Setelah melewati penantian panjang hingga beberapa kali penundaan rilis, akhirnya Bandai Namco telah resmi merilis Digimon Survive. Game yang dikembangkan bersama developer HYDE ini memang membawa konsep yang sangat berbeda dari kebanyakan game lain di franchisenya. Alih-alih hadir sebagai JRPG standar yang alurnya mudah ditebak, Digimon Survive justru dikemas dalam format visual novel dengan cerita gelap yang ditambah sedikit porsi gameplay tactical RPG.
Kamu akan mengikuti cerita Takuma Momozuka bersama tema-teman sekolahnya dalam liburan berkemah, yang tidak disangka kemudian berujung menyeret mereka ke dalam sebuah dunia baru yang dipenuhi monster dan bahaya di setiap sudut. Dalam usaha untuk mencari jalan pulang, kamu akan dihadapkan pada sekian banyak keputusan penuh konsekuensi serta pertarungan mematikan dalam format SRPG. Bergantung dari keputusan yang diambil, akan ada dampak yang selalu mengikuti baik itu dari evolusi Digimon hingga ke ending cerita.
Itulah setidaknya gambaran singkat mengenai Digimon Survive, tapi sebelum masuk lebih dalam ke review utama di bawah, kami ingin memastikan kalau TIDAK ADA SPOILER sehingga kamu bisa membaca impresi lengkapnya tanpa khawatir. Ini karena kami paham betul kalau daya tarik terkuat gamenya ada pada cerita, seperti bagaimana pihak Bandai sampai memberi himbauan untuk tidak menyebar spoiler setelah Chapter 5 atau setidaknya memberi peringatan lebih dulu.
Cerita yang Luar Biasa
Tanpa basa-basi kami bisa dengan percaya diri mengatakan kalau cerita yang dibawanya memang luar biasa. Bahkan meski Digimon yang merupakan elemen utamanya dihilangkan sekalipun, kamu tetap akan disuguhkan dengan cerita yang begitu kuat dan siap menyayat perasaan. Konsepnya sedikit mengingatkan kami dengan Danganronpa 3, yang mana ceritanya melibatkan para remaja yang terjebak dalam sebuah sekolah antah berantah sembari berusaha bertahan hidup, tapi bedanya ancaman datang dari monster mengerikan yang tidak kenal ampun.
Setiap karakternya memiliki latar belakang kisah dan pembawaan yang realistis. Mereka benar-benar digambarkan layaknya remaja muda yang tidak tahu harus berbuat apa saat dihadapkan pada situasi berbahaya, seperti bagaimana mereka bisa saling melempar tanggung jawab hanya karena perbedaan usia dan alasan umum lain. Jadi kita memang tidak berbicara soal karakter dengan kemampuan spesial atau yang didukung plot armor cliche, melainkan kelompok remaja yang serasa bisa ditemui dengan mudah di dunia nyata apalagi saat bisa dihadapkan pada skenario serupa.
Terkadang ada juga momen yang sangat menguji moral, seperti bagaimana kamu bisa mencari murid yang tersesat atau mencari makanan serta air bagi mereka yang masih ada dalam kelompok. Tentunya tidak ada pilihan yang salah di antara keduanya, tapi setiap pilihan pasti membawa konsekuensi yang bahkan bisa berujung pada kematian karakter. Yup benar sekali, cerita dalam game ini memang dibuat jauh lebih gelap dan dibayangi dengan begitu banyak momen mengerikan. Sesuatu yang mungkin tidak terprediksi oleh sebagian pemain, tapi di sisi lain adalah sebuah pendekatan ekstrim yang membuat Digimon tidak bisa dipandang sebagai franchise untuk kalangan fans muda saja.
Kematian karakter dan momen mengerikan lain adalah sesuatu yang sudah pasti akan kamu temui di sepanjang permainan, tapi tentu saja kami tidak bisa membahasnya karena spoiler besar. Apa yang membuat ceritanya lebih terasa berat juga ada pada fakta kalau setiap konsekuensi adalah hasil dari keputusanmu. Kematian karakter termasuk salah satunya yang pasti membuat sebagian pemain jadi merasa kecewa dengan diri sendiri, apalagi saat melihat reaksi dari para remaja yang semakin depresi. Dengan banyaknya situasi berbahaya dan momen mengerikan di sepanjang permainan, bisa melihat reaksi para karakter mulai dari perasaan putus asa, saling bertengkar, hingga menenangkan satu sama lain semuanya dipresentasikan dengan begitu realistis.
Tentunya ini tidak hanya sebatas pada karakter utama saja, karena setiap dari mereka akan ditemani dengan partner Digimon berbeda. Pada bagian inilah kamu juga akan melihat interaksi antar karakter dan Digimon mereka yang ditangani dengan sangat baik. Terkadang ada dari mereka yang saling menyukai satu sama lain, atau ada juga yang tidak bisa saling bekerjasama, intinya setiap hubungan antar manusia dan Digimon ini selalu memberi pelajaran berbeda. Satu-satunya bagian yang mungkin membuat ceritanya terasa cliche adalah saat para karakter berhasil menghadapi rasa takut mereka hingga berujung membuat partner Digimon berevolusi. Selebihnya, cerita yang ditawarkan memang sangat solid dan realistis.
Apresiasi tambahan juga ingin kami beri pada suasana gamenya sendiri, yang mana pihak developer berhasil menciptakan style visual novel 2D yang sangat atmosferik dan membuat setiap suasana terasa lebih imersif. Ini adalah pengalaman yang sangat jarang kami dapati dari game visual novel, kecuali mungkin World End Syndrome dan itupun karena gamenya juga menyuguhkan kualitas background hingga efek suara yang sukses membawamu seolah masuk ke dalam dunianya.
Porsi Tactical RPG Apa Adanya
Berbanding dengan konten cerita utamanya yang bisa dibilang sempurna, porsi SRPG dalam game ini justru terkesan biasa saja. Ini karena gameplaynya lebih sekedar ada untuk memfasilitasi perkembangan cerita, apalagi karena statusnya sebagai game Digimon yang tidak pernah lepas dari pertarungan antar monster keren. Format gameplay taktikalnya cukup sederhana dan masih dikemas dalam grafis 2D. Sebelum memulai pertarungan, kamu bisa mengatur formasi Digimon sebelum terlibat dalam pertarungan melawan Digimon liar lain. Damage yang dihasilkan bisa lebih tinggi jika kamu menyerang dari samping atau belakang, tapi selebihnya sistem yang ditawarkan masih cukup standar.
Ini bukan berarti pihak developer memberi identitas khusus pada gameplaynya, karena Digimon Survive masih membawa sistem Digivolve yang menarik. Jadi seperti kebanyakan game lain di franchisenya, setiap Digimon yang dimiliki karakter utama dapat berevolusi ke berbagai wujud berbeda yang bergantung dari tiga tipe khusus yaitu Vaccine, Data, dan Virus. Cara kerjanya mirip permainan Gunting Batu Kertas yang menempatkan setiap tipe agar lebih superior dan lemah antar satu sama lain. Sebagai contoh partner Digimon utama kami memiliki tipe Vaccine dan karena musuh yang dihadapinya bertipe Data, maka kami bisa memanfaatkan Digivolve untuk melawan mereka. Kasus yang sama juga bisa diterapkan saat ada musuh lain dengan tipe berbeda dan bagaimana kamu bisa Devolve untuk kembali menyesuaikan situasinya.
Porsi combat yang terbatas bukan satu-satunya alasan kenapa kami kurang bisa merekomendasikan game ini ke fans tactical RPG, karena tingkat kesulitan yang ditawarkannya juga terlalu mudah. Sebenarnya ada opsi untuk mengganti tingkat kesulitan di setiap awal pertempuran, tapi AI musuh akan selalu bergerak dalam satu strategi yang sudah ditentukan. Perbedaannya bisa dibilang hanya ada pada seberapa tebal pertahanan dan sakitnya serangan mereka. Selain itu, gamenya juga tidak sampai memberi ekstra reward atau loot meski sudah memainkan di tingkat kesulitan tertinggi, jadi yang ada kami malah terasa seperti membuang waktu dan ingin langsung melanjutkan ceritanya saja.
Elemen Gameplay Lain
Meski lebih bisa dikatakan sebagai game visual novel, ini bukan berarti tidak ada semacam sistem khusus yang membuatmu bisa lebih berinteraksi dengan ceritanya. Daripada mengikuti alur linear, Digimon Survive akan sering melempar banyak pilihan krusial yang penuh konsekuensi untuk kamu ambil. Bergantung dari mana yang kamu pilih, terkadang pilihan tersebut bisa menambah poin Moral, Harmonious, dan Wrathfullness yang menggambarkan suasana kelompok (mirip sistem allignment Chaos dan Order di game Shin Megami Tensei, tapi kali ini kamu diberi tiga opsi). Sistem ini akan berpengaruh pada perkembangan cerita, momen seperti apa yang akan kamu hadapi nanti, serta wujud evolusi semacam apa yang akan didapat karaktermu. Sebagai contoh Agumon dapat berevolusi ke Greymon jika status Moral lebih tinggi, tapi jika statusnya lebih mengarah ke Harmonious maka dia akan berevolusi ke Tyrannomon.
Sistem ini bahkan berpengaruh juga pada opsi Free Digimon yang bisa kamu rekrut, seperti bagaimana status Wrathful memberi kesempatan lebih tinggi untuk merekrut Digimon tipe Virus, Moral memberi bonus ke tipe Vaccine, dan Harmounious untuk tipe Data. Ketiga statistik ini sebenarnya tidak menjadi syarat wajib untuk mendapat Free Digimon, hanya saja kesempatanmu untuk bisa sukses jadi jauh lebih kecil. Cara merekrut para Digimon liar juga cukup sama dengan game SMT, seperti bagaimana kamu diberi perintah “Talk” untuk memulai percakapan, menjawab pertanyaan dari mereka, dan kemudian coba membujuk untuk bergabung dalam party. Perbedaan lain dari Digimon liar ada pada kemampuan mereka dalam berevolusi. Jika partner Digimon utama dari setiap karakter dapat berevolusi dan kembali ke wujud semula dengan bebasnya bahkan saat berada di tengah pertarungan, Digimon liar hanya bisa berevolusi di luar pertarungan dan akan bertahan permanen dalam wujud barunya.
Selain dari sistem allignment dan rekrutmen, gamenya juga menyuguhkan porsi eksplorasi yang memungkinkamu untuk mengecek situasi beberapa area, tapi ini sebenarnya lebih dikhususkan untuk memberimu kesempatan berinteraksi dengan karakter lain. Dari sinilah gamenya memperkenalkanmu dengan sistem Affinity / hubungan dengan karakter lain. Cara kerjanya juga sama dengan sebagian game visual novel lain seperti Danganronpa lewat Free Time Event, yang mana pada setiap chapter kamu akan diberi kesempatan terbatas untuk memilih karakter mana untuk diajak berinteraksi. Siatemnya juga bisa disamakan dengan Social Link dalam game Persona, hanya saja indikatornya kali ini ditandai ikon hati dengan skor 0 – 100. Selain memberi pemahaman lebih dalam pada latar belakang dari masing-masing karakter dan hubungan mereka dengan Takuma, Affinity yang tinggi juga berdampak pada potensi kemampuan bertarung untuk setiap Digimon utama.
Kesimpulan
Pada akhirnya kami selalu dibuat terkejut akan kekuatan cerita yang terkadang bisa dijadikan jaminan akan kualitas sebuah game. Sebagai fans yang sudah memainkan begitu banyak adaptasi gamenya mulai dari seri Digimon World sejak era PS1, mungkin Digimon Survive adalah game terbaik yang tidak hanya terbatas pada franchisenya saja, tapi juga keseluruhan genre visual novel misteri / horror. Ini adalah game dengan cerita luar biasa yang berhasil menyita perhatian kami layaknya saat memainkan seri Umineko atau Danganronpa, sebuah momen yang sudah lama kami nantikan dan siapa sangka bisa dibawa kembali oleh game Digimon.
Terlepas dari format visual novel yang mungkin kurang disukai oleh sebagian pemain, kami justru merasa kalau ini adalah game yang paling cocok untuk direkomendasikan ke pendatang baru. Semua karena keseluruhan cerita dan atmosfernya berhasil menciptakan salah satu pengalaman bermain paling memorable dibanding kebanyakan game lain yang sudah kami tamatkan tahun ini. Pujian yang sama sayangnya tidak berlaku untuk porsi SRPG yang ditawarkan, karena sistem combatnya terlalu sederhana dan mudah, karena itu bisa dibayangkan kalau para fans genrenya berujung tidak puas. Meski begitu kami memang sudah menduganya sejak jauh hari, karena bagaimanapun Digimon Survive lebih dipasarkan sebagai visual novel.
Digimon Survive sekarang sudah tersedia untuk platform PlayStation 4, PlayStation 5, Xbox One, Xbox Series, Nintendo Switch, dan PC via Steam. Kebetulan kami sempat terlibat dalam wawancara dengan produser Kazumasa Habu yang membahas lebih dalam mengenai gamenya. Diskusi lengkapnya sendiri bisa langsung kamu simak DI SINI.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
@gamerwk_id
The Review
Digimon Survive
PROS
- Kualitas cerita hingga karakter utama yang luar biasa
- Penuh keputusan dan konsekuensi serius yang akan terbawa hingga akhir permainan
- Style visual novel yang begitu atmosferik dan imersif
- Bisa jadi salah satu rekomendasi terbaik untuk pendatang baru
CONS
- Porsi gameplay SRPG yang terlalu sederhana dan mudah
Discussion about this post