Satu dekade lebih sejak dibentuknya SHIFT UP, nama mereka kini sudah masuk dalam jajaran developer game Korea paling eksis. Setelah berhasil meraih popularitas tinggi sejak rilisnya Goddess of Victory: NIKKE, perhatian besar kini ikut tertuju pada proyek game AAA pertama mereka yang akhirnya resmi dirilis minggu ini untuk PlayStation 5. Game yang tengah kita singgung tersebut tidak lain adalah Stellar Blade dan mengikuti impresi awal setelah memainkan versi demonya, kami punya rasa skeptis, kagum, sekaligus harapan untuk melihatnya bisa keluar sebagai produk yang memuaskan.
Kini setelah memainkan gamenya selama satu minggu terakhir dari review copy yang diberikan Sony Interactive Entertainment Asia, ada beragam hal yang jadi kejutan tersendiri bagi kami, meski di sisi lain sebagian komplain yang sempat dirasakan dari versi demo masih belum sepenuhnya hilang. Lalu apakah kualitas Stellar Blade secara keseluruhan bisa membuat kami terpaku layaknya mengapresiasi keindahan EVE sendiri? Langsung saja simak bahasan lengkapnya!
Jalan Cerita
Sebagai rekap cerita yang juga diperlihat dalam versi demonya, Stellar Blade mengambil latar di era masa depan saat bumi sudah hampir sepenuhnya musnah akibat invasi dari ras alien bernama Naytiba. Harapan umat manusia belum sepenuhnya sirna, karena sebagian yang masih bertahan hidup telah membangun koloni besar di luar angkasa serta pasukan khusus beranggotakan para “Angel” / android tempur wanita yang ditugaskan untuk turun ke bumi demi bisa membasmi Naytiba. Ini bukanlah misi yang mudah, selalu akan ada banyak korban, dan EVE yang merupakan sang protagonis di game ini hampir menjadi salah satunya juga, tapi takdir berkata lain saat seorang pria bernama Adam datang menyelamatkan EVE dari maut saat sedang dihadapkan dengan Alpha Naytiba.
Mereka kemudian menjalin kerjasama di mana EVE mendapat bantuan Adam untuk melacak para Alpha Naytiba, sedangkan Adam ikut membutuhkan kemampuan tempur EVE yang handal untuk menjalani beragam tugas penting yang terlalu berbahaya baginya. Pada akhirnya ambisi mereka saling bertemu, di mana keduanya berusaha membangun kembali Xion sebagai kota terakhir umat manusia di bumi hingga bisa dipenuhi kehidupan, tapi di saat bersamaan juga terus memburu para Alpha Naytiba yang bisa jadi kunci untuk menemukan Elder Naytiba, sang target utama yang harus dibasmi demi menyingkirkan ras alien tersebut secara tuntas dari bumi. Selama petualangannya ini EVE akan bertemu dengan banyak karakter menarik, termasuk juga rekan dekat barunya selain Adam yaitu Lily yang memegang peran sebagai teknisi.
Seperti yang sempat kami bahas di preview kemarin juga, dari sisi ceritanya ini Stellar Blade memang cukup membawa kemiripan kuat dengan NieR: Automata. Baik itu mulai dari konflik perang demi memperebutkan bumi dari invasi musuh asing dengan skuad beranggotakan android wanita seksi, adanya rekan droid terbang yang selalu menemani EVE sebagai support, bahkan hingga musik di gamenya sendiri juga punya style yang mirip karena keterlibatan MONACA untuk meracik musik-musiknya (studio milik sang komposer Nier). Komparasi antar keduanya memang tidak terelakan, dan meski Stellar Blade punya identitas serta kelebihannya sendiri, bagian cerita sayangnya bukan termasuk di antaranya.
Mereka sebenarnya berhasil membangun sebuah latar yang begitu mengesankan, tapi pada akhirnya cerita dalam Stellar Blade bergerak ke arah yang terlalu mudah diprediksi, ditambah lagi dengan pacing yang kurang rapi. Setidaknya di sisi lain bisa kami akui kalau gamenya menyuguhkan kualitas cutscene yang solid dengan fokus pada model karakter menawan dan berkualitas tinggi, meski ekspresi mereka sendiri terkadang masih terkesan kaku yang tentu berpengaruh pada banyak momen cerita penting. Pembawaan beberapa karakter pendukung yang solid untungya membuat mereka tetap tampil dominan, contohnya seperti Lily yang bahkan berhasil membuat kami jadi lebih menyukai karakternya dibanding EVE maupun Adam.
Ikut Memadukan Semi-Open World
Dengan apa yang sempat diperlihatkan gamenya sejauh ini, kami cukup dibuat terkejut saat mendapati kalau Stellar Blade ternyata juga ikut memadukan porsi gameplay semi-open world. Lebih spesifiknya ini bergantung pada area eksplorasi, karena gamenya akan membawamu menyusuri beragam level yang terkadang didesain dengan desain yang lebih linear di mana kamu bisa membuka shortcut untuk mempermudah proses backtracing. Cakupan eksplorasi baru akan benar-benar diperluas setelah kamu mencapai Xion serta Wasteland yang memiliki map luas dengan sekian banyak point of interest untuk ditelusuri.
Kedua area tersebut ikut memfasilitasimu dengan map untuk mempermudah eksplorasi, tapi kamu hanya bisa mengaksesnya secara manual lewat menu dam bukannya ditampilkan lewat HUD. Bisa terasa cukup merepotkan memang yang di sisi lain mungkin memang sengaja demi menjaga kerapihan presentasi gamenya tanpa menyodorkan terlalu banyak informasi di layar. Level dengan desain lebih linear di gamenya sudah terasa sangat pas dan karena cakupan eksplorasi yang lebih terbatas tadi, kamu tidak difasilitasi dengan map sehingga proses backtracking ke suatu titik di level tersebut harus dilakukan secara manual mengikuti rute tercepat atau memanfaatkan fitur fast travel ke beragam titik.
Lalu bagaimana sensasi bermain di level yang membawa desain semi-open world? Cukup seru, dan ini juga berkat perhatian pihak developer demi memastikan eksplorasi rewarding di mana kamu bisa selalu mendapati sesuatu yang menarik di setiap sudut. Porsi eksplorasinya di Xion sebagai base utama terasa lebih ringan karena kamu berada di area aman tanpa adanya musuh untuk dilawan. Ini adalah pusat untuk berinteraksi dengan para penduduk, menyelesaikan seleksi misi, atau mengakses ragam fasilitas lengkap. Seiiring berjalannya waktu kamu akan mendapat akses ke beberapa fasilitas baru setelah membangun hubungan yang lebih erat dengan para penduduk. Setiap merchant utama juga memiliki semacam level Affinity yang bisa dinaikkan hingga Level 3 untuk membuka beragam produk baru, termasuk Design Pattern untuk crafting seleksi kostum keren nan seksi.
Lalu beralih ke area luar berbahaya yang lebih terbuka seperti Wasteland dan Great Desert, tentunya ada begitu banyak rahasia, tantangan, hingga harta dan material berharga untuk ditemukan yang mungkin siap membuatmu sibuk dalam waktu lebih lama hingga lupa melanjutkan misi utama. Tidak luput dari sisi menyebalkannya sendiri, karena area ini benar-benar dipenuhi dengan begitu banyak musuh yang sangat mudah di-agroo. Mereka juga tidak mudah menyerah untuk mengejarmu, dan karena banyaknya musuh yang bisa ditemui tadi dengan jarak saling berdekatan, upaya melarikan diri untuk beristirahat di Camp (checkpoint yang tersebar di setiap level) saat sedang berada dalam kondisi kritis bisa cukup membuat frustasi. Kamu terkadang juga akan mendapati tantangan platforming yang menurut kami kurang melebur dengan baik di game ini, semua karena kontrol gameplay untuk beragam manuver yang tidak nyaman dan kurang responsif.
Sebagai tambahan, gamenya ikut memberi beragam puzzle dan tantangan sejenis yang ternyata didesain dengan sangat solid. Baik itu dari sekedar puzzle standar atau yang memiliki skala lebih besar, tidak ada satu pun yang memiliki mekanisme sama demi menjamin pengalaman bermain fresh. Meski biasanya kami sendiri tidak begitu menyukai puzzle dalam game mana pun, Stellar Blade harus diakui berhasil menyuguhkannya dalam format yang sangat seru, punya mekanisme kreatif, sembari tetap memastikan tingkat kesulitan yang wajar.
Combat Flashy dengan Rasa Soulslike
Sensasi kurang nyaman pada kontrol gameplay terutama ikut kami rasakan di combatnya. Ini memang sudah sempat kami bahas di preview kemarin, dan kabar baiknya responsivitas kontrol tersebut terasa lebih pas di versi final kali ini yang membuat kami bisa cukup menikmatinya. Hanya saja untuk situasi gameplay lebih intens seperti saat mengantisipasi serangan membabi buta atau melakukan manuver presisi, responsivitas dari kontrolnya masih belum bisa diandalkan 100%. Ada sebagian serangan dan manuver yang tidak bisa kamu cancel animasinya, sehingga pertahanan EVE akan terbuka selama durasi tersebut.
Kami paham kalau ini mungkin sengaja didesain demi mempetimbangkan faktor risk dan reward, tapi memberi pemain kesempatan untuk melakukan cancel animasi atau manuver kapan saja bisa memberi pengalaman bermain lebih rewarding, tapi yang terpenting dari semua itu adalah sensasi combat yang fleksibel dan secara keseluruhan jauh seru untuk dinikmati. Jadi meski memang ada perombakan jelas dari versi demonya, tidak bisa dipungkiri kalau ada potensi besar yang masih bisa digapai game ini lewat beragam penyesuaian baru yang semoga saja bisa jadi pertimbangan pihak developer semisal mereka akan menggarap sekuel atau game sejenis di masa mendatang.
Kembali masuk ke pembahasan combatnya sendiri, EVE dibekali dengan senjata berupa pedang yang juga dimaterialisasikan menjadi aksesoris ikat rambut, dan pedang ini benar-benar seolah mereka jadikan basis untuk membangun style combat EVE dengan begitu banyak skill yang diasosiasikan dengannya. Kamu bisa melancarkan serangan normal, serangan kuat, kombinasi antar keduanya lewat combo, serta akses ke empat skill serangan utama (Beta) yang baru bisa kamu eksekusi setelah mengakumulasikan energi yang cukup. Ada juga serangan khusus yang berfungsi sebagai gap closer dan bisa kamu teruskan menjadi serangan beruntun untuk merusak pertahanan musuh.
Selebihnya kamu bisa melakukan manuver seperti menghindari atau blok serangan, melompat, parry, hingga antisipasi serangan fatal yang memiliki indikator kilatan biru (Blink) dan pink (Repulse) yang keduanya selalu memuaskan saat berhasil dieksekusi. Beberapa di antaranya membutuhkan kejelian karena menuntut timing yang pas, terutama perfect parry dan dodge yang bisa kamu balas dengan counter attack kuat hingga membuat musuh tidak berkutik sehingga bisa kamu teruskan dengan kombo. Ragam teknik yang membutuhkan timing ini berujung cukup menantang untuk dikuasai, apalagi karena permasalahan kami pada kontrol gameplaynya yang sudah dijelaskan tadi.
Dengan semakin jauhnya progress yang kamu capai serta akses ke lebih banyak skill baru, kedalaman combatnya akan semakin terasa. Pada momen inilah kamu perlu memanfaatkan mode training untuk mempelajari setiap teknik, baik itu yang memiliki command input untuk dihafal atau membutuhkan timing pas. Kamu juga nantinya akan dibekali dengan opsi serangan jarak jauh lewat modifikasi pada drone milik Adam, yang di banyak momen bisa jadi senjata andalan khususnya saat berusaha menjaga jarak dengan gerombolan musuh yang sulit diantisipasi dari jarak dekat selain mengandalkan skill Beta.
Kami memang menyebut kalau combat dalam Stellar Blade punya cita rasa souslike, tapi tingkat kesulitan di gamenya tidak terlalu brutal dan baru bisa dirasakan saat menghadapi beberapa boss utama seperti Elite / Alpha Naytiba. Bahkan semisal kamu melakukan blunder saat hampir menghabisi boss yang berujung pada gugurnya EVE, gamenya ikut menyediakan item untuk menambah opsi revive di tempat yang tentunya wajib untuk distok setiap saat. Tapi bagaimana jika karaktermu tetap gugur? Maka kamu hanya perlu mengulang dari checkpoint tanpa perlu khawatir akan adanya konsekuensi seperti di game ala soulslike lain.
Mari Bicara Soal EVE
Kurang lengkap rasanya membahas Stellar Blade tanpa memberi spotlight ke EVE. Dengan desain menawan dan begitu seksi, dia bisa dibilang sudah jadi salah satu nilai jual terkuat bagi banyak orang yang menginginkan karakter protagonis wanita dengan kecantikan maksimal sembari tetap tampil badass. Ini terutama rasanya semakin langka di era saat banyak game terutama dari developer barat yang mengejar realisme atau dirasa tidak bisa mendesain karakter wanita menawan seperti dulu lagi. Tapi mengesampingkan semua itu, EVE adalah sosok protagonis yang cukup memenuhi perannya dengan cukup baik.
Berbeda dari saat pertama kali karakternya diperkenalkan dan terkesan kurang bisa menjaga kestabilan mentalnya, dia pada akhirnya tumbuh jadi sosok yang jauh lebih tangguh, bisa diandalkan, dan tidak ragu untuk memberi pertolongan serta membangun pertemanan ke siapa saja tanpa mengharapkan imbalan. Meski jarang diperlihatkan, dia terkadang juga punya sisi yang lebih menggemaskan, contohnya seperti saat dirinya cukup tersinggung karena mendapat kritik akan gaya rambut yang hambar dan tidak keberatan untuk mencoba gaya baru demi bisa tampil percaya diri.
Kami sendiri tidak bisa menyangkal kalau EVE terkadang memang bisa terkesan sangat hambar, tapi ada banyak sisi menarik dari karakternya juga yang bisa kamu eksplor lebih dalam dengan memainkan gamenya secara tuntas, terutama saat menjalani side quest utama dari NPC yang didesain dengan sangat baik di game ini dengan beberapa di antaranya memiliki jalan cerita sendiri.
Tidak ketinggalan, EVE juga tampil dengan desain seksi yang begitu memanjakan mata, tapi masih dalam batas realistis karena model karakternya dikreasikan mengikuti scan dari tubuh model Korea bernama Shin Jae-eun. Baik lewat cutscene cerita, combat, dan porsi gameplay mana pun, gamenya tidak pernah gagal menampilkan EVE dalam wujud terbaiknya. Jika kamu masih kurang begitu dibuat terpanah dengan karakternya, game ini telah menyediakan opsi kustomisasi melimpah untuk membuat EVE tampil dengan berbagai macam aura keindahan berbeda.
Kustomisasi yang Cukup Melimpah
Lebih dalam mengenai kustomisasinya tadi, game ini membaginya antara yang dibutuhkan untuk memaksimalkan kapabilitas EVE dalam combat serta yang berfokus pada penampilan semata lewat kostum serta aksesoris. Untuk kustomisasi yang memaksimalkan kapabilitas combat, kamu bisa memilih kombinasi dua equipment utama. Pertama adalah Exospine untuk menentukan style combat dengan bonus fixed yang bisa dibuka dengan melakukan upgrade, dan selanjutnya adalah Gear yang memberi bonus fixed mengikuti rarity. Kamu bisa meningkatkan slot dari masing-masing equipment ini lewat akses Repair Console di camp. Selebihnya kamu juga bisa meningkatkan Attack Power, upgrade drone, serta membuka sekian banyak skill baru yang terbagi dalam lima kategori utama dengan konsumsi SP yang bisa didapat lewat grinding.
Sementara beralih ke fashion, gamenya menyediakan begitu banyak kostum yang bisa kamu dapat dengan cukup mudah, baik itu dengan meningkatkan affinity dari berbagai merchant atau mendapatnya dari kegiatan eksplorasi. Awalnya kamu hanya bisa mendapat Design Pattern / blueprint-nya saja, karena masing-masing kostum harus kamu crafting sendiri lewat akes Repair Console yang membutuhkan tiga material utamanya. Kabar baiknya material ini lumayan mudah didapat dan bisa kamu beli secara murah juga. Selain kostum dengan berbagai desain yang serba keren nan seksi, EVE masih bisa kamu percantik dengan tambahan aksesoris lain termasuk mengganti gaya rambut di salon yang tidak kami sangka ikut menyediakan opsi warna juga. Secara keseluruhan fitur kustomisasi di gamenya memang sangat memuaskan, dan kami berakhir selalu sering mengganti penampilan EVE dengan kostum baru yang tidak pernah gagal memberi kepuasan bermain lebih.
Optimalisasi di PS5, Musik Kelas Atas, dan Kurangnya Fitur Krusial..
Karena dikembangkan sebagai game eksklusif PlayStation 5, tentunya ada ekspektasi kalau Stellar Blade bisa dioptimalkan sebaik mungkin untuk platform generasi sekarang, terutama dalam mengandalkan ragam fitur andalan dari konsolnya. Untuk urusan teknis sendiri, kami mendapati kalau gamenya benar-benar sangat teroptimalisasi dan tanpa adanya satu pun bug yang ditemui. Gamenya menyediakan tiga opsi mode grafis mulai dari Prioritize Performance, Balanced, dan Prioritize Resolution. Biasanya kami selalu cenderung memilih mode dengan tampilan grafis terbaik, tapi khusus untuk Stellar Blade kami berujung dibuat puas dengan kualitasnya di mode Balanced yang tetap menyuguhkan grafis memukau dan FPS mulus.
Pemanfaatan fitur serta performa PS5 sendiri terbilang cukup standar, sensasi dari Adaptive Trigger dan Haptic Feedback sudah lumayan pas, tapi untuk waktu loading-nya sendiri terbilang masih sedikit lambat saat melakukan perpindahan antar wilayah utama, tapi jika masih berada dalam satu area, maka loadingnya bisa kami akui lumayan cepat. Tidak ketinggalan kami terutama ingin memberi pujian setinggi-tingginya bagi tim audio di SHIFT UP serta kolaborasi mereka dengan studio MONACA dalam meracik musik di gamenya. Tidak ingin dirasa terlalu melebih-lebihkan, tapi ini mungkin adalah kali pertama kami memainkan suatu game yang SEMUA soundtracknya terasa pas di telinga dan beberapa di antaranya bahkan sampai kami rekam secara manual untuk dimasukkan ke dalam playlist, apalagi untuk beberapa musik versi vokalnya.
Sayangnya mengesampingkan sisi teknis hingga musik kelas atas yang sudah memenuhi ekspektasi ini, gamenya menurut kami benar-benar kekurangan fitur. Salah satunya yang paling krusial adalah Photo Mode, yang mana kami jadi sulit bisa mendapat screenshot bagus apalagi karena HUD yang tidak bisa disingkirkan sepenuhnya juga. Untuk game yang memberi perhatian pada keindahan karakter, Stellar Blade berujung malah tidak memfasilitasi fitur yang begitu penting tersebut, bahkan fitur library di gamenya sendiri terbilang kurang lengkap tanpa adanya model viewer juga. Cukup disayangkan juga bagaimana gamenya mengunci tingkat kesulitan Hard Mode setelah menamatkannya sekali, yang menurut kami seharusnya sudah disediakan sejak awal demi pengalaman bermain lebih memuaskan, apalagi berhubung bagaimana Normal Mode bagi kami sendiri masih terlalu mudah.
Kesimpulan
Setelah cukup puas memainkan gamenya dan kembali membaca ungkapan impresi kami di atas, sulit rasanya membayangkan kalau ini adalah game AAA pertama dari developer yang sebelumnya memiliki pengalaman penuh di ranah mobile. Kualitas yang ditawarkan memang tidak main-main, dan beberapa aspek yang ditawarkan gamenya bahkan menurut kami sukses melampaui standar. Tapi sebagai penikmat game dengan style combat ala Stellar Blade yang berusaha memadukan character action dengan soulslike, apa yang ditawarkannya berujung kurang pas dengan standar kami, terutama pada responsivitas dan fleksibilitas di bagian kontrol gameplay.
Meski kami dibuat cukup kecewa juga dengan tingkat kesulitannya yang relatif terlalu mudah di plauthrough pertama karena hanya tersedianya Normal Mode, di sisi lain mungkin ini adalah yang terbaik, karena berusaha membiasakan diri dengan kontrol gameplay yang kurang pas di berbagai skenario pertempuran brutal mungkin hanya akan semakin membuat frustasi. Selebihnya kami rasa game ini punya kekurangan dan kelebihan kuatnya sendiri yang saling menutupi satu sama lain, contohnya saja meski kami tidak begitu menikmati jalan cerita utamanya, game ini memiliki varian misi sampingan dengan ceritanya sendiri yang terbilang menarik dan rewarding.
Pada akhirnya saat kembali mempetimbangkan bagaimana ini adalah debut awal SHIFT UP di pasar game konsol AAA, Stellar Blade adalah karya yang patut dibanggakan dan semoga saja mereka bisa belajar lebih banyak untuk meracik game yang lebih superior di masa depan nanti.
Stellar Blade sendiri akan rilis untuk PlayStation 5 mulai 26 April 2024 mendatang. Kamu bisa pantau segala perkembangan terupdate dari Stellar Blade lewat website resmi mereka DI SINI.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
The Review
Stellar Blade
PROS
- Desain latar dunia post-apocalyptic / sci-fi yang mengesankan
- Porsi semi-open world yang ditangani dengan baik
- Puzzle dan ragam tantangan seru yang didesain dengan kreatif
- Salah satu game dengan seleksi musik terbaik sepanjang masa
- Kustomisasi karakter melimpah dengan style fashion jempolan
CONS
- Jalan cerita utama yang kurang begitu menarik dan mudah diprediksi
- Combat dengan pondasi solid, namun tidak dengan kontrolnya
- Minim beberapa fitur krusial, terutama Photo Mode
Discussion about this post