi yang menaruh fokus pada gameplay adu jotos.
Dikembangkan oleh developer Byking yang sempat memiliki pengalaman dalam meracik game serupa lewat seri My Hero One’s Justice, apa yang mereka hasilkan kali ini justru berakhir dengan standar kualitas lebih buruk dari hampir semua aspeknya. Lalu apakah ini masih bisa jadi game yang direkomendasikan untuk fans hardcore Jujutsu Kaisen sekali pun? Langsung saja simak bahasan lengkapnya.
Jalan Cerita
Meski ada kemungkinan kalau banyak pemain gamenya sudah paham dengan cerita Jujutsu Kaisen, ini bisa saja jadi game yang menjadi semacam entry point bagi pendatang baru untuk mengenal serinya. Jika memang ada kelompok pemain seperti itu, maka kami jelas sangat tidak merekomendasikan game ini sebagai jendela mereka untuk memasuki semesta Jujutsu Kaisen. Mode cerita di gamenya dipresentasikan dalam format visual novel yang sangat dipersingkat dengan artwork dari animenya. Terkadang memang ada cutscene 3D di beberapa tempat, tapi durasinya benar-benar sangat singkat dan jelas terpengaruh karena limitasi budget.
Gameplay Arena Fighter yang Sangat Buruk
Jika kamu sudah familiar dengan genre 3D arena fighter dari kebanyakan game adaptasi anime, maka gameplay serupa bisa ditemui di Jujutsu Kaisen Cursed Clash, hanya saja dengan kontrol yang lebih lambat dan kaku sehingga melakukan beragam eksekusi secara sempurna terasa berantakan. Penyesuaian IFrame di gamenya sangat buruk sehingga kamu bisa melihat dengan jelas saat adanya jendela di mana musuh bisa melancarkan serangan balik.
Meski membawa roster yang terdengar cukup banyak hingga 16 karakter, tapi hampir semuanya memiliki kontrol yang mirip antar satu sama lain, sehingga terlepas dari kemampuan uniknya masing-masing seperti di serinya, ini tidak berhasil diterjemahkan dengan baik ke gameplay yang berujung terkesan sangat monoton. Perbedaan antar karakter lebih bisa dilihat dari eksekusi “Cursed Energy Techniques” atau serangan spesialnya, ditambah lagi dengan “Awakened Moves” yang berujung jarang dimanfaatkan dalam kebanyakan skenario match.
Kekurangan lain yang menurut kami cukup fatal ada di balancing-nya secara keseluruhan. Setelah melalui sekian banyak match, kami mendapati kalau karakter dengan kemampuan untuk zoning berujung jadi pilihan terkuat dengan minimnya opsi untuk ditangani secara adil. Kontrol gameplay dengan karakter yang mengandalkan tangan kosong terasa kaku sehingga meninggalkan banyak ruang bagi musuh untuk melancarkan serangan balik jika kamu meleset. Selain itu mereka yang mengandalkan karakter dengan serangan jarak jauh tadi bisa memilih untuk zoning dan hanya perlu spam satu gerakan tanpa banyak upaya menguasai gameplay. Style permainan yang mengandalkan skill seolah benar-benar tidak punya ruang untuk bernafas dalam game ini.
Ragam Mode yang Tersedia
Jujutsu Kaisen Cursed Clash membawa tiga mode berbeda mulai dari Story yang kami jelaskan tadi, Online/Offline Battle, dan Co-Op Play. Bagian free battle tidak memiliki banyak perbedaan menarik dari yang bisa kamu bayangkan, sehingga bahasan kali ini akan lebih berfokus ke Co-Op Play yang menurut kami punya potensi bagus jika bisa dieksplor dengan maksimal, hanya saja kita berbicara soal game yang dikembangkan dengan setengah hati jadi ekspektasi tersebut seolah langsung lenyap saat mulai menjajalnya.
Mode ini kekurangan begitu banyak komponen yang membuatnya bisa memberi pengalaman bermain esensial, bahkan hal kecil seperti pemilihan karakter tidak dipresentasikan dengan baik selain lewat teks, sehingga kamu mungkin akan sukit menebak mana saja karakter yang dipilih pemain lain jika tidak familiar dengan namanya.
Meski termasuk game baru yang sudah kami mainkan sejak awal rilisnya, kami dibuat kesulitan untuk menemukan match meski sudah melakukan matchmaking hingga setengah jam lebih. Dengan desain mode yang dibuat lebih grindy untuk mendapat mata uang demi meningkatkan level karakter, tidak adanya cross-play, dan lain sebagainya, ini bisa jadi pengalaman yang sangat membosankan, apalagi dengan gameplay bawaan yang sangat buruk.
Kesimpulan
Rasa pesimis yang kami rasakan sejak awal pengumumannya memang terbukti tidak meleset, karena Jujutsu Kaisen Cursed Clash kembali membuktikan tradisi proyek sapi perah yang hanya dibuat demi memanfaatkan popularitas semata. Bahkan untuk standar game 3D arena fighter, apa yang ditawarkannya terasa sangat buruk / murahan, termasuk juga saat disandingkan dengan seri My Hero One’s Justice dari developer yang sama.
Satu-satunya bagian yang bisa kami apresiasi hanya ada di kualitas cutscene 3D atau efek serangan yang cukup keren di beberapa tempat, tapi ada lebih banyak momen di mana gamenya bisa terlihat seperti datang dari era PS2. Lebih parahnya lagi, game ini dipatok di harga standar yang terlalu tinggi ditambah dengan adanya versi yang dipatok di IDR 1 jutaan. Kami bahkan harus berpikir dua kali untuk merekomendasikannya di harga diskon yang jauh lebih terjangkau, apalagi dengan patokan setinggi ini tentu membuat game ini sebaiknya dijauhi saja.
Jujutsu Kaisen: Cursed Clash kini sudah rilis untuk PlayStation 4, PlayStation 5, Xbox One, Xbox Series, Nintendo Switch, dan PC. Untuk detail lebih lanjut dan terupdate mengenai gamenya sendiri bisa kamu cek lewat website resmi mereka DI SINI.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
The Review
Jujutsu Kaisen Cursed Clash
PROS
- Cutscene dan model 3D karakter terkadang bisa terlihat cukup menawan
CONS
- Story Mode low budget (mending nonton anime / baca manga)
- Gameplay bawaan yang terlalu sederhana, lambat, kaku, dan banyak celah
- Gaya bertarung unik dari tiap karakter yang tidak diterjemahkan dengan baik
- Balancing buruk yang memberi keuntungan berat sebelah untuk karakter dengan serangan jarak jauh
- Mode Co-Op minim fitur serta tidak adanya cross-play
Discussion about this post