Ekspektasi besar yang mengikuti Atomic Heart akhirnya akan terjawab dengan perilisan gamenya minggu ini, tapi sebelum itu kami sudah berkesempatan untuk memainkan gamenya lebih dulu selama beberapa hari terakhir dan menamatkannya. Sebagai salah satu game yang sudah kami sering ulas di GamerWK hingga mendatangi event hands-on eksklusif di Singapura, tentunya ada harapan untuk melihat game ini dapat memberi sensasi petualangan FPS dengan setting serta konsep liar, sesuatu yang cukup berhasil dieksekusi meski di sisi lain ada beragam kekurangan yang berhubungan dengan desain pondasi gamenya sendiri.
Terlepas apakah gamenya berhasil menggapai potensi tinggi yang kami harapkan tersebut, Atomic Heart masihlah diracik sebagai game yang seru untuk dimainkan dan punya identitas kuatnya sendiri. Sebagai tambahan sebelum masuk ke ulasan utama, kami membutuhkan waktu sekitar 15 jam untuk menamatkan gamenya dan melihat kedua ending yang ditawarkan. Soal potensi apakah ada ending tersembunyi atau tidak sayangnya tidak bisa kami konfirmasi.
Jalan Cerita
Mengejutkannya game ini dimulai pada titik yang sama persis seperti versi preview di mana kamu langsung dibawa masuk ke gameplay. Lebih spesifiknya tidak ada cutscene mewah yang memperkenalkan dunia atau sinopsis dasar yang perlu kamu ketahui. Gim ini berlatar belakang versi alternatif tahun 1950-an di dalam fasilitas 3826 di Uni Soviet, di mana di sini terdapat pangkalan militer rahasia yang memproduksi robot. Ketika ilmuwan hebat Dmitry Sechenov telah membuat terobosan yang akan membawa umat manusia ke peradaban yang lebih maju, sebelum akhirnya rencana tersebut disabotase dan mengakibatkan bencana brutal yang mengubah robot-robot menjadi mesin pembunuh berbahaya.
Kamu akan berperan sebagai agen P-3 / Mayor Nechaev yang bekerja di bawah Profesor Sechenov yang sudah ia anggap sebagai ayah. Misinya adalah membantu membereskan seluruh kekacauan ini dan meskipun ini adalah tugas yang sangat berbahaya, P-3 sudah ditemani oleh sarung tangan Polimer pintar bernama Charles yang bertindak sebagai senjata utama, penasihat, dan bahkan alat looting terbaik. Misi ini ternyata menyimpan sesuatu yang lebih menyeramkan di balik layar, satu demi satu kebenaran mengejutkan yang membuat ceritanya menjadi sangat menarik, hanya saja kamu baru bisa merasakannya di akhir permainan.
Tanpa memberi spoiler, cerita Atomic Heart terasa cukup hambar dan terlalu disebar dari selera kami. Kamu akan menyadari kalau game ini jelas membutuhkan lebih banyak cutscene atau interaksi karakter yang membuat dunia terasa hidup selain olok-olok antara P-3 dan Charles. Tapi pada saat yang sama cara mereka menanganinya cukup masuk akal, karena kamu sudah berada di fasilitas besar yang dipenuhi robot pembunuh dan pemandangan mayat yang berserakan di mana-mana. Ada perangkat khusus yang disebut “THOUGHT” yang dapat menyimpan kesadaran orang sebelum meninggal, yang menyebabkan banyak mayat ternyata masib bisa berbicara dan bagaimana kamu bisa berinteraksi dengan mereka. Terdengar mengerikan memang, tapi menurut kami ini adalah cara yang cukup cerdik untuk mengimplementasikan NPC ke dalam gamenya.
Cerita Atomic Heart rasanya juga bisa ditekan menjadi game yang jauh lebih pendek. Perkembangan ceritanya sangat lambat dengan sebagian besar pengungkapannya justru muncul dari percakapan antara P-3 dan Charles di sepanjang gamenya. Berbicara tentang karakternya, kami berujung tidak suka dengan sang protagonis. Dia sangat menyebalkan dan cenderung sangat tidak sopan terhadap Charles, hanya karena dia adalah sarung tangan yang bisa berbicara. Di satu saat dia benar-benar bersikap baik, dan di saat lain dia benar-benar jahat meskipun Charles benar-benar hanya ingin membantu. Kami sudah muak dengan trope menjengkelkan ini di Forspoken, jadi sampai merasakannya juga di sini malah terasa seperti kutukan.
Combat yang Makin Seru dengan Polymer Glove
Dari segi combat, gamenya sendiri cukup menyenangkan! Porsi ceritanya yang kurang benar-benar tertutupi oleh gameplay, yang bisa dibilang mencakup sebagian besar waktu bermainmu. Ini adalah game petualangan FPS dengan fokus combat jarak dekat di mana kamu juga bisa menggunakan semua jenis senjata jarak jauh termasuk senjata yang menggunakan energi, meski pada akhirnya persenjataan terkuatmu tetap mengandalkan si sarung tangan polimer. Dengan sarung tangan ini, kamu bisa menggunakan hingga dua skill khusus yang menggunakan teknologi polimer dan “Shok” standar untuk membuat beberapa musuh stagger lewat serangan arus listrik.
Meskipun tidak banyak skill yang bisa dibuka, kamu bisa meningkatkan kemampuannya lebih jauh dan bahkan bereksperimen untuk menciptakan kombo yang potensial. Misalnya kamu bisa menggunakan gel Polymer untuk melapisi musuh untuk lebih meningkatkan efek serangan elemen seperti saat menggunakan skill Frostbite atau menyerang mereka dengan senjata yang sudah dipasangi peluru elemen. Upgrade ini benar-benar sangat efektif, terutama untuk skill Mass Telekinesis di mana pada awalnya kamu hanya bisa mengangkat musuh, tetapi kemudian kamu bisa lanjutkan dengan membanting mereka ke tanah yang memberikan banyak kerusakan.
Ini otomatis langsung membuatnya jadi skill terbaik dalam game ini karena akan ada banyak momen di mana kamu akan dikepung oleh musuh, tapi satu eksekusi telekinesis sudah cukup untuk membalikkan keadaan secara instan. Cukup disayangkan kalau skill ini hampir tidak berguna saat melawan bos, jadi kamu harus rutin mengganti skill sesekali untuk beradaptasi dengan pertemuan yang akan datang. Kamu bisa mengeksekusi skill sambil menggunakan senjata pada saat yang sama yang juga membuat pertarungan menjadi sangat fleksibel. Penting untuk diketahui kalau kamu tidak perlu menahan tombol saat mengeksekusi skill yang malah bisa membuat tidak nyaman dalam pertarungan yang intens.
Ada dua jenis musuh dalam game ini, yaitu Machines dan Organic. Seperti yang bisa kamu tebak, Machines adalah robot-robot yang menjadi gila dan berubah menjadi mesin pembunuh karena kejadian tragis, sedangkan Organic adalah musuh yang lahir dari hasil eksperimen canggih yang mencoba menggabungkan sistem zoologi dan ekologi, yang hasilnya menciptakan bencana zombie mengerikan. Setiap jenis musuhnya cukup unik dan memiliki pola serangan tersendiri untuk dipelajari, meski sebagian besarnya mudah untuk dibaca. Kamu bisa mengecek kelemahan musuh menggunakan fungsi scanner, meskipun kamu tidak pernah repot-repot memeriksanya karena semua musuh bisa dilawan dengan berbagai jenis senjata kecuali satu monster mematikan bernama Plyusch yang memang hanya bisa dibunuh dengan serangan melee.
Sayangnya, keluhan kami tentang tidak adanya indikator untuk menunjukkan keberadaan musuh masih ada di sini. Jadi seperti yang kami jelaskan di preview, ketika mereka tidak terlihat, kamu harus melihat sekeliling secara manual untuk menemukannya. Masalah utamanya adalah musuh bagaimana musuh di game ini dapat bergerak dengan sangat lincah dan cepat, sehingga mudah untuk kehilangan fokus pandanganmu ke mereka. Sementara itu, karaktermu tidak begitu lincah kecuali untuk menghindar dengan manuver dodge yang memiliki cooldown dan kemudian kemampuan untuk berlari sedikit setelah meningkatkan skill tree. Jika kamu berpikir untuk bermain secara stealth, game ini jelas tidak dibuat untuk itu. Tentu saja kamy bisa melumpuhkan beberapa musuh dengan serangan kejutan dari belakang, tapi mereka sangat sensitif dan saat melihat ke arahmu bahkan sepersekian detik saja, maka itu sudah cukup untuk menarik agroo mereka karena game ini juga tidak punya indikator deteksi musuh.
Fokus Besar ke Sistem Crafting dan Upgrade Senjata
Ada safe point yang tersebar di mana-mana di dunia terbuka dan ketika kamu mencapai bagian tertentu di fasilitas bawah tanah saat melakukan misi cerita. Dengan mengakses perangkat yang terlihat seperti kulkas, kamu bisa melakukan berbagai macam hal untuk bersiap-siap seperti meng-upgrade senjata, membuat kerajinan untuk beberapa bahan habis pakai dan amunisi, dan mengatur peralatan di ransel. Kamu akan sering kehabisan amunisi dan bahan habis pakai, jadi mampir ke titik aman ini sangat penting dan jangan lupa untuk menyimpan progresmu juga, karena fungsi quick save terkadang bisa sangat brutal ketika memilih checkpoint terakhir.
Hal ini memang membuat pertarungan menjadi kurang bermanfaat kecuali kamu melawan pasukan musuh atau bos yang kuat, karena jarahan yang mereka jatuhkan hampir semuanya terdiri dari bahan kerajinan yang bisa kamu temukan dengan mudah di mana-mana, tetapi meskipun demikian jumlahnya tidak terlalu banyak. Game ini jelas ingin mendorongmu untuk lebih banyak memanfaatkan safe point seperti ini, yang meskipun kamu tidak memiliki cukup material, ada opsi untuk membongkar beberapa item yang menambah lebih banyak bahan yang kamu butuhkan untuk membuat atau meningkatkan senjata dibandingkan saat eksplorasi. Meski begitu, kamu tetap membutuhkan blueprint untuk mendapatkan akses ke senjata baru yang beberapa di antaranya tersembunyi dan mudah terlewatkan jika kamu hanya fokus melanjutkan cerita, jadi ada baiknya untuk menjelajah secara penuh.
Game ini juga memungkinkanmu mengatur penempatan equipment di ransel. Ini adalah sistem yang benar-benar mirip seperti di game Resident Evil yang menurut kami lumayan cocok, kecuali bagaimana kamu tidak bisa menumpuk item consumable selain amunis. Jadi pilihan akan bergantung antara kamu ingin membawa lebih banyak senjata atau item pemulihan/buff.
Antara Linear dan Semi Open-World
Struktur misi Atomic Heart terasa sangat linier dan minim distraksi, hanya saja game ini ternyata juga dikemas dengan struktur semi open-world. Kami tidak yakin bagaimana merasakan hal ini, karena di satu sisi terasa sangat keren bagaimana kami bisa menjelajahi kompleks luas yang dibanjiri robot mematikan di mana-mana, tetapi tidak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa tidak banyak hal menarik yang bisa kamu lakukan di dunia ini selain mencoba mencari bahan atau blueprint. Belum lagi penjelajahan dunia itu sendiri jauh lebih berbahaya daripada yang dibayangkan.
Memang ada robot di mana-mana, tetapi masalah sebenarnya adalah ketatnya pengawasan di sekitarmu. Saat mengetahui posisimu, robot-robot akan mengerumunimu dan semakin lama kamu mencoba melawan mereka, alarm meter akan terus meningkat dan terus mendatangkan robot-robot yang lebih berbahaya. Jika itu belum cukup untuk membuatmu frustasi, ada jenis robot khusus yang dapat meregenerasi kembali robot yang telah kamu kalahkan, termasuk kamera pengintai, jadi meskipun kamu berhasil mengamankan suatu area, kamu tidak akan bisa mengeksplornya terlalu lama.
Untuk berkeliling peta kamu dibekali dengan mobil yang tersebar luas dan ini memang metode transportasi tercepat karena entah kenapa kami tidak mendapati adanya fast travel? Kontrolnya sendiri bisa terasa sangat licin dan durabilitas mobil yang kamu pilih juga tidak konsisten, seperti bagaimana mobil baru bisa hampir meledak hanya setelah menabrak satu robot. Selain open-world, sebagian besar cerita utamanya akan membawamu ke fasilitas bawah tanah yang sangat linier dan membutuhkan waktu cukup lama sebelum bisa sampai ke permukaan. Pada bagian inilah gamenya akan menyuguhkanmu dengan begitu banyak puzzle untuk mendorong progress.
Meskipun kami bukan penggemar puzzle dalam video game, harus diakui kalau ada bebeapa puzzle di Atomic Heart yang berujung cukup kreatif dan seru untuk dipeachkan. Satu hal yang bisa kami pastikan adalah kalau puzzlenya sendiri tidak terlalu rumit kecuali puzzle yang melibatkan pose Ballerina yang mungkin akan memakan waktu cukup lama bagi sebagian pemain. Hanya ada beberapa waktu di antara misi tertentu di mana kamu memiliki lebih banyak kebebasan untuk menjelajahi dunianya, jadi pastikan untuk memanfaatkannya jika kamu ingin meluangkan waktu dengan game ini dan tidak keberatan dengan ekstra tantangan.
Performa PC
Seperti biasa, kami memainkan game ini dengan ASUS ROG GL531GU yang kami gunakan sebagai laptop sehari-hari. Spesifikasinya adalah i5-9300H, GTX 1660 Ti, dan RAM 16GB. Bukan spek yang gila memang, tapi kami nyatanya berhasil memainkan game ini dalam pengaturan Atomic (Maksimum) dengan resolusi 1080p dan sangat puas dengan performanya. Tidak selalu stabil karena ada penurunan FPS yang signifikan saat menjelajahi area open-world di mana gamenya berada di 30 FPS, tapi setidaknya jarang sekali turun hingga 20 FPS kecuali pada beberapa momen. Saat bermain di level bawah bawah tanah kami selalu mendapatkan 50 – 60 FPS yang stabil, sementara di area permukaan yang lebih luas dan menuntut performa kisarannya selalu berada di 30 – 50 FPS.
Ada peningkatan kinerja yang signifikan bahkan ketika beralih ke Ultra, jadi game ini sangat bagus dalam hal pengoptimalan dan kami bayangkan bisa berjalan dengan lancar dengan spesifikasi kelas menengah. Meskipun pengoptimalannya bagus, kami mengalami beberapa kali crash yang terus menerus terjadi di area yang sama, jadi kami perlu me-restart laptop dan bahkan menginstal driver Nvidia Graphics yang baru sebelum crash tersebut hilang. Meskipun tidak sering, ada beberapa momen saat audio di gamenya hilang serta stuttering berat di beberapa cutscene cerita. Selebihnya dari itu, kami tidak memiliki masalah serius dengan versi PC dan beberapa patch rasanya sudah cukup untuk memperbaikinya.
Kesimpulan
Meskipun kami tidak suka membahas game lain saat membuat review seperti ini, Atomic Heart rasanya cukup berhasil dalam memuaskan rasa rindu untuk menjajal game BioShock modern yang sudah lama dinanti. Tapi yang paling terpenting adalah bagaimana gamenya berhasil menonjolkan identitasnya sendiri dengan style futuristik yang unik, semua sambil tetap mengambil inspirasi dari beberapa game populer yang sangat pas. Untuk sebuah proyek pertama dari developer yang baru dibentuk di 2017, ini adalah game yang dipoles dengan cukup baik terutama dari sisi production value dan memiliki potensi kuat untuk dijadikan sebuah seri, apalagi karena ada beberapa bagian dalam game yang benar-benar membutuhkan perombakan lebih demi membawa pengalaman bermain yang lebih maksimal.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
The Review
Atomic Heart
PROS
- Setting luar biasa dengan style uniknya sendiri
- Combat yang seru dan intens
- Banyak puzzle kreatif
CONS
- Porsi cerita yang masih kurang dengan ending mengecewakan
- Beberapa komponen gameplay yang masih hilang atau butuh perombakan
- Eksplorasi open-world lebih bikin frustasi
Discussion about this post