Bagi Anda yang setidaknya doyan menonton film olahraga, terutama yang berbau “gelud” seperti tinju, pastinya sudah tidak asing lagi dengan Creed yang diperankan oleh Michael B. Jordan. Kali ini, mereka kembali lagi dengan kelanjutannya lewat Creed III yang katanya bakal memperlihatkan cerita menarik dan pertarungan tinju yang intens dan menarik. Simak review kami!
Premis Cerita
Disini Adonis Creed – juara tinju kelas berat yang tak terbantahkan memutuskan untuk pensiun dengan hormat bersama keluarga yang penuh kasih dan karier manajemen yang sukses dalam Creed III. Ia menikah dengan Bianca (Tessa Thompson), seorang musisi berbakat yang beralih ke dunia produksi saat gangguan pendengarannya semakin parah. Amara (Mila Davis Kent), putri mereka yang memiliki gangguan pendengaran, cerdas dan juga seorang pejuang seperti ayahnya.
Untuk memberikan tonggak kejayaannya, Adonis bahkan melatih Felix Chavez (Jose Benavidez), sang juara baru kelas berat. Meskipun sejauh ini mereka terlihat sedang menikmati hidup, namun ada sesuatu yang akan segera berubah.
Kehidupan Adonis kembali berubah total karena kedatangan Damian Anderson (Jonathan Majors) yang tak terduga, yang baru saja keluar dari penjara setelah hampir dua dekade. Mereka lebih dari sekedar teman, mereka bisa dibilang saudara karena keduanya tinggal di panti asuhan bersama selama masa muda mereka. Damian siap untuk melanjutkan karir tinjunya karena dia juga mantan petinju amatir dan bertanya apakah Adonis bersedia membantunya mendapatkan kesempatan.
Para penonton kemudian mengetahui bahwa karena sebuah pertengkaran hebat, hal ini mengakibatkan Damian menghabiskan separuh hidupnya di penjara, sementara Adonis berhasil melarikan diri dan menemukan kejayaan yang luar biasa. Jadi kedua orang ini memiliki sejarah dan dendam tersendiri.
Damian tidak muncul begitu saja secara kebetulan kebetulan, namun dia adalah pengingat akan persahabatan masa kecil yang tidak berjalan dengan baik. Karena itu, Adonis dengan mudah dibujuk untuk memberikan kesempatan pada Damian untuk meraih gelar juara, tapi tidak ada yang berjalan dengan baik dalam film, bukan? Tapi, ini kemudian mengarah pada pertarungan besar antara Adonis dan Damian.
Jalan Cerita yang Intens
Dengan Creed III, Michael B. Jordan melakukan debutnya sebagai sutradara film layar lebar. Menurut saya dia melakukan debut yang cukup solid karena dapat menghasilkan penampilan luar biasa dari lawan mainnya dan dirinya sendiri, serta menangkap pertarungan ikonik dan mengagumkan dari seri ini dengan sangat baik. Saya sadar bahwa beberapa orang meragukan kemampuannya sebagai sutradara, namun untungnya, Michael B. Jordan membuktikan bahwa mereka salah dengan melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam Creed III.
Dia menunjukkan bakat yang luar biasa dengan melampaui nalar sebuah film tinju pada umumnya untuk mengubah skenario menjadi drama yang digerakkan oleh karakter yang intens. Hal ini terlihat jelas karena semuanya berjalan dengan kecepatan yang konstan saat Jordan meluangkan waktu untuk mengembangkan karakter dan plotnya, memberikan ruang yang cukup bagi kita untuk merasa tertarik pada konflik mereka.
Ketidakhadiran Stallone, sang kreator serial ini, bisa dibilang merupakan perubahan yang paling mencolok dalam Creed III. Stallone masih berperan dalam film ini sebagai produser, namun selain itu ia menyerahkan semuanya kepada Jordan.
Michael B. Jordan mungkin telah berperan sebagai tokoh utama dalam dua film “Creed” yang pertama. Namun, Rocky Balboa (Sylvester Stallone) masih menjadi penghubung yang penting antara film spin-off ini dengan waralaba “Rocky” yang asli. Dengan menghilangkan Rocky, Creed III memberikan kesempatan bagi Adonis untuk keluar dari bayang-bayang sang mantan tokoh utama untuk berjalan di jalannya sendiri.
Semua Peran Karakter yang Solid
Michael B. Jordan memberikan karakter Adonis ‘Creed-nya’ karisma dan kepribadian yang signifikan. Jordan melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam mengendalikan karakternya, baik saat dia bertarung melawan lawan di atas ring atau saat dia berinteraksi dengan keluarganya yang sering kali mencakup percakapan tanpa kata-kata yang diucapkan dalam Bahasa Isyarat antara dia dan putrinya, Amara. Secara keseluruhan, dia sangat hebat dan saya mengerti mengapa dia menjadi aktor yang terkenal di Hollywood.
Hal yang sama juga berlaku untuk para pemeran lainnya, khususnya Tessa Thompson, yang saya sukai adalah Jordan benar-benar menghargai pemeran pendukung. Dia memiliki momen-momennya sendiri untuk bersinar, memerankan istri Adonis dengan perjuangan pribadi yaitu gangguan pendengarannya namun tetap mendukung suaminya sampai akhir.
Setelah itu, ada Jonathan Majors, yang dikenal sebagai satu peran antagonis terbaik dalam seri “Rocky”. Dia tidak dapat disangkal adalah aktor yang memiliki kemampuan luar biasa, dan dengan mudah membawakannya sebagai Danien yang berubah dari seorang mantan penjahat yang mencari awal yang baru menjadi penjahat dengan agenda tersembunyi yang mengkhianati Adonis. Meskipun masih sangat kejam, manipulatif, kejam dan suka bermain kotor, saya tidak bisa menahan rasa simpati setelah mengetahui lebih banyak tentang latar belakangnya. Dia benar-benar unggul dalam peran semacam itu, bahkan dalam Ant-Man 3.
Gambaran yang Detail
Kramer Morgenthau, yang sebelumnya mengerjakan “Creed II,” kembali ke belakang kamera dan menangkap film ini dengan sudut yang dramatis, bayangan gelap di sekitar ring untuk menekankan pertarungan yang lebi intes, dan menampilkan warna-warna yang hidup dalam adegan yang hangat.
Dia juga membuat perbaikan yang tidak terduga pada formula tersebut. Dengan menggunakan teknik gerakan slow motion pada pertarungan, hal ini memungkinkan penonton untuk berpartisipasi dalam analisis momen demi momen dari setiap pukulan, seperti Adonis melihat kelemahan dalam pertahanan lawan dan sebagainya.
Hal ini khususnya berlaku untuk pertandingan pertama dan terakhir, di mana mereka menggunakan kombinasi sudut kamera yang bergerak cepat dan bidikan gerakan lambat dari pukulan yang ganas. Yang bisa saya katakan, saya menyukai pendekatan ini, karena tinju tidak melulu tentang pertarungan. Para petinju juga perlu memikirkan strategi. Dengan Creed yang menggunakan teknik kamera yang lebih strategis dalam filmnya, film ini menunjukkan sisi taktis dari olahraga ini yang berbeda dengan mayoritas film sejenis lainnya.
Meskipun visual Creed III memukau dan penuh dengan detail, namun sangat mengganggu ketika beberapa bagian arena menunjukkan kerumunan penonton yang “palsu”. Hal ini sangat kontras dengan estetika film lainnya.
Kesimpulan
Creed III masih tetap berpegang pada beberapa formula film tinju yang sudah sering kita lihat sebelumnya, namun aktor sekaligus sutradara Michael B. Jordan menunjukkan bahwa ia memiliki apa yang dibutuhkan untuk membuat sekuel yang hebat, dan yang lebih penting lagi, sekuel yang jauh lebih baik dari sekuel tahun 2018.
Meskipun masih merupakan sekuel dari Rocky, Creed III akhirnya mengakui bahwa kisah Adonis sekarang memiliki identitas yang benar-benar terpisah, dan kebebasan untuk membuat keputusan sendiri dan berkembang. Creed III adalah sekuel keren yang berani mengambil risiko dan berhasil melakukannya.
Dengan penampilan yang menarik, sinematografi yang bagus dan naskah yang kuat, Creed III adalah sebuah kisah tentang pantang menyerah, persahabatan, dan bagaimana melepaskan masa lalu. Karena itu, Creed III mendapatkan tempat di antara film-film tinju terbaik dengan menjadi media yang menunjukkan perjuangan detail sebuah tinju, bukan hanya pertarungan tinju biasa tentang balas dendam.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
Discussion about this post