Mendekati perilisannya yang sudah semakin di depan mata, antusiasme dalam menantikan Tales of Arise sudah semakin kuat. Selain dari fans setia yang memang mengharapkan adanya evolusi besar dari franchise ini, banyak juga pendatang baru yang terpanah dengan betapa cantiknya game ini dipresentasikan. Demi memberikan kesempatan untuk menilai kualitas gamenya, Bandai Namco kembali menyediakan kami akses ke versi preview build baru dari Tales of Arise.
Berbeda dari versi sebelumnya, kali ini kami disuguhkan dengan porsi permainan yang mencakup intro tiga sampai empat jam pertama yang lebih berfokus ke cerita. Karena kami sudah membahas sebagian besar mekanisme gameplay dan elemen yang ditawarkan pada preview sebelumnya, artikel ini akan lebih berfokus pada pengalaman yang kami dapat dari beberapa jam pertama dan apakah Tales of Arise sudah memberikan gambaran kualitas seperti ekspektasi kami. Daripada berlama-lama, langsung saja simak rangkumannya di bawah ini!
Apa Saja yang Baru?
Versi preview kedua yang kami mainkan ini mencakup porsi intro dari Tales of Arise. Dari segi gameplay tidak ada banyak yang berbeda, kecuali dari mungkin tambahan cutscene sinematik keren saat mengeksekusi serangan Boost Strike spesial yang hanya khusus untuk boss utama di cerita (mirip seperti di Final Fantasy VII Remake). Selain ini, gamenya hanya memperkenalkan beberapa mekanisme awal yang perlu dipahami lebih dulu sebelum siap mengeksplornya lebih dalam. Untuk itu, kami akan membahas soal ceritanya yang bisa kamu cek pada poin selanjutnya, tapi perlu diketahui kalau mungkin akan ada SPOILER yang ingin dihindari, khususnya bagi pemain yang ingin menikmati pengalaman bermain murni.
Cerita yang Lebih Menarik Untuk Diikuti
Seperti yang kami baru saja katakan, poin ini akan membahas lebih dalam soal cerita gamenya, jadi bagi kamu yang sensitif dengan spoiler mungkin bisa langsung loncat ke poin penting selanjutnya. Ok, jadi Tales of Arise mengambil setting di dua planet yang saling terhubung yaitu Dahna dengan peradaban medieval tradisional dan Rena yang jauh lebih kuat dari kekuatan militer serta teknologinya. Dipandang sebagai tanahnya para dewa, ternyata bangsa Rena berakhir melakukan invasi keji dan menguasai Dahna selama lebih dari 300 tahun. Wilayah Dahna kemudian dibagi dalam lima area yang dikuasai oleh Lord berbeda, di mana masing-masing dari mereka memiliki Master Core sebagai sumber kekuatan dan kekuasaan mutlak. Objek luar biasa ini bisa dibilang adalah kunci utama mereka untuk memenangkan Crown Contest dan menjadi penguasa mutlak (atau yang game ini sebut Sovereign) dari dua dunia.
Tapi meski bangsa Rena jauh lebih unggul dari sisi teknologi, mereka hanya bisa mengumpulkan energi astral dengan menjadikan rakyat Dahna sebagai budak. Setiap penduduk Dahna yang berakhir menjadi budak memiliki semacam batu / core di tangan mereka yang berguna untuk mengumpulkan energi kehidupan untuk memperkuat Master Core. Saat harapan sudah lama hilang, gamenya kemudian memperkenalkan sosok pemuda bertopeng besi bernama Alphen. Dia adalah sang karakter utama yang awalnya menjadi budak di Calaglia, salah satu wilayah utama Dahna yang dikuasai oleh Lord Balseph. Berbeda dari budak lainnya, dia mengalami amnesia berat dan tidak bisa merasakan sakit sama sekali (alias benar-benar mati rasa dari luka fisik apapun). Saat menunggu momen tepat untuk kabur, takdirnya kemudian berubah saat Alphen bertemu dengan wanita misterius bernama Shionne dan kelompok pemberontak Crimson Crows yang dipimpin Zephyr.
Kita kemudian tahu kalau Shionne datang dari ras Rena dan berambisi untuk menjatuhkan kekuasan dari lima Lord. Dia bahkan sampai berhasil mencuri Master Core elemen api dari Balseph, yang ternyata menyimpan senjata kuat dan berakhir hanya bisa digunakan oleh Alphen. Ini karena senjata tersebut adalah pedang api yang dapat membakar tangan si penggunannya, tapi ini bukan masalah karena Alphen memang tidak bisa merasakan sakit. Keanehan tersebut juga membuatnya jadi satu-satunya orang yang bisa menyentuh Shionne, karena ternyata Shionne sendiri memiliki kutukan yang dapat memberikan sensasi sakit luar biasa bagi siapapun yang menyentuh tubuhnya. Setelah bergabung dengan Crimson Crows, kedua karakter utama akhirnya berhasil menyerang kastil Balseph dan mengalahkannya dalam pertempuran untuk membebaskan Calaglia.
Sesi preview kami akhirnya berakhir di situ dan seperti yang bisa kamu duga, ini hanyalah awal dari berseminya hubungan antara Alphen dan Shionne dalam petualangan berbahaya. Satu yang langsung jadi bagian favorit kami dari ceritanya sejauh ini adalah bagaimana pihak developer berhasil menciptakan dinamisme yang begitu sempurna dari kedua karakter utama. Bahkan dari awal permainan saja, Alphen dan Shionne sudah jadi duo yang saling membutuhkan satu sama lain. Ada potensi kuat untuk melihat seberapa jauh hubungan mereka dapat berkembang di sepanjang cerita, terutama bagaimana gamenya tidak langsung memberikan gambaran penuh dari sang karakter utama. Jadi berbeda dari kebanyakan game Tales lain yang mana kamu sudah mendapat gambaran cukup mengenai sosok dari sang karakter utama dari awal, Tales of Arise justru berkebalikan.
Ini karena Alphen dan Shionne masing-masing memiliki rahasia besarnya sendiri yang membuat kami semakin penasaran mengenai latar belakang mereka. Untuk Alphen, dia mengalami amnesia berat yang menutup hampir semua memori lama bahkan namanya juga. Menariknya dia seperti paham mengenai cara bertarung dan tidak memiliki Core seperti budak Dahna lain, yang jelas mengindikasikan kalau Alphen adalah karakter yang lebih penting dari penampilannya. Begitu juga untuk Shionne, seperti kenapa orang dari Rena sampai ingin mengalahkan para Lord dan memiliki kutukan misterius. Ini membuat kami lebih termotivasi untuk mengikuti ceritanya, karena lebih dari sekedar melihat bagaimana karakter dapat berkembang menjadi sosok yang lebih baik, kamu juga mempelajari rahasia dan latar belakang karakter yang semakin memperdalam ceritanya.
Revolusioner dan Klasik di Saat yang Sama
Saat memainkan Tales of Arise untuk kedua kalinya, kami merasa kalau ini adalah lompatan signifikan dari semua seri sebelumnya, tapi di saat yang sama ada perasaan kalau kami hanya seperti bermain game Tales biasa. Inilah yang kemudian membuat kami mengambil konklusi kalau Tales of Arise adalah kombinasi sempurna dari membawa evolusi besar, namun tetap mempertahankan semua elemen klasik yang sulit untuk dihilangkan begitu saja. Dari segi production value, Tales of Arise adalah game yang sangat berkualitas. Kami sempat mengatakan kalau gamenya berhasil menciptakan gaya visual 3D berbasis anime paling sempurna, dan klaim ini masih 100% relevan. Bahkan meski memainkan versi preview ini lewat akses cloud streaming yang kurang maksimal, kami masih bisa memberikan apresiasi dari segi presentasinya yang luar biasa. Baik itu saat berada dalam cutscene cerita, percakapan normal, eksplorasi, hingga battle, semuanya selalu dipresentasikan dengan tampilan grafis yang memanjakan mata.
Sisi teknisnya memang sudah dipoles sedemikian rupa, tapi bagaimana dengan basis gameplaynya sendiri? Untuk yang satu ini, kami juga cukup terkejut mengenai seberapa identiknya Tales of Arise dengan seri lain. Meski gamenya membawa beberapa modifikasi elemen baru, tapi saat sudah bermain sensasi yang kami rasakan memang cukup familiar saat memainkan game Tales modern. Bahkan implementasi sistem seperti Boost Attack dan Strike punya kesamaan dengan Linked Arte di Tales of Xillia. Perbedaan paling mencolok yang kami amati terletak di bagian Skit. Seperti semua game Tales lainnya, Skit adalah sesi percakapan yang memberi pendalaman cerita dan interaksi antar karakter yang lebih menghibur. Skit biasanya selalu dipresentasikan dalam bentuk artwork 2D yang dapat bergerak, tapi dalam Tales of Arise bagian ini justru dirubah ke model percakapan layaknya komik dengan grafis 3D. Untungnya terlepas dari impresi negatif kami di awal, perubahan baru ini setidaknya membuat setiap Skit masih tetap menghibur dan bahkan memperlihatkan lebih banyak gestur karakter yang tidak terbatas pada ekspresi saja.
Kesimpulan
Impresi kami pada akhirnya masih belum berubah, Tales of Arise sejauh ini memperlihatkan konsistensi yang begitu baik dari segala aspek. Ini adalah seri baru yang masih mengusung gameplay dengan pondasi kuat dari seri klasik Tales, tapi di saat sama berhasil memperlihatkan perombakan teknis dengan kualitas luar biasa. Tentu saja pendapat kami hanya berpacu pada pengalaman yang didapat setelah memainkan dua versi previewnya, jadi harapan akhir semoga saja game finalnya nanti dapat menjawab ekspektasi kami, karena jujur saja Tales of Arise punya potensi jadi game RPG terbaik tahun ini.
Tales of Arise sendiri akan rilis pada tanggal 10 September mendatang untuk PlayStation 4, PlayStation 5, Xbox One, Xbox Series dan PC via Steam. Sementara versi Jepang akan dirilis satu hari lebih awal yang ditargetkan untuk platform konsol. Kebetulan Bandai baru saja mengumumkan kalau mereka akan merilis versi demo gratisnya untuk konsol pada tanggal 18 Agustus mendatang.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
Discussion about this post