Setelah vakum selama 10 tahun lamanya sejak penayangan Scream 4, akhirnya franchise film slasher yang legendaris ini kembali bangkit lewat seri kelimanya yang hanya diberi nama ‘Scream’ sehingga mirip karya reboot. Kami kebetulan sudah mendapat kesempatan untuk menonton Scream (2022) lebih dulu kemarin, jadi kurang lengkap rasanya jika tidak mengutarakan impresi dalam sebuah review.
Lalu apakah Scream (2022) adalah film yang berhasil menjawab ekspektasi fans setelah penantian lama? Ataukah ini adalah sebuah awal baru yang justru meleset? langsung saja simak rangkuman reviewnya di bawah ini.
Jalan Cerita (AWAS SPOILER!!)
Sebelum masuk ke pembahasan cerita, kami peringatkan kalau ada SPOILER. Untuk itu bagi kamu yang ingin menonton filmnya secara blind bisa lewati pembahasan “Akting dan Pembawaan Karakter” setelahnya.
Statusnya sebagai sekuel dari Scream 4 tidak langsung jadi jaminan kalau fans lama bisa langsung mengamati adanya koneksi sejak awal cerita, karena film ini menyusun skenario yang ada dengan lebih lambat sebelum akhirnya kamu bisa menghubungkan benang cerita tersebut dengan seri terdahulu. Ceritanya sendiri berfokus pada kelompok anak muda yang masih terbawa suasana duniawi, sebelum akhirnya dihadapkan pada terror baru yang siap merubah takdir mereka. Fokus cerita di film ini terkadang juga dialihkan ke karakter yang sempat bertahan hidup dari tragedi yang sempat terjadi di Scream 4, tapi secara keseluruhan kamu akan lebih melihat keseluruhan perspektif dari karakter Sam dan Richie.
Tentu saja sebagai film slasher pasti kamu akan dihadapi dengan adegan kematian karakter. Momen yang seharusnya bisa memberi perasaan emosional ini justru tidak meninggalkan kesan yang begitu mengena bagi kami, karena satu kekurangan terbesar yang bisa langsung diamati dari Scream (2022) adalah kurangnya spotlight untuk sebagian besar karakter. Minimnya latar belakang cerita yang membuat kita bisa bersimpati dengan mereka jadi alasan tersendiri, sehingga mereka memang terasa seperti karakter yang hanya digunakan untuk mengisi slot korban jiwa dan tidak lebih.
Selain dari momen kematian karakter, keseluruhan cerita di filmnya kami rasa juga cukup terprediksi. Ada usaha untuk membuat sebagian momen terasa lebih misterius sehingga memaksamu untuk menebak-nebak, tapi di saat yang sama mereka malah memperlihatkan cuplikan ending saat Sam dan Richie bertemu dengan Dewey, sesuatu yang seharusnya lebih dirahasiakan. Untungnya spoiler ini tidak bertahan lama, jadi ini tidak sepenuhnya merusak kesan misteri yang berusaha dibangun.
Bagian terbaik dari ceritanya justru terletak di interaksi atau dialog antar karakter yang begitu seru untuk diikuti. Kamu akan melihat bagaimana mereka saling melempar sindiran akan genre slasher dan horror yang tentu membuatmu bisa lebih bersimpati. Mereka bahkan ikut menyindir bagaimana karakter dalam film bergenre slasher sering melakukan tindakan bodoh, tapi pada akhirnya mereka juga tidak berbeda jauh / setidaknya sedikit lebih baik. Melihat perspektif cerita secara menyeluruh, mudah untuk menyadari kalau Scream (2022) berusaha mendobrak dinding keempat. Ini apalagi bisa dilihat dari diskusi akan Stab (seri film slasher serupa yang di universe Scream), seperti bagaimana film ini adalah re-quel yang mempertemukan karakter baru dan lama.
Akting dan Pembawaan Karakter
Sebagian karakter memang terasa hambar karena minimnya latar belakang yang mendukung mereka, tapi dari segi akting harus kami akui kalau hampir semua karakter di film ini berhasil membawakan peran mereka dengan baik. Salah satu contohnya seperti bagaimana Tara berusaha mendorong kursi roda dengan ekspresi ketakutan yang begitu murni, atau bagaimana Dewey yang kembali membawakan David Arquette memperlihatkan performa akting yang solid, meski ada juga beberapa momennya yang bisa dikatakan sedikit cringe.
Kualitas Visual dan Suara
Untuk sebuah film dari salah satu franchise slasher terbesar, cukup mengejutkan bagaimana Scream (2022) tidak menampilkan banyak adegan brutal alias minim darah. Bahkan pada adegan akhir yang penuh aksi frontal sekalipun kamu tidak akan banyak melihat darah atau luka yang membuat ngeri. Kamu tentu bisa melihat bekas luka dan muntahan darah karena luka tusukan, tapi yang jelas film ini mengeksekusinya dengan terlalu bersih. Beralih ke bagian suara, ini mungkin adalah yang paling tidak kami sukai, karena filmnya selalu mempresentasikan banyak momen bahkan yang terasa sepele sekalipun dengan musik menegangkan, meski pada akhirnya tidak ada apapun yang terjadi sehingga membuatnya terlalu mendramatisir.
Kesimpulan
Minimnya pengetahuan kami akan franchise Scream untungnya tidak membuat film ini sulit untuk diikuti, karena Scream (2022) juga membawa karakter lama yang ikut memberi andil kuat dalam membangun cerita serta menjelaskan peristiwa lama kepada penonton baru. Berawal dari cerita yang lebih terasa seperti seri reboot, filmnya berkembang natural dan menghubungkan lebih banyak benang merah hingga akhir cerita. Untungnya kami tidak punya ekspektasi besar sebelum menonton, sehingga film ini pada akhirnya tetap terasa memuaskan.
Terlepas dari minimnya adegan brutal / penuh darah, momen mengerikan, serta momen kematian karakter yang mengena, satu bagian yang membuat film ini bersinar bagi kami adalah dari interaksi antar karakter, terutama saat menyinggung kebanyakan film di genre slasher. Selama kamu bisa menjaga ekspektasi, maka ini bisa jadi tontonan yang lumayan seru untuk mengisi waktu luang dan cukup ringan bagi kamu yang ingin menonton film horror tapi kurang terbiasa dengan genrenya. Sedangkan untuk para fans lama, ini yang jelas adalah film yang cukup menyegarkan, setidaknya jika dibandingkan dengan sebagian seri terdahulu.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
The Review
Scream (2022)
PROS
- Komentar akan genre slasher / horror yang menghibur
- Performa akting yang cukup solid dari banyak karakter
CONS
- Kurang seram dan brutal
- Aspek character development yang lemah
Discussion about this post