Berhasil mempertahankan popularitasnya selama beberapa dekade sebagai franchise game action RPG paling ikonik, Diablo kini berada dalam masa-masa kebangkitan yang lebih serius. Tidak lagi hanay berfokus pada satu seri saja, kini Blizzard telah menyiapkan setidaknya tiga proyek game Diablo baru yang mencakup platform konsol dan mobile. Salah satu game yang kebetulan paling menarik perhatian kami adalah Diablo II: Resurrected, yang baru saja diumumkan beberapa bulan lalu dari ajang BlizzConline sebagai versi remaster dari seri klasiknya.
Mengingat Diablo II adalah seri yang paling meninggalkan kesan nostalgic ke banyak fans veteran, tentu saja ekspektasi serta antusiasme untuk versi terbarunya ini juga tinggi. Blizzard bahkan juga menjalin kerjasama dengan developer Vicarious Visions untuk memastikan kualitas yang terjamin dan tetap melekat kuat dengan seri klasiknya. Sebuah keputusan yang sangat tepat, apalagi mengetahui track record Vicarious Visions yang sangat kompeten dalam mengembangkan game remaster dengan kualitas terbaik.
Melihat tidak sama dengan merasakan, karena itu kami memutuskan untuk berpartisipasi dalam tahap Technical Alpha gamenya pada akhir pekan lalu. Konten yang ditawarkan hanya mencakup porsi mode single-player dengan pilihan tiga kelas karakter. Waktu permainan kami hanya berlangsung singkat, namun impresi yang didapat setidaknya cukup untuk dirangkum dalam artikel preview kali ini. Daripada berlama-lama, langsung saja simak rangkuman ulasan kami di bawah ini.
Kualitas Grafis Jempolan
Satu perubahan yang langsung kami rasakan saat menjajal game ini sudah pasti ada di kualitas grafisnya. Kami kebetulan memang belum pernah memainkan game original Diablo II, tapi ada fitur khusus bernama “Legacy” yang bisa diaktifkan kapan saja untuk mengembalikan mode grafis klasik. Lalu bagaimana perbandingannya? Jawaban kami adalah luar biasa. Ini bukan sekedar versi remaster yang hanya meningkatkan kualitas tekstur dan modifikasi efek standar, melainkan perombakan asset game secara penuh dan membuatnya terlihat lebih mendekati game di era modern sekarang.
Perombakan grafis yang signifikan ini bahkan masih mengikuti game originalnya sebagai pondasi utama. Jadinya pihak developer ingin membawa atmosfer dan suasana lingkungan yang masih melekat kuat dengan seri klasik Diablo II, namun dengan wajah baru yang jauh lebih enak dipandang. Salah satu efek yang paling kami sukai ada di efek pencahayaannya, dimana lingkungan baik itu di atas permukaan maupun dungeon akan mendapatkan sumber pencahayaan yang dipantulkan dari lingkungan sekitar, efek kobaran api dan serangan sihir, bahkan hingga efek “inner glow” dari karaktermu juga.
Kualitas pencahayaan yang lebih natural ini juga membuat beberapa lokasi dalam Diablo 2 terasa lebih nyata, sehingga membuat kami lebih termotivasi untuk melakukan eksplorasi ke banyak tempat, semua hanya untuk memandangi dan membandingkan kualitas grafisnya yang diracik dengan sangat baik. Perombakan grafisnya juga mencakup UI hingga model karakter 3D yang dilebur dengan lebih baik dalam balutan tampilan baru. Dan kami sangat mengapresiasi bagaimana ruang pandang gameplay terlihat semakin jelas dan luas tanpa harus mengorbankan tampilan menu yang bisa menutupi karakter hingga level yang ditampilkan di layar.
Fitur dan Gameplay
Maka sama seperti seri klasiknya, Diablo II: Resurrected mengusung gameplay action RPG dengan tampilan isometrik yang khas. Alur gamenya berjalan mengikuti misi cerita yang dibagi dalam Act I: The Sightless Eye dan Act II: The Secret of the Vizjerei, yang masing-masing menawarkan serangkaian quest untuk diselesaikan. Sebelum memulai permainan, kami disuguhkan dengan pilihan tiga kelas karakter mulai dari Barbarian, Amazon, dan Sorceress yang memiliki karakteristik dan gaya bermain yang berbeda. Mulai dari sini kamu hanya perlu menjalani misi menyusuri berbagai area, mengalahkan berbagai jenis musuh berbahaya, sembari mengumpulkan loot berharga untuk membuat petualanganmu berjalan lebih lancar.
Mana dan Healing adalah dua item yang sangat esensial dalam memulihkan kapasitas energi sihir dan HP karaktermu, jadi pastikan untuk selalu menggunakannya disaat-saat krusial saja, terutama saat berhadapan dengan pertempuran yang menantang. Berbicara soal loot, Diablo II: Resurrected masih mempertahankan sistem pemberian loot random yang sama dengan seri originalnya, dimana menghadapi monster atau boss sulit tidak selalu memberi jaminan loot bagus untuk didapat. Ini bisa membuat pengalaman bermain terasa kurang rewarding, apalagi jika kamu menghabiskan banyak item consumable hanya untuk mengalahkan musuh yang ternyata miskin loot dan terkesan buang-buang waktu.
Skema kontrol gameplay masih terasa sama kakunya dengan seri klasik dulu, yang mana kamu harus mengarahkan kursor secara manual hingga dibatasinya akses skill untuk beberapa tombol saja. Memainkan game ini di konsol mungkin akan lebih nyaman karena adanya bantuan sistem aim otomatis, namun untuk pemain pendatang baru kami rasa akan membutuhkan waktu lebih lama untuk beradaptasi dengan skema kontrolnya. Contoh seperti saat ingin menyerang musuh, kamu terkadang bisa salah menekan tanah yang ada di dekatnya, begitu pula saat mengambil loot yang berceceran secara satu per satu dengan spam klik mouse.
Fitur lain yang masih dipertahankan bisa dilihat dari akses skill tree untuk meningkatkan statistik karaker. Dengan opsi untuk memperkuat Strength, Dexterity, Vitality dan Energy, kamu diberikan kebebasan untuk memilih kemampuan apa yang lebih dibutuhkan karaktermu. Baik itu memprioritaskan poin untuk skill yang paling sering kamu pakai, atau statistik bawaan untuk membuat karaktermu terasa lebih tebal, setidaknya ini adalah salah satu sistem klasik yang kami rasa memang tidak perlu mendapat banyak perubahan.
Dari sini memang bisa dilihat kalau sistem gameplaynya tidak memiliki perbedaan jauh dengan seri klasik Diablo II, karena Resurrected memang lebih difokuskan untuk menyempurnakan tampilan grafisnya agar mudah diterima oleh gamer pendatang baru. Alasan utamanya juga karena Blizzard tidak ingin memberikan terlalu banyak perubahan yang dapat merusak kesan nostalgianya, dan ini adalah sesuatu yang pastinya mereka butuhkan untuk kembali menarik minat dari fans veteran.
Sensasi gameplay yang terasa “usang” ini sebenarnya tidak sampai menganggu pengalaman bermain kami, karena pada akhirnya presentasi atau kualitas visual dari sebuah game dapat membuat seseorang lupa akan apa yang mereka mainkan. Kamu bisa saja menipu teman yang tidak mengenal Diablo untuk memainkan game ini, dan mereka mungkin tidak akan sadar kalau konsep gameplaynya sudah terhitung ketinggalan zaman.
Kesimpulan
Mempertahankan begitu banyak elemen klasik sembari menawarkan wujud baru yang dapat bersanding dengan game di era sekarang, Diablo II: Resurrected berakhir menjadi kombinasi yang cukup unik bagi kami. Ada sensasi ketinggalan zaman atau usang yang sangat kentara saat memainkannya secara langsung, tapi di saat bersamaan kami juga disuguhkan dengan pengalaman Diablo yang lebih fresh. Kebetulan kami adalah gamer yang cukup kritis dalam hal estetika, dan game ini berhasil menjawab ekspektasi kami dengan kualitas yang ternyata lebih baik dari dugaan.
Grafis yang terasa seperti game remake dengan efek pencahayaan dan partikel dinamis, kualitas audio yang lebih diperbaik, bahkan tambahan mode khusus yang memungkinkan kamu untuk mengubah grafisnya ke mode klasik dalam sekejap, dari sisi presentasi mereka memang tidak main-main.
Kami memang mengharapkan adanya modernisasi untuk aspek gameplaynya, namun disaat yang bersamaan keputusan untuk tetap mempertahankannya sedemikian rupa dengan seri klasik juga bisa dimengerti. Bagi kami Diablo II: Resurrected bisa berakhir menjadi game yang mudah dan sulit untuk direkomendasikan, bergantung dari tipe pemain seperti apa yang harus ditujukan. Yang jelas saat ini kita perlu menunggu dan melihat seperti apa kualitas yang akan ditawarkan di versi finalnya nanti.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
Discussion about this post