Ketika pertama kali diumumkan oleh Bandai Namco, Towa and the Guardians of the Sacred Tree langsung mencuri perhatian banyak gamer. Visual 2D yang cerah, dunia fantasi yang kental nuansa Jepang, dan gameplay roguelite yang intens bikin game ini langsung dibandingkan dengan Hades. Tapi ternyata, di balik kemiripan gaya permukaan itu, Towa punya identitas sendiri yang kuat dan banyak hal menarik untuk dikulik—mulai dari sistem karakter ganda, cerita yang berkembang, sampai desain dunia yang unik.
Untuk menggali lebih dalam soal proses kreatif di balik game ini, kita ngobrol langsung dengan dua sosok penting di balik pengembangannya: Daisuke Nagaoka dari Bandai Namco selaku produser, dan Shuhei Yamashita dari Brownies yang bertindak sebagai director. Dari inspirasi awal yang datang dari preferensi pribadi, sampai bagaimana budaya Jepang memengaruhi desain game secara menyeluruh—semua mereka ceritakan dengan cukup detail. Mari simak!
Hades Jadi Inspirasi, Tapi Tetap Punya Identitas yang Kuat
Ketika Bandai Namco memperkenalkan Towa and the Guardians of the Sacred Tree, banyak yang langsung membandingkannya dengan Hades. Gaya visual 2D yang cerah dipadukan dengan gameplay roguelite yang intens memang mengingatkan pada game dari Supergiant tersebut. Tapi menurut Daisuke Nagaoka dari Bandai Namco dan Shuhei Yamashita dari studio Brownies, Towa punya identitas yang sangat kuat dan berbeda.
Yamashita mengakui bahwa Hades memang jadi salah satu referensi saat mereka mulai merancang game ini. Saat itu, Hades baru masuk tahap early access dan dinilai sangat menarik dari sisi aksi. Tapi keputusan untuk masuk ke genre roguelite sebenarnya datang dari preferensi pribadi Yamashita sendiri. Ia memang ingin mencoba sesuatu yang baru—dan genre ini dianggap cukup fleksibel untuk jadi lahan eksperimen.
Cerita yang Kuat dan Sistem Dua Karakter
Satu hal yang bikin Towa beda dari roguelite kebanyakan adalah sistem dua karakter. Pemain akan memilih dua dari delapan karakter untuk menjelajahi dungeon. Pilihan kombinasi ini bukan cuma kosmetik, tapi memengaruhi strategi dan dinamika permainan secara keseluruhan. Uniknya, kedua karakter ini juga berbagi HP, jadi kerja sama dan sinergi antara keduanya sangat penting.
Selain itu, ada elemen cerita yang cukup mendalam. Tidak seperti roguelike lain yang fokus ke aksi, Towa punya cerita kuat yang terus berkembang seiring progres pemain. Bahkan, ada sistem waktu yang ikut berubah tergantung keputusan dan hasil pertarungan di dungeon. Ini bikin dunia terasa lebih hidup—bahwa setiap langkah pemain punya dampak nyata pada alur cerita.
Inspirasi Budaya Jepang dan Dunia Mistis
Secara visual, game ini kental banget nuansa Jepangnya. Meskipun tidak secara eksplisit terinspirasi dari satu seniman tertentu, sang developer menjelaskan bahwa gaya ukiyo-e dan elemen budaya Jepang tradisional sangat memengaruhi desain karakter dan lingkungan. Tema mistik dan spiritual yang diambil dari Shinto dan Buddhisme Jepang juga memperkuat atmosfer dunia fantasi yang unik dan khas ini.
Desain karakter pun nggak kalah menarik. Salah satu contohnya adalah karakter Fishman yang berbentuk seperti koi, bukan ikan laut seperti yang biasa kita lihat di game lain. Yamashita sendiri yang menciptakan desain ini, dengan tujuan menghadirkan karakter aneh dan lucu untuk menambah warna di antara delapan Guardian yang bisa dimainkan. Lucunya, si Fishman ini nggak bisa berenang—sengaja dibuat begitu sebagai lelucon internal.
Transisi Studio dan Perkembangan Gameplay
Kalau melihat rekam jejak Brownies yang dikenal lewat game seperti Egalia dan Doraemon Story of Seasons, Towa jelas merupakan loncatan besar. sang developer bilang awalnya mereka ingin membuat sesuatu yang kecil dan segar, tapi proyek ini berkembang jauh lebih besar dari yang direncanakan. Tetap saja, semangat dan kerja keras tim berhasil membawa Towa sampai ke titik ini.
Sistem progresi dalam game juga cukup menarik. Walaupun skill karakter Guardian nggak banyak berubah selama berada di dungeon, pemain bisa membawa pulang resource untuk meng-upgrade kemampuan di markas. Karakter Kagura, khususnya, bisa mengalami peningkatan signifikan menjelang misi besar seperti Abysmal Destination.
Selain itu, walau cerita utama tidak berubah tergantung kombinasi karakter, interaksi dan percakapan selama di dungeon bisa berbeda-beda tergantung siapa yang dipilih. Ini membuat pengalaman bermain jadi lebih kaya dan terasa lebih personal.
Solo atau Co-op? Dua-duanya Seru
Walaupun game ini mendukung co-op, semua balance tetap diatur untuk solo play. Dalam mode co-op, satu pemain mengontrol Tsurugi dan satu lagi mengendalikan Kagura. Nggak ada pengaruh ke kekuatan musuh atau sistem lain, tapi co-op didesain supaya bisa jadi pengalaman santai yang menyenangkan dimainkan bareng teman.
Menariknya, pemain juga bisa mengatur kontrol Kagura sendiri saat bermain solo dengan memakai tombol R3. Ini memang sengaja didesain sejak awal, karena dianggap intuitif bagi pemain yang sudah terbiasa dengan kontrol dua stik analog.
Punya Multiple Ending
Towa bukan tipe roguelike yang cuma punya satu jalur yang diulang-ulang. Setelah menyelesaikan satu rute, pemain akan membuka jalur baru untuk dijelajahi. Ada juga mode endless dungeon dan boss rush yang siap menguji kemampuan. Dengan delapan karakter dan kombinasi yang terus berubah, replayability game ini sangat tinggi, terutama untuk pemain yang suka menyelesaikan semua interaksi dan cerita sampingan.
Menurut tim pengembang, kekuatan utama Towa adalah kombinasi aksi cepat dan sistem dungeon yang terus berkembang. Sistem satu-lantai-clear yang mereka sebutkan juga jadi salah satu fitur unik yang belum pernah ada di genre ini sebelumnya.
Sentuhan Terakhir: Samurai, Katana, dan Dunia Penuh Gaya
Salah satu mekanik ikonik Towa adalah penggunaan dua katana, yang terinspirasi dari samurai Jepang. Ide ini berkembang menjadi sistem switching yang bikin aksi terasa ritmis dan dinamis. Tim ingin pemain bisa merasakan sensasi bertarung yang khas dan beda dari game lain.
Terakhir, soal cross-platform play, game ini akan mendukung lintas platform selama masih dalam keluarga konsol yang sama. Jadi, pemain tetap bisa menikmati game ini bersama teman yang menggunakan konsol sejenis.
Towa and the Guardians of the Sacred Tree akan dirilis pada 19 September mendatang untuk PlayStation 5, Xbox Series, Switch, dan juga PC melalui Steam. Kamu bisa kunjungi situs resminya DI SINI untuk berbagai informasi lebih lanjut.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
Discussion about this post