Reputasi kuat The Last of Us sebagi salah satu game paling berpengaruh sepanjang satu dekade lalu telah menempatkan Naughty Dog dalam posisi lebih tinggi. Berbekal dorongan ekspektasi kuat dan pengalaman panjang dalam mengembangkan game single player berkualitas, hingga sekarang kami masih dibuat kagum dengan tingkat production value yang mereka raih lewat sekuelnya. Demi memberi lebih banyak fans kesempatan untuk mengikuti seri ini dengan lebih mulus sembari menjaga standar kualitas terbaik, tim developer akhirnya mengambil langkah berani untuk membuat remake dari game originalnya dengan judul baru The Last of Us Part I.
Kami sudah mendapat kesempatan untuk memainkan gamenya lebih dulu lewat review copy yang disediakan oleh pihak Sony Interactive Entertainment. Karena porsi campaign yang tidak sepanjang layaknya memainkan game RPG penuh, kami sudah sempat menamatkannya sampai dua kali untuk membuka akses ke beberapa konten end game yang dikunci. Lalu apakah ini adalah sebuah remake yang memang diperlukan dan pantas untuk didapat? Langsung saja simak bahasannya pada review kami di bawah ini!
Mengenai Gamenya
Karena termasuk remake 1:1 dari game originalnya, kali ini kami tidak akan membahas gamenya terlalu dalam selain dari sisi teknis. Tapi tetap saja setidaknya sebagian dari kamu mungkin perlu memahami penjelasan singkat. Jadi The Last of Us sendiri adalah game action adventure besutan Naughty Dog yang pada saat itu ingin mengembangkan IP baru selain dari seri Uncharted. Eksperimen mereka berujung pada kesuksesan besar hingga gamenya mendapat pengakuan sebagai salah satu yang terbaik sepanjang satu dekade lalu.
Cerita utamanya sendiri mengambil latar di Amerika Serikat yang pada suatu hari dilanda sebuah wabah virus ganas dari mutasi jamur Cordyceps mutan yang perlahan membawa malapetaka di seluruh penjuru dunia. Kamu akan berperan sebagai pria bernama Joel, salah satu yang selamat dari pecahnya wabah pertama sejak 20 tahun lalu sebelum cerita utama dimulai dan harus berhadapan dengan sebuah petualangan tidak terduga dengan gadis remaja bernama Ellie. Meski awalnya tidak memiliki simpati kuat dan hanya mementingkan diri sendiri, Joel mulai membuka hatinya pada Ellie dan pemain akan diperlihatkan pada cerita emosional serta menegangkan di sepanjang jalannya permainan dari usaha mereka untuk bertahan hidup.
Gamenya dimainkan dari sudut pandang third person shooter (TPS) menyusuri dunia post-apocalyptic berbahaya dan punya cerita di baliknya. Ada penekanan besar pada aspek survival di mana perjalanan dari titik A ke titik B bisa menjadi sebuah petualangan yang cukup berkesan. Bahaya yang akan kamu hadapi tidak hanya datang dari manusia yang sudah bermutasi menjadi zombie (Clicker), tapi juga datang dari kelompok pemburu dan militan yang siap menghalangi jalanmu. Untuk sebagian besar progressnya kamu memang hanya bermain sebagai Joel, tapi ada beberapa porsi singkat di mana Ellie menjadi fokus utama. Satu hal yang pasti adalah keduanya saling dapat mendukung satu sama lain dan melihat perkembangan karakternya di sepanjang cerita adalah salah satu highlight paling istimewa dari game ini.
Penyempurnaan di Segala Sisi
Seperti yang kami katakan sebelumnya, game ini adalah remake murni yang berhasil menawarkan begitu banyak peningkatan hingga ke bagian terkecil dengan sangat baik. Tidak ada lagi batasan teknis pada kebutuhan performa konsol untuk membuat game yang jauh lebih dekat dengan bayangan tim developer. Perubahan terbesar jelas ada pada perombakan visual menyeluruh dengan semua aset baru. Baik itu lingkungan atau model karakter, semuanya terlihat begitu indah. Melihat trailernya saja tidak cukup untuk menghargai kualitas yang ditawarkan, karena ada perbedaan yang sangat besar ketika kamu memainkan gamenya secara langsung, apalagi karena kami belum begitu lama menamatkan versi remasternya, jadi rasanya lebih mudah untuk melihat perbedaan secara langsung termasuk penambahan workbench hingga desain UI yang lebih mendekati Part II.
Desain lingkungan terlihat jauh lebih subur dan punya detail kompleks, jadi setiap kali kami memasuki sebuah area baru, rasanya memang seperti menjelajahi game yang berbeda. Untuk model karakternya, semua sosok ikonik dari game originalnya terlihat berbeda kecuali Joel dan Ellie yang pada dasarnya sudah sama persis dengan yang ada di adegan flashback pada Part II. Entah kenapa ini terasa seperti takdir juga, karena pada waktu itu kami sempat membayangkan bagaimana rasanya bisa memainkan game original The Last of Us dengan kualitas grafis sebagus sekuelnya, dan siapa sangka kalau sekarang itu tidak hanya jadi bayangan semata.
Perubahan desain pada setiap karakter memang terlihat mengagumkan, hanya saja kami masih kurang nyaman dengan desain wajah Tess yang terlihat jauh lebih tua dan menyerupai nenek-nenek muda. Ini mungkin karena pihak developer ingin menyuguhkan ekspresi wajah yang lebih realistis dengan desain baru tersebut, sesuatu yang sudah langsung kami perhatikan secara mendalam juga setiap kali adanya cutscene cerita yang diputar. Bahkan ada beberapa sudut pandang yang membuat cutscene dalam game ini terlihat sangat realistis hingga menyerupai film live-action murni.
Peningkatan lain yang sangat kami hargai juga ada pada modernisasi mekanisme gameplay. Bagi kami game originalnya dulu sudah bagus, tapi semenjak Part II rasanya sulit untuk kembali ke mekanisme lama yang jelas tidak sebaik sekuelnya. Kali ini kontrol dan gunplay yang ditawarkan sudah terasa jauh lebih solid. Ada bobot lebih yang bisa dirasakan pada setiap tembakan yang berujung membuat setiap pertarungan terasa lebih intens. Ada peningkatan kualitas pada AI, hanya saja untuk bagian ini belum bisa dibilang sempurna karena ada beberapa situasi saat musuh terasa kikuk seperti tidak melakukan apapun saat Ellie bergerak di depan mereka secara langsung karena perhatian yang lebih tertuju pada Joel, atau saat mereka batal menyerang karaktermu untuk kemudian kembali mencari tempat untuk berlindung. Mengesampingkan semua itu, dari segi gameplay yang jelas ada penyempurnaan signifikan dan cukup berhasil membuat kami jauh lebih menikmatinya meski sudah menamatkan game yang sama sampai 4x sebelum ini.
Fitur PlayStation 5
Selain fitur-fitur utama yang sudah kami bahas di atas, highlight terbesar lain dari The Last of Us Part I tentunya ada pada semua fitur baru yang dirancang khusus untuk meningkatkan pengalaman bermainmu di PlayStation 5. Ada begitu banyak yang bisa ditawarkan, tapi mari kita mulai dengan performanya lebih dulu. Jadi kami memainkan gamenya di TV 4K dan dibuat terkejut dengan performanya pada pilihan mode rendering berbeda. Ada mode Fidelity yang mengutamakan kualitas visual terbaik pada resolusi 4K (30Hz) dengan 30 fps dan Performance di mana kamu bisa mendapatkan gameplay yang lebih mulus di 60 fps dengan resolusi seimbang.
Berikut kamu bisa melihat contoh screenshot perbandingan visual dari kedua modenya:
Biasanya dibandingkan dengan game eksklusif PlayStation lainnya, kami cenderung sulit mendapat kenyamanan maksimal karena kualitasnya cenderung berat sebelah yaitu grafis mulus tapi fps yang terasa kurang nyaman di mata atau kualitas gambar yang terlalu blur untuk bisa mendapat performa mulus. Untuk yang satu ini untungnya The Last of Us Part I berhasil menanganinya dengan sangat baik. Mode Fidelity yang terkunci pada 30fps terasa nyaman untuk dimainkan dengan performa konsisten dalam situasi apapun. Sementara mode Performance memang membuat grafis menjadi lebih blur, tapi perubahannya sendiri tidak begitu dratis dan kualitas grafis yang ditawarkan masih terlihat bagus terutama di cutscene. Kamu bahkan masih bisa mendapat pengalaman lebih maksimal dengan memainkan gamenya di monitor 120Hz karena masih ada variasi mode Fidelity dan Performance khusus dengan framerate yang lebih tinggi.
Berbicara soal performa, waktu loading sudah hampir instan sehingga kamu tidak perlu menunggu lama untuk kembali dilempar ke gameplay saat mengulang checkpoint. Kami terutama ikut memperhatikan bagaimana gamenya hampir tidak memberi loading pada transisi cutscene yang hanya dialihkan ke layar hitam dalam sekejap layaknya menonton film. Bukan transisi paling sempurna memang, tapi setidaknya kamu tidak perlu khawatir soal adanya loading yang menganggu tempo gamenya. Sudah pasti ada pemanfaatan fitur DualSense seperti Haptic Feedback dan Adaptive Trigger. Bagian ini dioptimalkan secara signifikan untuk sensasi tembak-menembak yang lebih imersif, tapi ada juga beberapa momen di mana kamu dapat merasakan sedikit getaran yang menambah kesan mendalam saat menjelajahi dunia di sekeliling, contohnya seperti seberapa intens dentuman suara kaki atau sumber suara. Untuk tingkat imersif terbaik, game ini juga mendukung Tempest 3D AudioTech di PlayStation 5, meski sayangnya kami tidak memiliki headset yang mendukung 3D Audio untuk benar-benar merasakan sensasinya secara langsung.
Tambahan paling menarik lainnya adalah fitur aksesibilitas yang lebih diperluas. Secara total ada lebih dari 60 opsi yang ditawarkan di mana masing-masing telah menghilangkan restriksi bagi mereka yang berkebutuhan khusus untuk bisa memainkan gamenya. Lebih kerennya lagi, pihak developer bahkan sudah secara khusus menambahkan mode Audio Description yang belum pernah ada di game eksklusif PlayStation manapun. Mode ini dibuat khusus untuk membantu para pemain tunanetra agar bisa mendapat gambaran yang lebih nyata saat memainkan gamenya, sebuah fitur yang semoga bisa kita lihat pada lebih banyak game modern di masa depan. Kami akui tidak begitu mengeksplor fitur ini karena tidak secara spesifik membutuhkannya, yang jelas perlu diketahui saja kalau gamenya sudah menyediakan fitur aksesibilitas yang begitu lengkap dan akhirnya dapat memberi kesempatan ke lebih banyak pemain untuk bisa memaninkan game original The Last of Us untuk pertama kali.
Oh ya, tidak ketinggalan mereka juga merombak Photo Mode di mana kamu memiliki lebih banyak opsi untuk menangkap screenshot terbaik. Gim ini terlihat begitu menawan dari segi presentasi, jadi sudah wajar bagi pihak developer untuk memperluas fitur ini karena kami bisa membayangkan pasti ada banyak fans yang berusaha membuat koleksi screenshot komparasi dengan versi remasternya dulu.
Apakah Ada Ekstra Konten?
Karena termasuk remake 1:1 yang berusaha menjaga pengalaman bermain paling murni, gamenya tidak membawa konten baru yang begitu signifikan pada cerita dan semacamnya. Kamu diberi akses ke DLC Left Behind, tapi dengan absennya mode multiplayer yang memang tidak mengagetkan, apalagi dari rencana Naughty Dog untuk merilis game multiplayer standalone di masa mendatang. Bukan berarti tidak ada sama sekali konten ekstra yang bisa dinikmati tentunya, karena sekarang pemain diberi akses ke mode Permadeath dan Speedrun baru bagi yang menginginkan tantangan ekstra. Mereka bahkan memberikan opsi tambahan untuk mengaturnya lebih jauh seperti bagaimana kamu dapat mengatur efek Permadeath untuk setiap chapter daripada mengulang progress dari awal lagi.
Dari awal semua opsi tingkat kesulitan sudah terbuka sehingga pemain veteran paling handal bisa langsung memainakn gamenya ini di tingkat kesulitan Grounded. Tapi perlu kami peringkatkan kalau gamenya bisa lumayan brutal bahkan pada tingkat kesulitan Moderate, jadi bagi pendatang baru sebaiknya ambil tingkat kesulitan yang sudah disarankan. Seiring jalannya progress permainan, kamu bisa mendapatkan poin khusus (P) yang nantinya dapat ditukar dengan beberapa konten dari menu Extra. Ada Concept Art, 3D Model Viewer, dan bahkan video Behind the Scene dengan tambahan Podcast resmi yang sangat informatif. Sebenarnya masih ada beberapa konten sampingan lain yang ditawarkan seperti skin, galeri filter, gameplay modifier, dan rekap speedrun yang tentunya semakin menambah replayability, tapi ini memang hanya dikhususkan bagi mereka yang sudah menamatkan gamenya sekali.
Kesimpulan
Belum genap satu dekade sejak rilis game originalnya dan kita sudah melihat The Last of Us mendapat remake di atas versi remaster terpisah. Bisa terkesan sedikit overselling, tapi kami tidak bisa menyangkal kalau The Last of Us Part I adalah wujud sesempurna dari sebuah remake 1:1 sepetti ini. Bahkan bagi kami sendiri yang sudah menamatkan gamenya sampai berkali-kali, remakenya ini masih membawa pengalaman yang sangat mendebarkan dan bahkan lebih menyenangkan karena kami benar-benar dapat melihat semua peningkatan dengan lebih jelas. Ini tidak hanya soal kualitas grafis saja, karena pihak developer sudah benar-benar memoles game ini di semua aspek termasuk memodernisasi gameplay hingga menambahkan begitu banyak fitur aksesibilitas yang bahkan lebih baik dibanding kebanyakan game di pasaran saat ini.
Dibalik pujian tinggi tersebut, di sisi lain kami masih saya merasa kalau label harga standarnya di IDR 1,029,000 masih terasa mahal, apalagi karena tidak adanya mode multiplayer dan fakta kalau versi remasternya bisa dimainkan secara gratis via PlayStation Plus. Tapi jika berbicara soal fans fanatik maupun pendatang baru di serinya, maka The Last of Us Part I adalah rekomendasi paling mudah untuk diambil.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
The Review
The Last of Us Part I (2022)
PROS
- Grafis hingga model karakter memukau yang hampir setara kualitas Part II
- Gameplay yang lebih modern dan seru untuk dimainkan kembali
- Performa stabil dengan optimisasi maksimal pada mode Fidelity & Performance
- Fitur aksesibilitas lengkap yang juga termasuk mode Audio Description
CONS
- AI yang baru masih belum sepenuhnya sempurna
- Harga yang masih terhitung mahal kecuali untuk fans fanatik atau pendatang baru
Discussion about this post