Meskipun saat ini para gamer lebih banyak ditawarkan pada sebuah game action open-world yang bisa dibilang cukup mendominasi, masih ada segelintir developer yang doyan membuat game-game klasik dengan basis strategi. Contohnya saja Square Enix dengan The DioField Chronicle yang membawa konsep yang cukup unik yang menggabungkan banyak inspirasi dari banyak game.
The DioField Chronicle adalah game Square Enix yang menawarkan genre strategi real-time yang cukup seru karena mengambil inspirasi dari MMO dan MOBA sekaligus. Kami mendapatkan kesempatan untuk mencicipi game tersebut. Mari simak review The DioField Chronicle kami!
Jalan Cerita yang Generik & Membosankan
The DioField Chronicle memiliki plot cerita yang terbilang standar untuk ukuran sebuah game JRPG. Gamenya memiliki setting cerita disebuah daerah yang diberinama Diofield dengan karajaan Kingdom of Alletain yang sedang diinvasi oleh kerajaan jahat lainnya yang lebih besar karena menginginkan sebuah sumber daya sihir yang powerful yang disebut dengan Jade. Kamu akan mengendalikan sebuah kelompok yang diberinama Blue Foxes yang dipimpin sang protagonis – Angrias. Tujuannya? Menghentikan invasi yang merugikan tersebut.
Benar bukan? Plot seperti itu menurut kami benar-benar standar dan sudah sering kita temui di game JRPG atau anime. Bahkan, impresi awal ceritanya tidak membuat kami tertarik untuk terus memainkannya dan terkesan membosankan. Cuma sekedar disuruh menyelematkan orang, mengalahkan bandit, dan hal-hal generik lainnya.
Kamu juga tidak akan dibuat penasaran dengan penggambaran cerita yang terburu-buru. Misalnya, pada chapter pertama sebuah group diberitahukan telah terbantai dan salah satu karakter penting tewas. Adegannya tiba-tiba berhenti dan sebuah cuts-in muncul dengan narator yang menjelaskan mengapai karakter penting tersebut tewas. Kamu tidak akan diperlihatkan bagaimana reaksi karakter lainnya dan bagaimana hal-hal disekitar terkena dampaknya.
Berbagai Karakter yang Unik
Jalan cerita yang menurut kami biasa saja tersebut untungnya dibalut dengan berbagai karakter yang unik dengan berbagai kepribadian yang berbeda-beda. Gaya karakter disini seperti Game of Thrones ala political drama. Misalnya sang protagonis – Agrias yang adalah pria berkepala dingin dengan kepercayaan diri yang tinggi. Fredret adalah sahabat sang karakter utama yang blak-blakan soal apapun. Ada juga Isca yang adalah bangsawan yang baik hati.
Karakter yang cukup menarik perhatian saya adalah Waltaquin Redditch (gadis berambut putih). Ketika pertama kali melihatnya, dia tampil sebagai putri pendiam yang baik, tetapi segera terungkap bahwa dia adalah masokis yang licik. Dia tertawa gembira ketika memanggil meteor untuk menghujani musuh, dia menjadi sangat bersemangat untuk melawan lebih banyak musuh dan kecewa ketika mereka terlalu lemah karena kurang menyenangkan baginya.
Gameplay dengan Intensitas Tinggi Jadi Sajian Utama
The DioField Chronicle memiliki gameplay yang berbeda dari Strategi JRPG karena sang developer lebih menakankan ke arah real-time strategi. Pada pertarungan, kamu memiliki empat karakter di map. Ada sebuah cursor untuk memilih karakter mana yang ingin dikendalikan. Cara menggerakannya hanya menekan sebuah tombol lalu seakan-akan menggariskan kemana karaktermu akan pergi, termasuk juga ketika ingin menyerang musuh.
Setiap karakter disini memiliki kemampuan unik atau Special Attack. Efeknya bermacam-macam, ada yang memiliki serangan AoE, memberikan buff atau stun musuh agar tidak bisa bergerak. Tiap karakter juga dibagi menjadi empat class, yaitu Soldiers (DPS), Cavaliers (Tank), Sharpshooters (Ranged), and Magickers (Healer / Summoner).
Sayangnya, kamu cuma bisa mengendalikan empat karakter utama saja pada setiap pertarungan. Tiap karakter “primary” tersebut bisa dipasangkan dengan karakter “bench” yang mana sekaligus bisa mengambil Special Attack yang ia miliki. Karakter cadangan tersebut nantinya juga mendapatkan XP serta Ability Point setelah pertarungan.
Ada juga sebuah sistem yang disebut dengan Magilumic Orbs yang memungkinkan untuk melakukan Summon yang powerful seperti misalnya Bahamut untuk menghasilkan damage yang masif. Namun untuk bisa melakukannya membutuhkan Blue Orbs yang drop tiap musuh tewas. Artinya, kamu bisa menggunakannya saat terdesak atau disimpan ketika lawan musuh yang sulit.
Tiap kali menyelesaikan misi atau pertarungan, kamu akan mendapatkan XP untuk meningkatkan stat karakter. Ada juga Ability Point untuk meningkatkan skill pasif. Ada juga sistem untuk meningkatkan level senjata, mendapatkan skill seperti summon. Kostumisasi progress ini terbilang cukup luas, namun tidak begitu rumit untuk dipelajari.
Menurut kami gameplay strategi real-time seperti ini cukup unik, dimana para pemain benar-benar dituntut untuk bisa berfikir cepat melakukan serangan, bertahan, heal, summon, dan ketika bisa menyelesaikan tiap pertarungan tersebut rasanya puas banget karena intensitas yang begitu tinggi. Meskipun harus kami akui meskipun gameplaynya fun, tapi akan terasa repetitif jika dilama-lamain.
Kualitas Visual yang Elegan
Saya sangat menyukai gaya art dan visual di game ini. Gayanya seperti sebuah game klasik fantasy yang aestetik serta elegan disaat yang sama. Tidak mengherankan memang, karena style di game ini didesain oleh Isamu Kamikokuryo yang sebelumnya terlibat pada Final Fantasy 12. Saya juga menyukai bagaimana gaya berpakaian untuk berbagai karakter ala tahun 1700an dengan beberapa karakter mengenakan setelan lengkap baju besi ksatria dan yang lainnya dalam setelan jas dan topi mewah.
Sementara mapnya sendiri terlihat sederhana dan terkesan kecil. Apalagi ketika mengeluarkan summon, bahkan Bahamut terkesan lebih besar dari map yang disediakan. Tapi hal tersebut bisa menunjukan betapa powerfulnya summon dan kekuatannya yang bisa merubah jalannya pertarungan.
Untuk berbicara soundtrack, kami juga memberikan pujian yang super positif karena bisa mengurangi kebosanan ketika saya merasa game ini mulai repetitif. Ramin Djawadi dan Brandon Campbell yang sebelumnya terlihat di Game of Thrones melakukan pekerjaan yang baik untuk The DioField Chronicle.
Kesimpulan
Saya salut bahwa The DioField Chronicle berani membawa sesuatu yang berbeda dari segi gameplay. Bagaimana merek menggabungkan konsep strategi JRPG yang kaku dengan RTS ala barat beserta elemen MOBA didalamnya justru membuat gamenya semakin menarik untuk dinikmati dengan intensitas tinggi. Kami bahkan berani menyarankan yang tak suka dengan game strategi bisa mencicipi game ini untuk permulaan nyemplung di genre tersebut.
Presentasi yang dimilikinya dari segi visual hingga soundtrack menjadi nilai lebih. Sayangnya, hal tersebut harus sedikit di nodai dengan jalan cerita yang sudah terkesan generik yang biasa dijumpai di banyak game JRPG atau anime. Jika mereka bisa meracik jalan ceritanya menjadi lebih baik, game ini mungkin akan mendekati kata sempurna.
The DioField Chronicle sudah resmi dirilis dan bisa kamu mainkan di PlayStation 4, PlayStation 5, Xbox One, Xbox Series, Switch, dan juga PC melalui Steam. Jangan lupa kunjungi situs resminya DI SINI untuk berbagai informasi lebih lanjut.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
The Review
The DioField Chronicle
PROS
- Gameplay strategi dengan intensitas tinggi
- Visual yang cantik dan elegan
- Soundtrack yang meningkatkan keseruan bermain
CONS
- Jalan cerita yang penting malah terkesan generik
- Map yang agak kecil
Discussion about this post