Ajang Level Up KL 2024 memang sudah lumayan lama berlalu, tapi kami masih punya satu sesi wawancara eksklusif yang akhirnya kini sudah bisa dibagikan. Ini adalah wawancara dengan Jun Shimoda, seorang Senior Gaming Solution Architect dari Worldwide Gaming Vertical Team yang berdiri di bawah Microsoft. Dengan latar belakangnya yang luas di industri game termasuk peran di Epic Games dan AWS, Shimoda telah berbagi wawasan berharga mengenai kondisi industri game saat ini dan perkembangannya mengikuti teknologi AI.
AI dalam Proses Pengembangan Game
Salah satu topik utama yang dibahas Shimoda adalah integrasi AI dalam pengembangan dan operasional game. Dia menekankan kalau meskipun banyak pengembang game ingin memanfaatkan potensi AI, ada kekhawatiran tentang AI generatif, terutama terkait masalah hak cipta.
“Banyak pengembang game yang tertarik untuk menggunakan AI baik untuk pengembangan maupun operasional game. Namun, beberapa perusahaan game khawatir akan risiko AI generatif, terutama terkait masalah hak cipta,” jelas Shimoda. “Itulah mengapa kami bekerja sama dengan mereka untuk memastikan IP dan keamanan mereka terlindungi, dengan menggunakan solusi Azure untuk melindungi aset mereka.”
Untuk mengatasi masalah ini, Microsoft telah berkolaborasi dengan perusahaan game untuk mengimplementasikan solusi AI khusus yang melindungi kekayaan intelektual. Shimoda menyoroti pendekatan yang menarik, khususnya untuk judul-judul fantasi:
“Terkadang, kami memperkenalkan model bahasa kecil yang memiliki kecerdasan terbatas dibandingkan dengan model bahasa yang lebih besar. Model bahasa yang besar memiliki basis pengetahuan luas dari internet, tetapi tidak semua pengembang game menginginkan hal tersebut. Sebagai contoh, dalam game fantasi dengan latar belakang dunia abad pertengahan, para pengembang ingin mempertahankan integritas dunia mereka. Mereka tidak ingin NPC tiba-tiba merujuk ke topik dunia nyata. Jadi, dalam kasus-kasus tersebut, kami menggunakan model bahasa yang lebih kecil yang sesuai dengan latar fantasi tertentu, untuk memastikannya selaras dengan narasi game.”
QA dan Proses Lokalisasi dengan AI
Wawancaranya kemudian juga membahas tentang penggunaan AI dalam debugging game dan jaminan kualitas. Shimoda mengungkapkan bahwa beberapa perusahaan QA sekarang menggunakan sistem AI yang canggih untuk membuat agen AI yang mampu bermain game dan mengidentifikasi berbagai masalah spesifik.
“Beberapa perusahaan QA menggunakan model bahasa yang besar, seperti OpenAI, atau sistem AI canggih lainnya untuk membuat agen AI yang dapat bermain game dan mengidentifikasi masalah seperti masalah deteksi tabrakan,” kata Shimoda. “Sebelumnya, perusahaan QA akan mempekerjakan penguji manusia untuk mengidentifikasi kesalahan tabrakan secara manual, yang mana hal ini membutuhkan biaya yang besar. Sekarang, mereka mengembangkan agen AI yang dapat mendeteksi masalah ini secara otomatis, sehingga mengurangi biaya secara signifikan.”
Lokalisasi berbasis AI telah membawa kemajuan yang signifikan. Untuk ini Shimoda menjelaskan: “Bidang lainnya adalah LQA (Localization Quality Assurance), di mana perusahaan menggunakan AI untuk menerjemahkan skenario game ke dalam berbagai bahasa. Meskipun kualitas terjemahan AI belum sempurna, AI mempercepat prosesnya, sehingga pengembang dapat dengan cepat menghasilkan draf yang nantinya dapat disempurnakan oleh penerjemah manusia.”
Dia juga menyoroti penggunaan AI dalam pemrosesan gambar: “AI juga digunakan untuk menangani gambar, seperti OCR (Optical Character Recognition), untuk mendeteksi teks di dalam gambar. Sebagai contoh, beberapa game memiliki banyak teks di layar, dan terkadang ada kesalahan. AI dengan kemampuan OCR dapat dengan cepat menemukan dan memperbaiki kesalahan ini.”
Menanggapi Masalah Copyright dan Implementasi AI
Ketika ditanya tentang kekhawatiran yang meluas terkait masalah hak cipta dalam penggunaan AI, Jun Shimoda mengakui pendekatan hati-hati yang dilakukan banyak perusahaan: “Banyak perusahaan yang mengkhawatirkan hal ini. Para eksekutif dan pengacara mereka merekomendasikan mereka untuk menggunakan AI hanya untuk penggunaan internal dan tidak menggunakan AI generatif untuk penggunaan produksi. Namun kami berdiskusi dengan mereka untuk menggunakan model bahasa yang lebih kecil dengan IP mereka. Sebagai contoh, Microsoft memiliki banyak gambar Minecraft, dan model bahasa kecil dengan gambar Minecraft mereka sendiri untuk menghasilkan konten seperti Minecraft hanya dengan data mereka – itu aman. Itulah solusi untuk IP tersebut.”
Masa Depan AI dalam Industri Game
Melihat ke masa depan, Shimoda percaya kalau AI akan memainkan peran yang semakin signifikan dalam dunia game. Dia membagikan visinya untuk tahun-tahun mendatang: “Beberapa perusahaan game RPG ingin menggunakan AI untuk percakapan dengan NPC. Beberapa perusahaan sudah mulai menggunakannya. Dan dalam waktu dekat, banyak perusahaan akan menggunakan AI untuk fitur dalam game dengan model bahasa yang kecil untuk mengurangi risiko.”
Dia juga menyinggung potensi AI dalam pembuatan konten: “Microsoft dan perusahaan lain sedang mencoba menghasilkan model 3D dengan AI. Namun para seniman selalu mengatakan kalau kualitasnya belum sesuai dengan harapan mereka. Namun di masa depan, kami dapat menciptakan AI generatif untuk kualitas tingkat produksi. Saya rasa itu akan terjadi dalam lima tahun. Dalam lima tahun, kita bisa menciptakannya.”
Sepanjang wawancara, Jun Shimoda memberikan pandangan tentang potensi AI dalam game, mengakui kemungkinan yang menarik dan tantangan yang perlu diatasi.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
Discussion about this post