Sejak pengumuman resminya beberapa bulan lalu, The Hundred Line -Last Defense Academy- langsung menarik banyak perhatian berkat art style hingga konsep cerita yang terasa begitu khas dengan Danganronpa. Impresi tersebut memang bisa dimaklumi, karena gamenya memang melibatkan peran Kazutaka Kodaka selaku mantan kreator franchise Danganronpa yang kini tergabung dalam Too Kyo Games serta mendapat dukungan dari Media.Vision dan Aniplex.
Untuk mendapat gambaran lebih dalam termasuk ambisi semacam apa yang berusaha direalisasikan gamenya, tim kami sempat berpartisipasi dalam sesi presentasi gamenya dengan Kodaka-san di ajang Tokyo Game Show 2024, termasuk menyampaikan beberapa pertanyaan lewat sesi wawancara tambahan. Sayangnya Kotaro Uchikoshi selaku salah satu kreator utama lain dari gamenya belum bisa berpatisipasi, tapi Kodaka sendiri sudah ditemani oleh Shuntaro Ino selaku sang produser yang ikut mengisi sesi presentasi terpisah dengan fokus lebih pada sisi gameplay.

Awal Mula Sebagai “Limit x Despair”
Ide dibalik pengembangan The Hundred Line -Last Defense Academy- sudah berawal sejak pembentukan Too Kyo Games di 2018 lalu. Pada waktu itu mereka menggambarkannya sebagai proyek ambisius yang melibatkan seluruh kreator dalam tim, terutama dari kolaborasi antara Kazutaka Kodaka (Danganronpa, Master Detective Archives: RAIN CODE) dan Kotaro Uchikosi (Zero Escape, AI: The Somnium Files). Mereka memberinya label “Limit x Despair” dengan tampilan key visual yang nampak sangat berbeda dibanding game finalnya, termasuk juga dari bagaimana karakter-karkater yang diperlihatkan sepertinya hanya terbatas pada konsep saja.
Kami tentu saja penasaran mengenai seberapa jauh gamenya telah berubah sejak saat itu, dan Kodaka sendiri tidak ragu untuk membeberkannya “Proyek ini sangat berbeda dengan konsep awalnya. Jadinya proyek ini pernah dibatalkan sekali dan itulah alasan kenapa ada perubahan drastis seperti yang diperlihatkan sekarang. Pada waktu itu kami harus mengerjakan ulang semua komponen yang ada, termasuk karakter dan bahkan genre gamenya sendiri. Sebagai hasil dari upaya ini, saya rasa saya berhasil memasukkan lebih banyak ide khas sendiri ke dalam gamenya dan ini terbukti dengan beberapa adegan mengerikan yang ada di game ini. Menurut saya, ini adalah game dengan beberapa konten ekstrim yang jarang bisa ditemui di era sekarang.”
Sebuah jawaban yang memang sangat menarik, karena ternyata The Hundred Line -Last Defense Academy- berpotensi akan jadi game yang jauh berbeda dari wujud finalnya sekarang, bahkan dari genre yang akan diusung. Tidak heran juga bagaimana mereka membutuhkan waktu pengembangan lama bahkan sejak awal pembentukan awal timnya, karena mereka ternyata memang sempat membatalkan proyeknya untuk kemudian direalisasikan menjadi game yang lebih cocok dengan style Kodaka dan kemungkinan tentunya juga dengan Uchikoshi sendiri.
Terwujudnya Kolaborasi Impian
Tentunya saat mendengar nama Kodaka dan Uchikoshi dalam satu proyek rasanya adalah sebuah mimpi yang menjadi kenyataan, khususnya bagi para fans game dengan cerita mendalam yang penuh misteri dan dipenuhi skenario ekstrim. Masing-masing kreator memiliki spesialisasinya sendiri, sehingga ada lebih banyak elemen yang bisa diimplementasikan dalam game ini dibanding karya lama mereka.
“Ini adalah game dengan multiple-end pertama saya. Uchikoshi sangat ahli dalam urusan multi-ending, jadi saya serahkan hal itu kepadanya dan fokus menulis skenario seperti yang biasa saya lakukan. Cerita game ini akan berubah secara dramatis tergantung pada pilihan yang Anda buat, dan ceritanya bisa menjadi sangat berbeda tergantung pada masing-masing pemain, sehingga skenarionya bisa berkembang dengan bebas, yang bisa dibilang juga serasa menikmati kebebasan dari memainkan game open-world.” ungkap Kodaka.
Inilah yang menjadi contoh dari bagaimana masing-masing kreator dapat berfokus pada keahlian mereka. Jika biasanya Kodaka lebih berfokus pada cerita linear tanpa adanya opsi ending berbeda, kini berkat kolaborasinya dengan Uchikoshi dia bisa membuat cerita yang memiliki begitu banyak skenario yang merubah alur cerita secara drastis hingga ke endingnya. Mereka bahkan mengklaim kalau game ini memiliki 100 ending dengan skenario ekstrim dan penuh rasa putus asa.
Upaya Menciptakan Game dengan Skenario Ambisius
Menciptakan game dengan skenario yang dipenuhi dengan cabang alur dan ending berbeda tentunya tidak mudah, tapi The Hundred Line -Last Defense Academy- sejauh ini sudah memberi intipan akan konsepnya tersebut yang tentu sangat membuat penasaran. Salah satunya seperti lewat trailer “Extreme and Despair” yang memperlihatkan kematian dari banyak karakter utama gamenya dan apakah ini semua termasuk contoh dari ragam skenario “Bad End” tersebut.
Untuk ini Kodaka telah menjelaskan “Skenario gamenya akan berubah secara dramatis bergantung pada pemain. Jadi meskipun beberapa pemain mungkin melihat adegan-adegan ekstrim tersebut, beberapa pemain lain mungkin saja tidak akan pernah melihatnya dalam playthrough mereka sendiri”. Meski trailernya memang terkesan mengandung spoiler, pada akhirnya itu hanyalah sebagian dari skenario ekstrim yang bisa pemain dapati di gamenya bergantung dari keputusan mereka, sehingga The Hundred Line -Last Defense Academy- adalah game yang benar-benar membawamu dalam sebuah cerita yang sulit untuk diprediksi bahkan setelah kamu memainkannya secara langsung.
Kematian karakter sudah menjadi pemandangan yang sangat normal di game-game Kodaka maupun Uchikoshi, serta bagaimana setiap momen yang ada selalu membawa impact besar ke perasaan pemain hingga perkembangan cerita di gamenya sendiri. Kami juga ikut menanyakan soal bagaimana proses dibalik pembuatan skenario semacam ini, serta apakah ada semacam runtutan khusus yang harus diikuti seperti memilih karakter mana yang harus mati lebih dulu sebelum kemudian memikirkan ide untuk momen kematiannya.
Kodaka kemudian menjawab “Karakterisasi, drama, dan trik semuanya dipertimbangkan secara paralel saat menciptakan skenario pembunuhan atau trial. Kami mempertimbangkan drama (aspek cerita) dan trik apa yang sesuai untuk karakter tersebut, sampai terkadang juga menyesuaikan karakterisasi yang sesuai.”
Menentukan hal-hal semacam itu mungkin terasa lebih bebas di masa lalu, tapi karena ini adalah game yang melibatkan Kodaka dan Uchikoshi sebagai sang kreator, pasti ada semacam momen di mana mereka harus mencapai keputusan yang sama atau bahkan bisa saling tidak setuju akan suatu ide. Tapi nyatanya ternyata Kodaka dan Uchikoshi dapat bekerja dengan mulus karena mereka telah berfokus pada satu direksi yang cocok dengan gamenya.
“Kami memutuskan siapa yang akan mati pada tahap-tahap plot khusus, dan tidak sampai ada momen di mana kami saling berselisih pada saat itu. Kami tidak terlalu berfokus pada siapa saja karakter yang akan mati, melainkan pada jenis cerita yang ingin kami sampaikan, dan kematian karakter mana yang sesuai dengan perkembangan narasi tersebut.” jelas Kodaka.
The Hundred Line -Last Defense Academy- rencananya akan rilis untuk Nintendo Switch dan PC pada 24 April 2025. Jadwal rilisnya tersebut baru dikhususkan untuk wilayah Jepang saja, tapi mereka tetap berniat merilis versi globalnya pada awal tahun depan juga. Ragam informasi terupdate mengenai gamenya bisa terus kamu pantau lewat website resmi mereka DI SINI.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
Discussion about this post