Setelah sukses membangun reputasinya sebagai developer spesialis game action dengan tingkat kesulitan tinggi yang juga didukung popularitas franchise lama mereka, Team Ninja akhirnya berani mengambil langkah besar dalam mengembangkan proyek paling ambisius mereka sejauh ini lewat Rise of the Ronin. Salah satu nilai jual terkuatnya sudah pasti ada di fakta kalau ini adalah game open-world, sebuah pendekatan yang memang baru pertama kali diambil Team Ninja, jadi kami tentunya merasa sangat penasaran akan desain dunia hingga pengalaman bermain seperti apa yang bisa mereka suguhkan.
Pihak Sony Interactive Entertainment Asia sendiri sudah memberi tim kami kesempatan untuk menjajal gamenya selama beberapa minggu lebih awal, dan kami tentunya memanfaatkan waktu yang cukup panjang ini untuk mengeksplor sebanyak mungkin kontennya. Satu yang pasti kalau Rise of the Ronin adalah game yang masif dan cukup mengejutkan kami di beberapa tempat. Lalu apakah keseluruhan gamenya menawarkan kualitas konsisten dan sesuai ekspektasi? Langsung saja simak bahasan lengkapnya pada review berikut.
Jalan Cerita
Sebelum memulai petualangan besarmu dalam Rise of the Ronin, gamenya memberi opsi kustomisasi karakter, yang seperti sempat kami bahas dalam preview sebelumnya, masih relatif mirip dengan beberapa game soulslike keluaran Team Ninja sebelum ini, termasuk juga dari ragam opsinya seperti seleksi jenis rambut yang relatif masih identik misalnya. Apa yang membuatnya menarik adalah bagaimana kamu diberi kebebasan untuk mengkustomisasi dua karakter kembar Veiled Edge dengan jenis kelamin berbeda, karena mereka nantinya akan memegang peran penting dalam cerita utama. Tapi karena kamu pada akhirnya hanya akan bermain sebagai salah satu dari mereka, untuk awal gamenya ini kamu hanya perlu berfokus mengkustomisasi pilihan favoritmu saja.
Setelah melewati bagian kustomisasi karakter, petualanganmu akhirnya dimulai yang mana cerita dalam Rise of the Ronin sendiri berkutat pada era Bakumatsu yang juga merupakan masa transisi bagi Jepang di akhir periode Edo. Pada masa-masa ini terjadilah Perang Boshin yang melibatkan konflik antar beragam faksi yang menentang Tokugawa Shogunate karena keterbukaan mereka pada pengaruh dari negeri barat. Tapi dibalik memanasnya konflik besar ini, kamu ditempatkan sebagai seorang Ronin dengan latar belakang sebagai salah satu dari pendekar kembar Veiled Edge yang dibesarkan oleh klan Kurosu dengan misi utama untuk menentang Shogunate. Karena terjadinya suatu tragedi di awal cerita yang berkaitan dengan Blue Demon, karaktermu akan memulai petualangan besar demi mencari sosok misterius tersebut menyusuri Yokohama.
Sepanjang petualangannya ini dia akan dipertemukan dengan banyak karakter menarik yang sebagian berdasar pada tokoh sejarah mulai dari Ryoma Sakamoto, Taka Murayama, Matthew Perry, dan masih banyak lagi. Mereka semua bisa memiliki peran yang cukup kuat dalam cerita, terutama dalam membantu karaktermu untuk mencapai tujuannya, hanya saja di era penuh konflik ini, masing-masing dari mereka memiliki kubu tersendiri yang dipihaki dan pada akhirnya kamu juga akan diberi pilihan untuk ikut memihak mereka atau tidak. Dari sinilah gamenya ikut memberi opsi cabang cerita mengikuti faksi mana yang lebih kamu favoritkan. Ada Anti-Shogunate yang diisi oleh para pendekar samurai dengan kesetiaan tinggi pada kebebasan Jepang dari pengaruh barat, sementara di pihak lain ada Pro-Shogunate yang diisi oleh tokoh-tokoh penting di pemerintahan yang juga ingin meredam pemberontakan dari beragam faksi yang menentangnya.
Bergantung dari pilihan yang kamu ambil berdasarkan misi utama untuk mendukung kedua faksi tadi, ini bisa memberi dampak besar pada alur cerita bahkan hingga konklusinya. Jika masih bingung ingin memilih faksi mana yang ingin kamu fokuskan, gamenya akan memberimu kesempatan untuk menjalin hubungan erat dengan tiap karakter penting yang ada lewat sistem bond, termasuk menjalani misi khusus dengan mereka dan mengenal latar belakangnya lebih dalam. Bergantung dari progress yang ada, kamu nantinya bisa menjalin semacam hubungan romansa dengan meningkatkan level Favor dari karakter-karakter ini, salah satunya seperti dengan memberi mereka hadiah favoritnya atau memilih opsi dialog yang tepat.
Kami jujur dibuat cukup takjub dengan pendekatan cerita yang diambil Rise of the Ronin. Karena jika sebelumnya Team Ninja mengembangkan game yang lebih menaruh prioritas pada porsi gameplay terutama di seri soulslike mereka, Ronin justru memiliki porsi cerita yang jauh lebih padat dengan alur bercabang dan fokus cerita sampingan untuk masing-masing karakter utama. Ini tentunya sangat berkontribusi pada aspek replayability, meski hal yang sama kami rasa tidak berlaku untuk porsi romance di gamenya.
Ini karena terlepas dari opsi untuk bermain sebagai Veiled Edge pria dan wanita, gamenya masih memperlakukan karaktermu sebagai karakter dengan jenis kelamin yang tidak pasti seperti menyebutmu dengan kata “they” atau “them” dalam dialog cerita. Ini juga berujung pada bagaimana karaktermu bisa meningkatkan Favor dengan karakter sesama jenis kelamin untuk terlibat dalam percakapan intim juga. Kami rasa akan jauh lebih menarik semisal karakter pilihanmu dalam game ini bisa memiliki identitas lebih jelas, dan bagaimana bergantung dari opsi karakter utama pria atau wanita, maka playthrough-nya bisa memberi akses ke opsi romance berbeda yang tentu bisa semakin memotivasimu untuk kembali memainkan gamenya.
Open-World Pertama Team Ninja
Apa yang membuat Ronin terutama sangat berbeda dari semua game Team Ninja sebelum ini adalah fakta kalau mereka mendesainnya sebagai open-world. Mengetahui bagaimana mereka lebih memiliki pengalaman dalam meracik game action dengan struktur level terpisah yang lebih tradisional, kami tentunya dibaut sangat penasaran dan pada akhirnya game ini berhasil menawarkan sensasi bermain open-world yang cukup fresh. Yokohama direalisasikan dalam map yang cukup luas dan terbagi menjadi 20 wilayah. Setiap wilayahnya diisi dengan berbagai spot dan ragam aktivitas untuk dijalani, salah satunya yang paling menjadi pusat perhatian terkuat adalah kota besar Yokohama yang begitu sibuk.
Saat mausk ke kota tersebut kamu bisa langsung merasakan adanya pengaruh barat yang kuat dengan banyaknya bangunan gedung, para penduduk berbahasa asing, hingga pasukan bersenjata api yang berpatroli. Meski terkesan adanya kesan opresi, para penduduk lokal justru menjalin kerjasama mutual dengan wilayah barat, meski tentunya ada kelompok anti-shogunate yang menentangnya. Jika kamu memperhatikannya dengan lebih dekat, ini adalah dunia yang direalisasikan dengan sangat baik dan autentik. Kamu bisa melihat potret kehidupan mewah, mereka yang bernasib jadi gelandangan, hingga yang datang dari budaya berbeda seperti bagaimana Yokohama juga memiliki area Chinatown untuk dieksplor.
Tapi lebih dari sekedar museum indah, seperti yang sudah kami sebutkan tadi kamu bisa melakukan ragam aktivitas di dunianya ini. Eksplorasi dipermudah dengan adanya kuda sebagai transportasi utamamu termasuk gadget berupa Glider yang berujung sangat membantu kami di banyak sekali momen, terutama saat ingin menjangkau area yang sulit dicapai. Mobilitas karaktermu juga ikut dimaksimalkan dengan memberinya sedikit manuver parkour termasuk menggunakan grappling rope. Kami tidak bermaksud untuk membawa komparasi, tapi sensasi mengeksplor kota Yokohama sambil mengenakan kostum Secret Agent dan melakukan manuver keren di sana sini benar-benar membuat Ronin terasa seperti memainkan game Assassin’s Creed Jepang yang sudah lama didambakan.
Untuk ragam aktivitas yang bisa kamu jalani sendiri cukup beragam, salah satunya seperti Public Order yang mengharuskanmu untuk membersihkan suatu area dari para pembuat onar / bandit. Area yang berhasil kami rebut akan kembali dihuni oleh penduduk lokal yang ikut memberi akses ke para penjual supply item serta memfasilitasi crafting item. Bergantung dari ragam aktivitas yang dijalani, kamu akan Karma yang kemudian bisa ditukarkan dengan Rare Skill Point saat berinteraksi dengan Veiled Edge Banner (semacam checkpoint ala bonfire di gamenya). Selebihnya kamu bisa mencari kucing hilang, mengambil foto pemandangan-pemandangan terbaik, mengakses fasilitas penting seperti tempat pembelian kuda dan gearnya, hingga menyelesaikan tantangan mini-game seru yang cukup bervariasi dari tiap wilayah. Sebagai contoh kamu bisa melakukan tantangan Gliding di wilayah Kariba yang kebetulan punya spot bukit tinggi yang sangat cocok untuk aktivitas tersebut.
Meski desain open-world seperti ini sudah tekesan standar, kami justru sangat menikmati semua aktivitas yang ada karena setiap area di game ini bisa diselesaikan dengan cukup cepat (100% collection rate). Ini bukan berarti gamenya minim konten, melainkan Ronin mendesain setiap wilayah dengan porsi konten yang cukup terfokus serta memberimu reward sepadan. Ini tentu jauh lebih baik daripada melihat ratusan ikon yang begitu sibuk dan membuat pusing, apalagi dengan pemberian reward minimal yang justru membuatmu malas untuk lebih terlibat dalam aktivitas open-world di gamenya.
Salah satu fasilitas utama yang juga patut dibahas adalah Longhouse atau bisa dibilang markas persinggahan karaktermu. Ada beragam hal yang bisa kamu lakukan seperti Housekeeping yang terdiri dari akses fitur sederhana seperti mengatur isi Storage hingga Cat Concierge yang merupakan semacam aktivitas usaha sewa kucing. Kamu juga bisa memajang koleksi item favorit hingga menyapa karakter yang sudah kamu jalin hubungan erat di sepanjang cerita, karena mereka terkadang juga akan singgah untuk beristirahat di Longhouse. Tapi fitur yang terutama paling sering kami manfaatkan di tempat ini adalah Redesign karakter yang mirip dengan Refashion di Nioh, yang mana kamu bisa mengganti skin armor hingga senjata karaktermu sesuai desain terfavorit terlepas dari equipment apa yang kamu gunakan.
Combat yang Seru dan Masih Intens, Tapi..
Beralih ke pembahasan yang sudah menjadi spesialisasi nyata dari Team Ninja sendiri yaitu combatnya. Untuk Rise of the Ronin, bagian ini masih punya persamaan yang sangat kuat dengan beberapa game soulslike terbaru mereka, khususnya dari seri Nioh. Kamu disuguhkan dengan opsi dua senjata utama, dua opsi sub berupa senjata jarak jauh termasuk beragam senapan modern, serta slot untuk item consumable. Kontrol gameplay punya responsivitas dan sensasi yang masih sangat khas, hanya saja karaktermu kali ini dibekali mobilitas lebih seperti bisa mengombinasikan kombo dengan serangan lompat hingga aksi menggunakan grappling rope untuk menjangkau musuh dari jarak jauh atau melempar objek ke arah mereka.
Persamaan terkuat dengan Nioh yang kami dapati ada di sistem Combat Style dan Blade Flash. Pertama untuk Combat Style sendiri adalah opsi style gaya bertarung khusus yang juga bisa diasosiasikan dengan beberapa senjata. Contoh yang akan paling banyak kamu gunakan di awal-awal gamenya adalah Mumyo-ryu yang merupakan combat style fleksibel karena bisa digunakan dengan banyak jenis senjata. Kamu bisa menggunakan tiga Combat Style berbeda untuk setiap jenis senjata, yang mana kamu perlu memilih style paling cocok bergantung pada jenis musuh juga, karena ada sebagian yang pastinya tidak efektif jika dilawan dengan style yang sama terus.
Sistem ini jelas mengambil inspirasi kuat dari Stance di Nioh, tapi daripada hanya berpacu pada aspek risk dan reward yang terkadang bisa dihiraukan sepenuhnya apalagi jika kamu sudah terbiasa dengan satu Stance saja, Combat Style dalam Ronin mengharuskanmu untuk selalu beradaptasi pada situasi pertempuran dan musuh yang kamu lawan. Terkadang bahkan ada boss yang bisa mengganti senjatanya di tengah pertarungan dan bagaimana kamu juga dihimbau untuk mengantisipasinya dengan style berbeda.
Sementara itu untuk Blade Flash adalah semacam manuver yang bisa kamu lakukan setelah mengeksekusi serangan, yaitu saat karaktermu menghempaskan senjatanya ke permukaan tanah untuk menghilangkan darah yang menempel. Bergantung dari seberapa banyak darah yang terakumulasi dan ditandai dengan bar di bawah ikon senjatanya, maka kamu bisa mengembalikan Ki / stamina sehingga karaktermu bisa melanjutkan gempuran serangan. Kamu tentu saja bisa mundur sesaat untuk mengembalikan stamina dengan cara lebih aman, tapi bermain secara agresif di game ini bisa sangat menguntungkan karena musuhmu akan lebih cepat kehabisan stamina yang membuat pertahanan mereka terbuka bagimu untuk melancarkan serangan critical dengan damage besar.
Dari penjelasan tadi, sebagian dari kamu pasti akan langsung menyadari kemiripannya dengan manuver Ki Pulse di Nioh. Cara kerjanya memang sama persis, tapi Blade Flash hampir tidak menuntut adanya semacam timing untuk dieksekusi sehingga kamu bisa menguasai tekniknya dengan cepat bahkan sejak awal tutorial. Beda cerita dengan Nioh tentunya, karena selain membuatmu harus terbiasa dengan timingnya yang lumayan butuh latihan, banyak musuh di Nioh adalah monster yang bisa meninggalkan miasma di mana-mana hingga membuat regenarasi stamina karaktermu jadi sangat diperlambat. Lalu bukankah ini membuat Ronin jadi game yang secara keseluruhan lebih mudah dari tingkat kesulitan? Jawabannya adalah benar.
Sudah jelas memang kalau Team Ninja meracik game ini agar lebih mudah diakses oleh pemain yang lebih kasual. Selain dari adanya opsi tingkat kesulitan yang bisa diganti kapan saja, kamu tidak akan dibuat tersiksa karena musuh yang terkadang bisa membantai karakermu dalam sekejap, atau bagaimana kamu butuh skill lebih untuk menguasai sistem combatnya seperti contoh Ki Pulse di Nioh tadi. Kami sendiri memainkan gamenya di tingkat kesulitan tertinggi yaitu Twilight dan selain dari beberapa tantangan boss utama di sana-sini, gamenya relatif cukup mudah. Faktor lain yang kami rasa juga mempengaruhinya adalah bagaimana Ronin diracik sebagai game yang lebih akurat dengan tema sejarah, sehingga musuh yang kamu lawan adalah manusia dengan gaya bertarung serta senjata berbeda saja. Berbeda tentunya dengan game Team Ninja lain yang melibatkan monster serta makhluk fantasi lain yang terkadang punya moveset brutal untuk diantisipasi.
Aksesibilitas di tingkat kesulitannya ini bisa diamati juga di elemen RPG-nya yang lebih ringan, contohnya seperti bagaimana kamu tidak lagi harus pusing memilih kombinasi equipment karena adanya sistem Weight yang bisa mempengaruhi kelincahan gerak karakter. Kamu juga tidak perlu pusing saat harus memperkuat kemampuan karakter dengan proses upgrade yang lebih spesifik, karena statistik utamanya kini hanya dibagi menjadi empat kategori utama yaitu Strength, Dexterity, Charm, dan Intellect yang kesemuanya dikombinasikan dengan skill tree untuk menyederhanakan keseluruhan prosesnya.
Kami jujur sama sekali tidak keberatan dengan semua perubahan ini, karena perlu diakui kalau game-game souslike dari Team Ninja punya tingkat kesulitan yang bagi sebagian relatif lebih brutal, terutama pada frame / pergerakan musuh yang sangat cepat untuk dibaca sehingga kamu harus lebih ekstra hati-hati saat berusaha mengantisipasinya. Tapi Ronin menurut kami punya keseimbangan yang kurang begitu merata, karena meski gamenya bisa menawarkan sensasi gameplay menantang yang bisa diharapkan dari game-game Team Ninja dengan gameplay ala soulslike, ada banyak momen lain di mana kami bisa melewati berbagai misi tanpa kesulitan sama sekali. Tentu saja ini bergantung pada faktor pemain, tapi pada akhirnya tidak bisa disangkal kalau Rise of the Ronin adalah game yang lebih mudah diakses oleh pemula.
Setidaknya selama berada dalam combat kamu bisa melancarkan Counterspark yang merupakan manuver parry serangan, dan untuk yang satu ini harus kami akui tidak mudah untuk dikuasai. Ini karena setiap jenis musuh hingga boss punya pattern serangan berbeda, dan terkadang kamu harus bisa melakukan parry sempurna secara beruntun sebelum mendapat celah untuk melancarkan serangan balasan. Parry yang tidak sukses hanya akan membuat pertahanan karaktermu terbuka, sehingga ada faktor risk reward juga yang harus dipertimbangkan. Musuh hingga boss yang kamu lawan terkadang akan melancarkan serangan Martial Skill (ditandai dengan aura merah) yang cukup berbahaya, dan untuk yang satu ini punya jendela timing lebih kecil untuk bisa ditangkis.
Satu yang kami keluhkan dari Martial Skill sendiri adalah bagaimana terkadang ada beberapa serangan musuh yang tidak bisa ditangkis dan perlu dihindari, hanya saja gamenya tidak memberi indikator khusus akan serangan mana yang aman untuk diredam atau sebaiknya dihindari. Ini berujung pada proses trial dan error di beberapa pertarungan yang membuat kami sulit untuk mengonfirmasi apakah beberapa serangan Martial Skill memang bisa ditangkis atau tidak. Jika mengacu dari pengalaman bermain kami, serangan Martial Skill di mana musuh berusaha menghunus atau menangkap karaktermu adalah yang tidak bisa ditahan dengan Counterspark.
Sebagai tambahan, progress di gamenya terkadang akan membawamu dalam misi dengan struktur yang lebih linear atau tertutup seperti game-game Team Ninja terdahulu, jadi kamu tidak bisa meninggalkan areanya sampai misi berhasil diselesaikan. Selama menjalani misi ini menariknya kamu bisa mengajak Companion untuk ikut membantumu dalam pertarungan di mana mereka juga akan tersedia sebagai karakter playable. Opsi untuk bermain sebagai karakter lain ini memang sangat unik karena membuat jalannya tiap misi jadi lebih fresh apalagi untuk menjajal style combat berbeda.
Hanya saja di sisi lain tingkat kesulitan jadi jauh lebih mudah karena selain mendapat ekstra bantuan untuk bertarung dengan musuh, kamu tidak akan langsung mendapat game over saat karakter yang dimainkan gugur, melainkan gamenya otomatis akan switch kontrol ke karakter lain yang masih hidup dan bagaimana kamu bisa melakukan revive ke karakter yang sudah gugur tadi dengan item pemulihan. Selebihnya setiap misi dalam game ini bisa juga kamu mainkan dengan pemain lain lewat akses mode co-op hingga tiga pemain.
Performa di PlayStation 5
Dikembangkan sebagai game eksklusif PlayStation 5, kami punya ekspektasi lebih kalau Rise of the Ronin bisa menawarkan sensasi bermain yang lebih spesial dengan mengandalkan fitur serta performa dari konsolnya. Ada tiga mode gameplay yang bisa dipilih mulai dari Prioritize FPS, Prioritize Graphics, dan Ray Tracing, belum lagi dari serangkain opsi efek grafis lain yang tersedia untuk disesuaikan sesuai kenyamanan. Meski terkesan cukup lengkap, kami justru sulit untuk melihat perbedaan dari tiap mode yang ada, karena kualitas grafis gamenya masih terlihat identik antar satu mode dengan yang lain bahkan dari resolusinya yang terkadang bisa mudah diamati perbedaannya di game-game lain.
Karena Rise of the Ronin sendiri termasuk game yang menyuguhkan gameplay action tempo cepat dengan kontrol responsif, kami rasa akan jauh lebih baik jika memainkannya di Prioritize FPS saja, apalagi karena minimnya perbedaan kualitas grafis tadi. Selebihnya game ini ikut memanfaatkan fitur bawaan DualSense terutama saat mengenakan senjata api, seperti bagaimana kamu bisa merasakan sensasi Adaptive Triggernya ditambah dengan gimmick menarik lain seperti reload senjata dengan menekan L2 sampai batas tengah saja / half-press.
Kesimpulan
Memanfaatkan spesialisasi mereka dalam meracik game action dengan tingkat kesulitan tinggi, apa yang ditawarkan Team Ninja lewat Rise of the Ronin memang bisa dianggap sebagai sebuah evolusi besar yang cukup tepat sasaran. Meski tidak secara spesifik mengacu pada sistem combatnya yang kali ini justru lebih ramah dengan pemula hingga elemen RPG yang tidak sekompleks game-game mereka terdahulu, pada akhirnya kami masih dibuat jatuh cinta dengan pengalaman bermain game open-world yang begitu adiktif, seru, dan penuh kejutan.
Ada basis desain standar yang pastinya bisa kamu temui di kebanyakan game open-world di pasaran, tapi pihak developer sudah memastikan agar game ini bisa menyajikannya dengan pas tanpa membuat pemain merasa malas untuk mengeksplor dunianya sembari memberi reward sepadan. Fokus gamenya dalam memberi jalur cerita bercabang yang penuh konsekuensi dan kaya replayability juga jadi nilai jual tersendiri, apalagi untuk memberi motivasi lebih jika ingin memainkan gamenya lagi setelah tamat. Bahkan porsi combat yang kami rasa lebih dipermudah tadi masih dikemas dengan kualitas jempolan yang bisa kamu harapkan dari standar Team Ninja.
Secara keseluruhan kami sangat puas dengan pengalaman bermain yang ditawarkan, meski harus diakui ada beberapa kekurangan yang mungkin tidak begitu berarti bagi kelompok pemain tertentu. Beberapa di antaranya sudah kami sebut tadi, mulai dari identitas kedua karakter utama yang kurang disesuaikan terutama pada opsi romance sehingga membuatnya tidak begitu spesial selain perbedaan jenis kelamin, tingkat kesulitan yang kami harapkan bisa lebih menantang, hingga opsi mode gameplay di PS5 yang sulit untuk dibedakan terutama di sisi grafisnya.
Rise of the Ronin sendiri rencananya siap dirilis mulai 22 Maret minggu ini, eksklusif untuk PlayStation 5. Mengikuti tradisi game-game eksklusif dari Sony seperti ini terutama yang datang dari developer third-party, tentu saja ada peluang besar kalau gamenya juga akan kebagian rilis untuk PC di masa mendatang.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
The Review
Rise of the Ronin
PROS
- Adanya fokus lebih pada konten cerita dibanding game-game Team Ninja lain
- Rute cerita bercabang hingga opsi dialog yang memang punya konsekuensi
- Gameplay solid dengan akses ke banyak jenis senjata dan Combat Style
- Desain open-world yang tepat sasaran
- Dibuat lebih ramah untuk pendatang baru, khususnya untuk mereka yang kurang terbiasa dengan game ala soulslike
CONS
- Aksesibilitas yang lebih ditingkatkan juga membuat gamenya kurang memberi tantangan greget di beberapa tempat bahkan di tingkat kesulitan tertinggi
- Ide menarik untuk membawa dua karakter utama yang saling mengisi peran di cerita utama, tapi opsi gendernya tetap berakhir sebagai kosmetik
Discussion about this post