Sebagian game yang mendapatkan portingan game PC tidak melulu lancar bisa dinikmati oleh sebagian besar pengguna, apalagi jika berbicara soal kualitas portingan yang berantakan yang membuat gamenya tidak optimal. Inilah yang setidaknya dirasakan oleh The Last of Us di PC yang mendapatkan berbagai kritikan pedas sejak hari pertama rilis dan kami akhirnya dapat kesempatan untuk review game tersebut.
Sekedar informasi untukmu, perlu ditekankan bahwa saya memainkannya dengan spesifikasi PC sebagai berikut.
- Intel Core i5-13500
- AMD RX 6650 XT 8GB
- 16GB RAM
- 1440p Monitor
- Bermain di SSD
- Menggunakan Update 0.1.6
Mari simak artikelnya!
Sudah Menyebalkan Sejak Awal Membukanya
Ketika baru mulai memainkannya, Anda tidak bisa begitu saja “langsung” memainkan game tersebut. Akan ada progress untuk membangun shader terlebih dahulu. Dengan spesifikasi yang saya memiliki dan memainkannya di SSD, membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk menyelesaikannya.
Yang paling menyebalkan, ketika progress membangun shader tersebut, itu akan memakan semua CPU, GPU, dan memory usage yang Anda miliki. Itu bahkan belum masuk di dalam, cuma di main menu.
Jujur saja, saya tidak mengerti mengapa ada implementasi sistem seperti ini di beberapa game Sony yang di porting ke PC. Namun, sistem membangun shader tersebut tidak ada di game mereka lainnya seperti God of War atau Marvel Spider-Man yang memiliki kualitas portingan sempurna.
Performa di Dalam Game Makin Parah
Untuk bisa masuk ke dalam gameplay, PC saya membutuhkan waktu loading selama 5 menit, padahal sudah memainkannya di SSD. Lebih parahnya lagi? CPU, GPU, dan memory usage terus berada di angka 90% hingga 100%. Gamenya juga sering mengalami stuttering, terutama jika saya mematikan FSR2 atau bermain dengan settingan tinggi diatas kebutuhan VRAM. Saya juga mengalami crash setiap satu hingga dua jam ketika memainkannya.
Oh ya, Jika Anda masih menggunakan kartu grafis dengan VRAM 8GB, sepertinya kalian harus melupakan untuk bermain di settingan grafis High. Pasalnya, saya coba memainkan game tersebut dengan settingan medium sudah memakan VRAM hingga 8GB, dan untuk settingan High akan memakan VRAM hingga 9GB, bahkan dengan FSR2 sekalipun. Jika memaksa, akan ada stuttering dimana-mana.
Fitur Seperti FSR2 Sangat Membantu
Untungnya, rata-rata game PC portingan dari Sony sudah mendukung fitur FSR yang sepertinya sudah menjadi kewajiban untuk semua game PC. Pasalnya FSR ini bukan cuma bisa digunakan kartu grafis AMD, melainkan juga kartu grafis NVIDIA yang bukan RTX, cocok untuk pengguna potato PC.
Jika berbicara performa, FSR2 bisa meningkatkan performa PC saya hampir dua kali lipat, bahkan lebih, tergantung settingan grafis yang digunakan. Untuk detailnya sebagai berikut:
1440p Medium Setting
- Tanpa FSR2: 10 – 15 FPS
- Pakai FSR2: 40 – 60 FPS
1080p High Setting
- Tanpa FSR2: 30 – 50 FPS
- Pakai FSR2: 45 – 60 FPS
1080p Medium Setting
- Tanpa FSR2: 60 – 70 FPS
- Pakai FSR2: 60 – 70 FPS
DualSense Tinggal Tancap, Pake Mouse Keyboard Juga Enak
Setelah perilisan God of War di PC dan Marvel Spider-Man, semua game Sony di PC secara default sudah mendukung DualSense. Saya hanya perlu mencolokan DualSense ke PC, semua pengaturan sudah komplit dan tak perlu mengatur tombol apapun.
Menurut saya memainkannya menggunakan mouse dan keyboard masih terasa sangat nyaman. Pilihan tombol secara default sangat gampang digunakan dan terasa optimal, tangan kirimu cukup berfokus pada keyboard dan tangan kanan bisa berfokus pada mouse. Jadi bagi kamu yang tak punya kontroler atau gamepad, masih tetap bisa memainkannya dengan optimal.
Game Cantik yang Belum Optimal
Meskipun game ini masih memiliki cukup banyak bug dan juga belum optimal untuk dimainkan, saya berani mengatakan bahwa memainkan The Last of Us bisa menjadi pilihan yang paling menarik untuk dinikmati. Alasannya? Karena dukungan resolusi ultrawide yang membuat game ini menjadi lebih indah. Anda akan mendapatkan lebih banyak sudut pandang, lingkungan yang dapat dinikmati dan mengapresiasi betapa indahnya dunianya.
Tapi masalahnya terletak ketika ada cutscene, itu tidak ditampilkan pada rasio 21:9, tetapi kembali ke 16:9 dengan bar hitam di samping, tidak ada transisi apa pun, hanya bam, bar hitam. dan itu tidak terasa bagus, bahkan dalam ultra wide Anda harus fokus pada area tengah, tapi black bar tersebut cukup menganggu dan akan lebih baik jika dibuat ultrawide juga.
Kesimpulan
The Last of Us Part 1 adalah game yang sebenarnya sempurna jika kita berbicara soal gameplay, visual, dan jalan cerita. Namun jika berbicara mengenai kualitas port PC, game ini masih jauh dari kata sempurna, bahkan bisa dibilang sangat buruk untuk saat ini. Performa yang tidak optimal dan bug seperti crash yang sering terjadi membuat game ini sangat tidak nyaman untuk dimainkan atau bahkan tidak bisa dimainkan.
Naughty Dog telah menanggapi kritik terhadap port PC dan menyatakan bahwa mereka sedang menyelidiki masalah yang dilaporkan. Semoga mereka dapat memperbaikinya dengan cepat. Akan sangat disayangkan jika game yang sebenarnya cantik untuk dimainkan di PC ini malah berakhir menjadi mimpi buruk bagi para gamer.
Jika tertarik dengan gamenya, The Last of Us Part I sendiri bisa kamu mainkan di PlayStation 5 serta PC yang baru saja rilis pada 28 Maret lalu di Steam dan Epic Games Store.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
Discussion about this post